Perang Korea mengakibatkan banyak orang harus berpisah dengan keluarga mereka.
Solopos.com, SEOUL – Sekitar 390 warga Korea Selatan (Korsel) menuju sebuah resor di Gunung Kumgang di Korea Utara (Korut), Selasa (20/10/2015). Di tempat itulah mereka bertemu dengan anggota keluarga yang terpisah sejak Perang Korea pada 1950-1953.
Promosi Digitalisasi Mainkan Peran Penting Mendorong Kemajuan UMKM
Korsel dan Korut pada Agustus 2015 lalu mencapai kesepakatan kembali menggelar reuni keluarga setelah terakhir dihelat pada Februari 2014
Bahagia sekaligus gugup mengiringi dari perjalanan ratusan warga Korsel. “Apakah dia masih mengenaliku?,” kalimat terucap dari Kim Ki-joo yang ikut dalam rombongan warga Korsel, seperti dikabarakan Reuters.
Dalam reuni yang hanya dua jam ia akan bertemu dengan kakaknya untuk kali pertama setelah 65 tahun. Ia berpisah dengan saudaranya saat berusia 11 tahun. Begitu banyak keingintahuan akan kondisi sosok yang begitu melekat di setiap langkah membuatnya bingung untuk memulai percakapan.
“Ini sangat mendebarkan, aku tidak dapat mengatur perasaanku. Aku tidak dapat memikirkan apa yang harus dikatakan. Kami akan bertemu setelah 65 tahun,” tuturnya berbinar.
Perasaan serupa melingkupi seorang nenek berusia 77 tahun, Cheol-hwan. Ia tak sabar bertemu dengan kakaknya yang berusia 83 tahun. “Saya merasa benar-benar senang dan bahagia. Saya tidak sabar untuk melihat dia. Saya akan memberinya pelukan dan bertanya keadaanya dan apa yang telah ia lakukan selama ini,” kata tutur Cheol-hwan
Keluarga yang terpisah sejak perang Korea dilarang berkomunikasi, pertemuan merupakan sesuatu yang langka dan sangat dinantikan. Pada putaran pertama reuni, 96 warga Korut bertemu dengan sekitar 390 dari Korsel. Sementara pada tahap kedua akan mempertemukan 190 warga Korut dengan 90 warga Korsel. Program reuni keluarga itu bergulir sejak tahun 2000 dengan tidak teratur dan kali ini menjadi yang ke-20.
Korsel dan Korut secara teknis masih dalam keadaan perang. Hal itu karena Perang Korea berakhir dengan perjanjian gencatan senjata bukan traktat perdamaian.