SOLOPOS.COM - Potret pemandangan yang ada di Telaga Madirda, Berjo, Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Sabtu (15/5/2021). (Solopos/Candra Putra Mantovani)

Solopos.com, KARANGANYAR — Telaga Madirda menjadi salah satu objek wisata alam andalan di Kabupaten Karanganyar selain Air Terjun Grojogan Sewu, Air Terjun Jumog, dan destinasi lainnya. Di balik keindahannya, Telaga Madirda menyimpan cerita rakyat yang bikin penasaran.

Telaga Madirda adalah sebuah telaga alami yang terletak di kaki Gunung Lawu tepatnya di Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso. Telaga ini berada di ketinggian kurang lebih 1.050 meter dari permukaan laut (mdpl).

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Telaga Madirda memiliki pesona alam yang unik, yaitu berbentuk seperti lingkaran tapi tidak beraturan. Keunikan lainnya yaitu airnya yang tidak pernah surut.

Mengutip dari skripsi berjudul Cerita Rakyar Telaga Madirda Di Dusun Tlogo Desa Bejo Kecamatan Ngargoyoso Karanganyar (Sebuah Tinjauan Folklor) yang ditulis oleh mahasiswa UNS Solo, Mucharom, Telaga Madirda sudah ada sejak dari ribuan tahun yang lalu. Nama Telaga Madirda diambil dari cerita tentang Sugriwa, Subali, dan Anjani.

Ekspedisi Mudik 2024

Baca Juga: Pembangunan Telaga Madirda Diduga Menyimpang, Kejari Turun Tangan

Madirda artinya tempat yang memabukkan. Telaga ini disebabkan Cupu Manik Astagina yang jatuh diperebutkan antara Sugriwa, Subali, dan Anjani. Mereka adalah tokoh dalam cerita rakyat Telaga Madirda.

Pada Suatu hari Sugriwa dan Subali melihat kakaknya yang bernama Dewi Anjani bermain dengan suatu benda ajaib yang disebut dengan Cupu. Dengan cupu itu, ia dapat melihat keindahan jagad raya.

Sugriwa dan Subali ingin memiliki cupu seperti yang dimiliki kakaknya tersebut. mereka berdua merasa iri kepada ayahnya yang bernama Resi Gotama, karena hanya Dewi Anjani yang diberi cupu.

Resi Gotama memanggil Dewi Anjani karena tidak merasa memberi apa pun kepada Dewi Anjani. Ternyata cupu yang dimainkan Dewi Anjani itu adalah Cupu Manik Astagina yang hanya dimiliki Dewa Matahari yang bernama Bathara Surya.

Baca Juga: Melengkapi Telaga Madirda, Desa Berjo Karanganyar Siapkan Paket Wisata

Resi Gotama menemui istrinya yang bernama Dewi Windardi untuk menanyakan perihal cupu tersebut. Dewi Windardi hanya diam, dan Resi Gotama tahu bahwa istinya telah berselingkuh dengan Dewa Matahari.

Dewi Windardi hanya dapat menangis dan menyesal tetapi karena marahnya Resi Gotam mengutuknya menjadi batu.

Cupu yang menjadi rebutan tadi akhirnya dibuang oleh Resi Gotama, cupu itu terbuang jauh dan terpisah antara badan cupu dan tutupnya. Tutup Cupu jatuh sehingga menjadi Telaga Madirda.

Cerita Rakyat Telaga Madirda memiliki beberapa versi. Namun secara umum cerita rakyat tersebut hampir sama. Cerit rakyat ini yang dipercaya oleh masyarakat Desa Berjo. Mereka menganggap cerita tersebut dapat menjadi nilai-nilai budaya yang pantas dihormati dan dipegang teguh untuk generasi meraka sebelumnya hingga sekarang dan selanjutya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya