SOLOPOS.COM - Dokter Spesialis THT Rumah Sakit (RS) JIH Solo, dr. Dimas Adi Nugroho, Sp.THT-KL.(Istimewa)

Solopos.com, SOLO — Terapi auditori verbal atau auditory verbal therapy (AVT) menjadi salah satu solusi untuk anak dengan gangguan pendengaran untuk bisa bukan hanya berbicara, tapi juga bisa memahami apa yang diucapkannya. Namun yang perlu diperhatikan, AVT butuh peran aktif dari keluarga pasien.

Dokter Spesialis THT Rumah Sakit (RS) JIH Solo, dr. Dimas Adi Nugroho, Sp.THT-KL., mengatakan dari metode yang digunakan, AVT memili perbedaan dengan terapi wicara pada umumnya. Pada terapi wicara, bisa dikatakan hanya mengajarkan anak atau pasien, untuk mengucapkan suatu kata, namun tidak sampai paham arti kata yang diucapkan itu.

Sedangkan AVT, merupakan terapi yang dilakukan secara komprehensif. “Selain mengajarkan anak mengucapkan kata, juga memahamkan arti kata yang diucapkan,” jelas dia, Kamis (24/8/2023).

Disebutkan bahwa AVT memang khusus untuk anak-anak yang mengalami gangguan pendengaran sejak lahir. Anak yang ada gangguan sejak lahir, agar dapat berbicara atau mengucapkan kata-kata, harus dilatih untuk mendengar juga. Untuk itu pasien AVT juga disarankan tetap memakai teknologi mendengar. Baik berupa alat bantu dengar atau dengan implan koklea.
Ketika pasien sudah bisa mendengar dengan bantuan teknologi, diharapkan pasien akan mampu mengidentifikasi kata-kata. Selanjutnya anak akan belajar mengucapkan kata-kata tersebut serta memahami apa yang diucapkan.

AVT pada anak yang memiliki gangguan pendengaran sudah dapat dilakukan sejak anak usia enam bulan. “Menurut pedoman dari WHO, apabila ada bayi mengalami gangguan pendengaran maka dia harus sudah dapat penanganan dari umur enam bulan. Saat usia enam bulan itu sudah bisa mendapatkan alat bantu dengar atau dilakukan implan koklea,” lanjut dia. Sebelum dilakukan AVT, anak akan menjalani tes pendengaran. Untuk memastikan dan mengetahui ambang dengarnya.

Dr. Dimas mengatakan ada periode emas bagi anak dalam mendapatkan penanganan ketika memiliki gangguan pendengaran sejak lahir, yakni usia 2-3 tahun. Jika sudah melewati masa tersebut, ada kemungkinan penanganan yang dilakukan akan lebih sulit. Terutama terkait kemampuan anak untuk mendengar dan mengucapkan kata-kata.

Dibutuhkan waktu dan kesabaran untuk mendapatkan hasil optimal. AVT juga butuh peran dari banyak pihak. Termasuk peran antar profesional, seperti dokter anak, dokter THT, dokter rehabilitasi medik, fisioterapi, psikolog dan sebagainya. Namun peran yang diharapkan hadir lebih besar adalah dari pihak keluarga. Hal itu pula yang membedakan AVT dengan terapi wicara. Dimana peran keluarga sangat dibutuhkan. Bahkan dalam prosesnya, keluarga juga dilibatkan dalan ruang terapi. Ketika orang tua sudah dapat melihat dan memahami metode yang dilakukan dalam melatih anaknya, diharapkan dapat menerapkannya saat di rumah.

“Saat di ruang terapi mungkin hanya 1 atau 2 jam saja. Namun setelah sampai rumah diharapkan dapat diulang lagi oleh orang tua dengan durasi waktu lebih lama,” jelasnya.

Sebab menurutnya, proses pengulangan atau identifikasi kata-kata pada anak yang mengalami gangguan pendengaran sejak lahir, berbeda beda dengan anak yang normal. Diibaratkan ketika anak pada umumnya sudah dapat menangkap kata-kata yang diulang 10 kali, maka pada anak dengan gangguan pendengaran mungkin harus diulang sebanyak 100 kali bahkan lebih.

Rekomendasi
Berita Lainnya