SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Namun, jika yang kita lakukan adalah perenungan dan pemaknaan tentang pergeseran waktu, berkurangnya jatah hidup dan berapa banyak aktivitas bermanfaat yang telah kita lakukan hingga 2010, perubahan tahun menjadi sangat penting dan signifi kan memengaruhi kualitas kehidupan dan nilai diri kita.

Sesungguhnya nilai diri kita ada pada berapa banyak amal kebaikan yang telah kita lakukan dalam rentang waktu tertentu, bukan pada berapa banyak waktu yang telah berlalu. Berapa usia kita hingga saat ini? Tidak lebih penting dibandingkan dengan berapa banyak amal baik yang telah kita lakukan hingga saat ini? Saudaraku… Sungguh, Allah SWT telah mengingatkan kita pelajaran penting ini: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. al-Hasyr/59:18) Apa yang telah kita lakukan, adalah apa yang akan kita dapatkan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Apa yang kita peroleh hari ini adalah buah amal yang telah kita lakukan kemarin. Dan apa yang akan kita peroleh esok hari bergantung pada apa yang kita lakukan hari ini. Karenanya, lakukan perencanaan aktivitas hidup dengan baik, lakukan dengan penuh kesungguhan dan ketulusan, akan segera kita nikmati buah kebahagiaan…!

Perhatikanlah lebih cermat arah an (taujih) yang telah Allah sampaikan melalui Ayat 18 Surat Al-Hasyr di atas! Ada beberapa kata kunci (keysword) yang penting dicermati lebih jauh: iman, taqwa, muhasabah (evaluation), taqwa lagi dan muraqabah (self-control). Panggilan kepada orangorang yang beriman untuk bertaqwa kepada Allah, kemudian lakukan evaluasi, kembali bertaqwa kepadaNya dan milikilah kontrol diri (self-control) yang baik.

Iman
Secara sederhana, iman dimaknai sebagai kepercayaan atau keyakinan. Lebih jauh, ia merupakan keyakinan yang terhunjam dalam hati tanpa sedikit pun campuran keraguan yang terbuktikan dalam wujud amal kepatuhan kepada yang diyakininya. Hal ini tentu saja amat dibutuhkan untuk menjalani kehidupan. Ia semacam energi yang mengokohkan pijakan kaki
saat melangkah dan menyusuri perjalanan dunia.

Ia juga menjadi kekuatan yang memunculkan keberanian, ketenangan hati dan optimisme yang begitu tinggi yang dibutuhkan menggapai langit tujuan. Ia merupakan akumulasi pengetahuan teoritis, pengalaman empiris dan sandaran kepasrahan kepada Yang Maha Kuasa atas segala. Ia tak akan goyah oleh terpaan badai keraguan dan kesimpang-siuran pemikiran.

Iman akan mengantarkan pemiliknya kepada buah paling segar, makanan paling lezat, minuman yang segera melenyapkan dahaga. Taqwa, adalah iman yang keluar dari hati mewujud kepatuhan, ketaatan dan kepasrahan sepenuhnya kepada Allah SWT.

Ketaqwaan menjadi bukti kejujuran seseorang yang mengaku beriman. Dia pada hakikatnya ialah tatkala seseorang berupaya menyelaraskan sikap dan perilakunya dengan ketentuan Allah SWT: perintah dilaksanakan dan larangan ditinggalkan serta dijauhi.

Dimensi ketaqwaan demikian luas mencakup pribadi maupun sosial (2:177). Kemudian evaluasi yang merupakan aktivitas bertaqwa yang tengah kita upayakan membutuhkan sejenak waktu berhenti untuk dilakukan perenungan tentang amal yang telah kita lakukan, apakah telah sesuai dengan kehendakNya dan mencapai keridaan-Nya ataukah malah menjadi bagian dari penyimpangan yang dimurkai Nya? Inilah yang kemudian bisa kita sebut sebagai evaluasi atau muhasabah diri.

Rentang kesempatan yang terus berjalan dan tengah kita isi dengan sejumlah aktivitas tentu saja membutuhkan peninjauan kembali agar kalau pun terda pat kesalahan bisa segera diketahui dan dihentikan untuk kemudian diperbaiki.

Jika telah sesuai dengan rencana dan merupakan kebaikan, bisa ditingkatkan kualitasnya. Dengan begitu, kelurusan langkah, ketepatan jalan, mutu pekerjaan bisa dijaga dan dipertahankan sehingga memperoleh hasil akhir yang memuaskan. Bertaqwa kembali Usai evaluasi dilakukan harus segera ditinjak-lanjuti, meskipun yang lebih sering terjadi ialah hasil evaluasi sekadar menjadi dokumentasi. Tidak selayaknya demikian.

Hasil evaluasi sangat diperlukan untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas. Dalam konteks peningkatan kualitas atau nilai diri, maka bertaqwa kembali merupakan bentuk nyata tindak lanjut dari hasil evaluasi yang telah dilakukan. Hal ini berarti, sepanjang kehidupan adalah kesempatan untuk terus memperbaiki dan menyempurnakan nilai diri kita.

Lalu muraqabah, adalah merasakan senantiasa dilihat dan diawasi oleh Allah SWT, dimana pun, kapan pun dan dalam keadaan bagaimana pun. Ia akan menjadi semacam selfcontrol yang paling efektif untuk menjaga kualitas diri kita, meski tengah sendirian tanpa ada seorang pun. Saudaraku… Apabila petunjuk Allah SWT sebagaimana terungkap dalam Surat Al-Hasyr di atas kita aplikasikan dalam mengisi tahun yang baru ini, InsyaAllah kita akan mampu lebih baik dan menuai hasil yang membahagiakan. Tunggu apa lagi? Kini saatnya!.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya