SOLOPOS.COM - Ilustrasi tradisi Dawuhan di Kota Salatiga. (kaumankidul.salatiga.go.id)

Solopos.com, SALATIGA — Salatiga di Jawa Tengah (Jateng) tidak hanya dikenal sebagai kota yang menjunjung tinggi toleransi keberagaman. Kota Salatiga juga dikenal memiliki aneka macam tradisi yang hingga kini masih dipertahankan masyarakat setempat, salah satunya yakni tradisi Dawuhan.

Dikutip dari laman kaumankidul.salatiga.go.id, tradisi Dawuhan rutin digelar masyarakat Salatiga, tepatnya di RW 001 Kelurahan Kauman Kidul, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga.

Promosi Tenang, Asisten Virtual BRI Sabrina Siap Temani Kamu Penuhi Kebutuhan Lebaran

Tradisi Dawuhan ini sebenarnya dilakukan di tempat yang terdapat mata air. Seperti halnya upacara yang dilakukan oleh orang Jawa pada umumnya, upacara Dawuhan ini juga terdapat berbagai jenis sesaji. Sesaji yang digunakan dalam upacara ini antara lain aneka bunga, kemenyan, dan nasi golong atau nasi dengan berkat.

Bunga dan nasi golong dibawa oleh masing-masing warga yang menjadi tuan rumah acara tersebut. Selain sebagai ungkapan rasa syukur atas anugerah sumber air yang melimpah, tujuan diadakannya acara adat ini adalah sebagai kesempatan untuk mempererat tali silaturahmi antar-warga sekitar.

Upacara Dawuhan orang Kauman Kidul berlangsung di kopen atau perkebunan karet yang terletak di Dusun Batur. Menurut kepercayaan penduduk setempat, tradisi Dawuhan merupakan ritual yang diwariskan oleh nenek moyang mereka untuk menjaga dan melestarikan air dari sumbernya.

Tradisi ini juga dianggap sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan. Karena melalui tradisi ini masyarakat Kauman Kidul dapat bergotong royong menjaga kelestarian mata air tersebut dan menjaga keharmonisan kehidupan di sekitarnya.

Adapun doa-doa yang dipanjatkan, selain mengucap syukur, mereka juga mendoakan keberkahan masyarakat agar terhindar dari segala hal yang buruk. Usai memanjatkan doa, nasi berkat yang dibawakan masyarakat dibagikan kepada mereka yang hadir saat itu. Saat membagikan berkat yang dibawakan tersebut, mereka tidak membawa nasi berkat yang mereka bawa sebelumnya. Setiap orang yang datang ke upacara ini saling bertukar berkat dengan warga lainnya.

Selain itu, kepala desa akan membagikan ayam yang sudah dimasak dengan cara dipanggang dan dimasak dengan bumbu kepada mereka yang hadir hari itu. Setelah acara, beberapa berkat akan dimakan bersama di lokasi. Sementara, sisanya akan dibawa pulang. Hal ini bertujuan untuk menyadarkan manusia agar mereka tidak hanya mencintai alam, tetapi juga memiliki peran sebagai makhluk sosial harus dengan tulus dan ikhlas berbagi dengan sesama.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya