SOLOPOS.COM - Aisyah dirawat di ruang ICU (JIBI/Harian Jogja/Arif Wahyudi)

Harianjogja.com, KULONPROGO-Namanya Zuhro Nur Aisyah, di usianya yang baru menginjak 13 tahun dia sudah mengidap penyakit diabetes melitus. Sebuah penyakit yang kebanyakan diderita orang dewasa.

Pertumbuhan Aisyah pun akhirnya terhambat meski sudah mulai menginjak remaja.

Promosi Uniknya Piala Asia 1964: Israel Juara lalu Didepak Keluar dari AFC

Satmini, 34, ibu dari Aisyah bersandar di luar ruang ICU, Kamis (9/1/2014). Sudah empat hari sejak Minggu (5/1/2014) lalu dia menghabiskan waktunya di rumah sakit berpelat merah itu. Rasa cemas mengelayutinya lantaran si buah hati sedang dalam kondisi kritis.

Penyakit yang diderita Aisyah sejak empat tahun silam kambuh, kondisi saat ini merupakan yang terburuk sepanjang penyakit diabetes mulai dia derita.

Sesuai standar perawatan di ruang ICU, keluarga yang menunggunya tidak boleh bebas keluar masuk, bahkan kedua orangtuanya sekali pun. Petugas hanya mengizinkan keluarga menemuinya pada jam-jam yang telah ditentukan. Sehari cuma dua kali jatah membesuk, yaitu siang dan sore hari.

Satmini, 34, ibu anak tersebut langsung mendekat ke pintu masuk ruang ICU ketika jam sudah menunjukkan pukul 11 WIB. Jumlah pakaian khusus besuk pasien di ruang ICU terbatas, dia harus menunggu lebih lama jika sampai tidak kebagian pakaian itu.

Setelah mendapatkan pakaian khusus, ibu dua anak itu langsung menuju tempat Aisyah mendapatkan perawatan.

Aisyah dirawat di ruangan paling pojok. Tubuhnya tergolek lemas ranjang. Tubuhnya penuh dengan selang. Dia harus dibantu oksigen untuk bernafas. Sementara selang infus menempel di pergelangan tangannya yang kelihatan kurus mengering. Tatapannya sayu, bicaranya lirih ketika sang ibu mengajaknya bicara untuk sekadar menghibur si buah hati agar tetap kuat menahan sakitnya.

“Pengen maem apa,?” Tanya si ibu menawari makanan yang dia inginkan. Aisyah tidak menjawab. Dia hanya menggeleng, bibirnya sulit mengeluarkan suara. Mungkin karena lemas mengingat empat hari sejak masuk perawatan ruang ICU, dia berpuasa. Asupan makanan ke tubuhnya hanyalah infus.

“Maaf bu, pasien jangan diberi makanan dulu. Asupan dari infus ini sudah cukup,” cegah seorang petugas di ruang perawatan itu. Rupanya petugas itu mendengar saat Satmini menawari makan si anak.

Menurut petugas itu, sangat riskan apabila makanan instan masuk ke tubuh Aisyah mengingat kadar gula dalam tubuh si anak tidak stabil. Apalagi makanan yang ditawarkan si ibu banyak mengandung kadar gula tinggi.

Derita Aisyah sudah berjalan lebih dari empat tahun ini. Seharusnya saat ini dia sudah duduk di bangku kelas XI. Gadis belia kelahiran 6 Februari 2000 itu hanya mengenyam pendidikan sampai kelas III saja.

Kondisinya mudah melemah apabila terlalu kecapekan. Akhirnya orangtuanya memutuskan Aisyah berhenti sekolah agar kondisinya tidak mudah capek.

Ayahnya, Suroyo, 34, merupakan sosok yang paling khawatir terhadap kondisi Aisyah. Dia merasa belum siap untuk kehilangan anak pertamanya itu.

Pria berkulit gelap itu khawatir, jika Aisyah terlalu capek, maka semakin dekat pula ketakutannya akan menjadi nyata, yaitu kehilangan Aisyah.

“Dia dulu sekolah, tapi sering pingsan, akhirnya saya putuskan agar fokus di rumah demi kesehatannya,” papar Suroyo lirih. Matanya memerah, tatapannya kosong menandakan dia kurang beristirahat dan banyak pikiran.

Batin Suroyo pun tersayat setiap kali melihat anak seusia Aisyah berangkat sekolah dengan cerianya. Begitu pun ketika melihat anak keduanya bisa riang bermain. Jauh dari kondisi si kakak yang hingga kini masih bergantung pada suntikan insulin untuk memperpanjang usianya.

Pria asal Dusun Bangeran, Desa Bumirejo, Kecamatan Lendah ini terus berupaya keras demi sembuhnya si sulung. Termasuk untuk mengupayakan suntikan insulin setiap bulan buat Aisyah. Pekerjaannya hanya sebagai buruh tani dengan penghasilan maksimal Rp40.000 per hari. Itu pun tidak setiap hari dia dapat. Tidak setiap hari pemilik sawah butuh tenaganya.

Sementara untuk biaya suntik insulin setiap bulan memerlukan anggaran mencapai Rp1 juta.
Segala daya upaya, termasuk cari pinjaman ke sanak saudara dia tempuh agar Aisyah bisa rutin mendapat suntikan insulin hingga akhirnya menjadi ketergantungan.

Beruntung pada 2013 lalu ada program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) sehingga pengobatan untuk Aisyah pun ditanggung pemerintah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya