SOLOPOS.COM - Villa Park Banjarsari antara 1930 hingga 1933. (KITLV)

Solopos.com, SOLO —Sejumlah Komunitas Kesehatan di Kota Solo terus menginisiasi pengembangan kawasan Health Tourism di Kota Bengawan. Komunitas yang meliputi Kagama Beksan, IARKO NICHOLISH, dan Gema Stovia melakukan Focus Group Discussion (FGD) untuk mewujudkan integrasi Health Tourism di sejumlah destinasi wisata Kota Solo, baik itu wisata cagar budaya, olahraga, dan lainnya. Lokasi yang dicanangkan menjadi health tourism di Solo Utara, meliputi Banjarsari, Manahan, Kestalan, Setabelan, Tirtonadi, serta sebagian kawasan Pura Mangkunegaran.

Diskusi tersebut dilakukan di Rumah Kriya kawasan Villa Park Banjarsari pada Minggu (5/2/2023). Pengembangan yang dilakukan rencananya berpusat di Villa Park Banjarsari. Untuk mendapat dukungan dalam realisasinya, komunitas sudah melakukan audiensi dengan berbagai stakeholder seperti pihak Pura Mangkunegaran, RS Moewardi, Pokdarwis, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Solo, Dinas Kesehatan Solo, dan Pemerintah Kota Solo.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Lokasi yang akan dijadikan health tourism di Kecamatan Banjarsari meliputi sport tourism di Manahan, Taman Balekambang yang bertema kebudayaan dan alam sebagai taman kota, Bendungan Tirtonadi yang berkoordinasi dengan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo, dan terakhir Masjid Sheikh Zayed.

“Jadi kami pengin semuanya diintegrasikan, paling tidak nanti jantungnya ada di sini [Villa Park Banjarsari],” jelas Wakil Ketua FGD, Muhammad Nur Kholis kepada Solopos.com, Minggu (5/2/2023).

Kholis mengatakan sudah berkoordinasi dengan DPUPR agar kawasan ini dilengkapi dengan fasilitas jalur pedestrian. Paling tidak akses menuju ke Villa Park Banjarsari sebagai magnet kawasan diperbarui.

“Semuanya nanti dibingkai menjadi satu kesatuan, kalau bicara sabuknya, nanti sabuknya dari koridor jalan sampai jalur pedestrian,” terang dia.

Health tourisme nanti menggabungkan konsep medicine dan wellness, jadi tematiknya bisa semua pelaku bidang industri maupun ekonomi yang ada di koridor wellness. Misalnya produk fasilitas kesehatan seperti sauna atau lulur, bisa dikembangkan di sini.

Tenaga Ahli Pusat Studi Pariwisata UGM, Yoyok Wahyu Subroto, menjelaskan Health Tourism menjadi bagian dari faktor pendorong untuk mewujudkan Wellness Tourism di Kota Solo. Dalam hal ini, Kota Solo menjadi satu dari tiga kota di Indonesia yang mengembangkan Wellnes Tourism.

Wellness tourism merupakan kegiatan yang mendorong konteks pariwisata lebih sehat. Misalnya wisata yang berkaitan dengan kebugaran, terapi, spa, atau aktivitas meditasi.

“Solo ini harus siap, karena potensinya ada. Yang terkait dengan kuliner kesehatan, jamu, dan budaya ini,” jelas dia.

Kawasan Villa Park Banjarsari juga masih memiliki potensi budaya yang bisa dikembangkan, dari sudut pandang kesehatan ke depan. Misalnya Rumah Kriya yang menjadi bagian dari kompleks Mangkunegaran, kata Yoyok, nantinya bisa diberi sentuhan sentuhan pariwisata berbasis health tourism.

“Tanpa harus merubah bentuk bangunannya, fungsinya yang harus dikembangkan, supaya hidup,” kata dia.

Saat ditanya, pengembangan wellness tourism di Kota Solo punya potensi yang sama dengan Jogja dan Bali. Tinggal mengembangkan peluang potensi tersebut sebagai magnet untuk menarik wisatawan mengunjungi Kota Solo. Yoyok mengatakan semua pihak idealnya terlibat dalam pengembangan potensi ini, baik masyarakat, pemerintah, dan lainnya.

“Itu semua harus terlibat, baik itu kesehatan maupun kebudayaan,” ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya