SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solo (Espos)–Hati-hati jika mengumpat atau berkata kotor di dunia maya terlebih di situs jejaring sosial, seperti Facebook, seorang siswi SMPN25 terpaksa tidak naik kelas lantaran ketahuan melakukan perbuatan tersebut.

Berdasarkan laporan yang dihimpun Espos, Sabtu (19/6), hasil evaluasi dan keputusan dewan guru SMPN25 Solo mereka sepakat untuk tidak menaikkan jenjang pendidikan siswi dengan inisial BA lantaran perbuatan yang dilakukan pada awal bulan Mei lalu.

Promosi BRI Kantor Cabang Sukoharjo Salurkan CSR Senilai Lebih dari Rp1 Miliar

Luapan kekesalan BA bermula, ketika dirinya ditegur kepala sekolah yang tengah berkeliling lantaran suasana kelas tersebut gaduh. Kendati telah mendapatkan tugas dan mengumpulkan lembar soal di bidang Matematika karena guru yang bersangkutan sedang izin, namun situasi kelas dinilai tidak kondusif untuk mengerjakan tugas tersebut. Kepala SMPN25 Solo, Nugroho mengaku pada saat itu menegur BA yang duduk di atas meja.

Ekspedisi Mudik 2024

“Kondisi kelas sangat gaduh meskipun mereka telah menyelesaikan tugasnya. Pada saat itu saya juga menegur siswa yang sedang duduk-duduk di atas meja,” ungkap dia ketika dijumpai Espos di ruang kerjanya, Sabtu (19/6).

Meskipun teguran yang diberikan kepada BA itu dinilai wajar. Namun siswa tersebut mengungkapkan kekesalannya dengan memasang status di Facebook dengan kata-kata kotor dan berkonotasi negatif.

Nugroho mengatakan secara eksplisit kata-kata tersebut tidak dinyatakan secara langsung kepada seorang guru atau siswa lainnya, tetapi hal itu dinilai tidak pantas untuk dilontarkan oleh siswi yang sekarang ini duduk di kelas VIII.

“Kami mendapatkan printout luapan emosi siswa tersebut melalui guru bimbingan konseling, setelah mendapatkan klarifikasi dari siswa tersebut,” papar dia.

Dengan kejadian tersebut, pihak sekolah telah memanggil perwakilan orang tua siswa untuk menindaklanjuti kejadian tersebut. Sementara itu, sambung dia, dewan guru sepakat untuk tidak menaikan siswa ke jenjang kelas lebih tinggi karena tidak memenuhi ketentuan pendidikan akhlak mulia.

“Kami ingin mendidik siswa menjadi pribadi yang berkarakter dan mengetahui sopan santun, meskipun secara akademik siswa tersebut telah memenuhi batas tuntas,” jelas dia.

das

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya