SOLOPOS.COM - Suasana di outlet laundry koin di Jl Kapten Mulyadi Solo, Selasa (4/10/2022) siang. Bisnis laundry self service dan kilat ini didirikan sejak 2008. (Solopos/Afifa Enggar Wulandari)

Solopos.com, SOLO – Bisnis penatu di Kota Solo terus bertransformasi. Dari mulai bisnis laundry rumahan, laundry kilat, hingga beberapa tahun terakhir ini mulai marak bisnis laundry koin dengan tawaran cuci kering cepat.

Tak hanya itu, laundry koin juga menawarkan layanan self service. Pelanggan bisa mencuci dan mengeringkan pakaian sendiri. Biasanya outlet penatu akan memberikan fasilitas satu mesin satu customer.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Bisnis laundry koin mulai muncul di Kota Solo sejak 2008 lalu. Humas The Daily Wash Laundromart (TDWL) Cabang Kapten Mulyadi Solo, Maria Enny Tuntang mengatakan pertama kali bisnis laundry koin TDWL ada di Kota Solo sekitar 2008 lalu. Tepatnya outlet di Jl Kapten Mulyadi.

“TDWL Solo pertama adalah outlet Kapten Mulyadi, dibuka perdana di April 2008. Belum [saat itu belum ada usaha serupa],” kata Enny saat diwawancara Solopos di outlet, Selasa (4/10/2022).

Ekspedisi Mudik 2024

Kala itu, ada sebuah optimisme bagi bisnis penatu di Solo, khususnya laundry koin dengan layanan self service. Enny menyebut laundry koin akan menjadi kebutuhan masyarakat untuk mencuci pakaiannya dengan cepat dan mandiri. Sebagai laundry koin baru di Kota Solo, Enny mengatakan butuh upaya keras untuk meyakinkan kepada masyarakat tentang produk jasa laundry dengan layanan self service.

“Waktu itu dengan pertimbangan bahwa laundry koin akan menjadi kebutuhan masyarakat untuk mencuci pakaian dengan cepat dan mandiri. Kami melalui perintisan yang berat. Orang belum kenal dan belum percaya,” katanya.

Baca Juga: Widodo Makmur Perkasa Perluas Pasar Daging Ayam ke China

Di bawah manajamennya, ada empat outlet laundry koin di Kota Solo. Di antaranya TDWL Kapten Mulyadi, TDWL Kansa atau Kandang Sapi, TDWL Solo Baru, dan TDWL UNS. Usaha tersebut merupakan usaha waralaba (franchise) dari TDWL Pusat.

Dari outlet tersebut, kategori pelanggan beragam. Di outlet Kapten Mulyadi, Kansa, dan Solo Baru sasaran pelanggan berasal dari kelompok rumah tangga.

Sementara di outlet UNS, mahasiswa lah yang menjadi sasaran pelanggan. Di outlet UNS sendiri per harinya ada sekitar 20 orang yang mencucikan pakaiannya. Sementara saat akhir pekan, bisa mencapai 30 orang.

“Pelanggan sangat beragam, terkait dari lokasi. Di kawasan residensial kami membidik rumah tangga. Di lingkungan kampus UNS, sebagian besar pelanggan adalah mahasiswa,” sambungnya.

Baca Juga: Deretan Ide Bisnis dengan Modal Rp1 Juta Bagi Pemula, Bisa Dicoba Nih!

Enny menilai prospek usaha penatu dengan layanan cepat dan mandiri mempunyai prospek yang besar. Kala pandemi Covid-19 tahun lalu, pemerintah menyesuaikan aktivitas dan mobilitas masyarakat. Saat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), laundry menjadi salah satu usaha kecil yang diizinkan buka. Enny melihat kesempatan itu sebagai tanda bila jasa laundry dibutuhkan masyarakat dalam kondisi darurat.

Meski enggan menyebut berapa keuntungan per harinya, Enny mengungkapkan keuntungan bisnis laundry koin cukup baik. Pelanggan per harinya stabil dan naik saat weekend. Dalam usaha laundry koin, untung bisa menurun drastis saat harga gas elpiji naik. Sebab penggunaan mesin pengering cucian menggunakan sumber energi gas elpiji.

“Prospek amat baik. Bahkan ketika pandemi berlangsung, laundry adalah unit usaha yang diperkenankan untuk buka semasa PPKM. Keuntungan cukup baik sekarang. Tapi ada beban biaya operasional yang membesar di saat harga gas mengalami kenaikan yang signifikan,” katanya.

Baca Juga: Bulog Bagikan Corn Sheller kepada Petani Jagung di Lampung

Dilengkapi Wifi

Rata-rata, luas outlet laundry koin sekitar dua lebar ruko atau sekitar 8 – 10 meter. Outlet sendiri terdiri dari ruang cuci dengan deretan mesin cuci dan pengering, serta satu ruangan berisi kursi dan meja untuk melipat dan membereskan pakaian pelanggan. Bahkan di outlet Kapten Mulyadi, ruang tunggu dilengkapi dengan dua sofa besar.

Di ruang tunggu itu lah manajemen memasang wifi. Pelanggan bisa memanfaatkan Wifi tersebut sembari menunggu cuciannya selesai. Pemasangan wifi sendiri juga menjadi salah satu pendukung petugas outlet dalam melakukan pengawasan melalui closed circuit television (CCTV)

“Wifi di setiap outlet diperuntukkan bagi operasional CCTV dan menyediakan akses internet bagi pelanggan yang membutuhkan di saat menunggu cucian,” kata Enny.

Tak hanya karena layanan self service. Ada juga pelanggan yang memilih untuk menggunakan jasa petugas laundry koin untuk mencuci pakaiannya. Adit, 22, misalnya. Warga indekos Kelurahan Tegalharjo, Kecamatan Jebres itu lebih memilih menambah ongkos laundry Rp10.000 per 7 kg. Saat sibuk, Adit enggan mencuci sendiri di laundry koin.

Baca Juga: Menhub: Motor Listrik Bisa Rp16 Juta per Unit, Warga Tertarik

“Kalau lagi sibuk ya dicucikan petugas. Biasanya nambah Rp10.000 per 7 kg. Jadi kalau cuci sendiri itu Rp20.000, kalau dicucikan Rp30.000,” kata Adit saat diwawancara Solopos.

Meski tak self service, lama pencucian dan pengeringan tetap sama. Asalkan tak ada antrean pelanggan. Dalam waktu 1,5 jam, biasanya petugas laundry akan menginformasikan bila pakaian miliknya sudah jadi dan bisa diambil.

“Kalau waktu sama ya. Asal enggak antre saja. Ya sekitar 1,5 jam estimasi nyuci 30 menit, mengeringkan 50 menit, ditambah melipatnya,” kata dia.



Dalam dua pekan, Adit pasti mencuci pakaian di laundry koin sebanyak 7 kg. Tak hanya pakaian sehari-hari saja, itu sudah termasuk jaket, seprei, selimut, dan kaos kaki.

“Semuanya. Jaket, seprei, selimut juga iya. Dua minggu sekali pasti ada cucian,” sambung dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya