SOLOPOS.COM - Suasana Kampung Sekalus, Desa Cermo, Kecamatan Kare, Kabupaten Madiun, yang berada di tengah hutan, foto diambil beberapa waktu lalu. (Abdul Jalil/Madiunpos.com)

Solopos.com, MADIUN – Di Kabupaten Madiun terdapat kampung yang berlokasi di tengah kawasan hutan milik Perhutani, yaitu Dukuh Sekalus, Desa Cermo, Kecamatan Kare. Kampung terisolasi itu hanya dihuni sekitar 10 keluarga saja.

Awak Madiunpos.com mendatangi kampung terpencil itu beberapa waktu lalu untuk melihat kondisi dan aktivitas masyarakat di sana. Dukuh terdekat dari kampung terisolasi itu adalah Dukuh Poleng. Jaraknya sekitar 7 km. Dari Dukuh Poleng, warga harus menyusuri jalanan hutan.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Kondisi jalannya sangat terjal yaitu berupa batu atau biasa disebut makadam. Saat hujan, jalanan itu sangat licin. Dari Dukuh Poleng, membutuhkan waktu sekitar 60 menit untuk sampai di Sekalus. Karena melewati tengah hutan, tidak disarankan mengunjungi kampung itu pada malam hari.

Baca Juga: Adu Banteng Bus dan Truk di Bangkalan, 1 Orang Meninggal

Setibanya di lokasi, terlihat ada beberapa rumah di tengah hutan. Saat mendekati kampung itu, tidak banyak warga yang berlalu lalang. Hanya ada satu dua orang sedang beraktivitas di sekitar rumah. Seluruh rumah di kampung tersebut sangat sederhana berdinding kayu. Rumah mereka pun tanpa teras.

Ketua Kampung Sekalus, Warsito, 40, mengatakan di sini hanya ada 10 keluarga dengan penduduk sebanyak 20 jiwa. Sebagian besar warga yang tinggal di kampung ini adalah warga berusia 50 tahun ke atas.

“Usia balita ada tiga orang, usia produktif ada tiga orang, dan lainnya usia di atas 50 tahun,” kata dia di rumahnya.

Warsito mengatakan dirinya dibawa orang tuanya di kampung ini pada tahun 1999-an. Orang tuanya bekerja sebagai penderes pohon pinus di hutan tersebut. “Warga di sini kebanyakan ya seorang penderes pinus. Selain itu ya petani dan beternak sapi atau kambing,” jelasnya.

Penerangan

Pria yang memiliki dua anak ini menuturkan selama puluhan tahun warga di kampung ini hanya mengandalkan ublik untuk penerangan saat malam hari. Makanya tak heran, saat hari sudah gelap, kampungnya akan sepi seperti tanpa penghuni.

Namun, sejak 2020, kampungnya mendapatkan bantuan dari pemerintah berupa panel surya untuk tenaga listrik. Sejak itu, rumah-rumah warga sudah mulai terang dengan lampu-lampu listrik. “Sejak tahun lalu sudah ada panel surya. Jadi untuk penerangan, saat ini sudah lebih mudah. Anak-anak juga lebih mudah untuk belajar,” kata dia.

Baca Juga: Puluhan Sopir Bus di Terminal Madiun dan Caruban Dites Urine

Salah satu warga tertua di kampung itu, Panidi, 64, menceritakan dirinya merupakan salah satu orang pertama yang tinggal di kampung tengah hutan itu. Dia menceritakan kampung itu terbentuk karena penderes pinus.

“Penderes pinus di tengah hutan itu berasal dari berbagai daerah. Karena kalau keluar masuk hutan itu kan sulit dan jauh. Akhirnya membangun rumah seadanya di tengah hutan,” kata dia.

Dia menceritakan jumlah penduduk yang tinggal di kampung terpencil itu memang pasang surut. Pada tahun 1975-an, Panidi mengingat saat itu ada sekitar 70 keluarga yang tinggal dan hidup di kampung Sekalus. Namun, lambat laun berkurang, hingga saat ini hanya ada 10 keluarga. “Ada yang pindah ke desa lain. Ada yang transmigrasi,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya