SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

“Bahkan sampai sekarang, ketika sudah bekerja, setiap kali makan pasti saya habiskan …,” demikian seorang mantan siswa berbicara dalam sebuah forum di hadapan gurunya. Dia mengenang saat mengikuti orientasi siswa baru di sekolah. Betapa baginya masih terngiang kata-kata keras gurunya bahwa kue atau makanan kecil yang disediakan oleh sekolah untuk para siswa itu adalah makanan yang dibiayai oleh orangtua. Biaya dari orang tua, berarti hasil jerih-keringat orangtua, dan menyia-nyiakan makanan sama saja dengan tidak menghargai orangtua.

Lain halnya dengan pengalaman masa kecil, ketika makan masih disuapi lantas tidak mau menghabiskan, pasti ibu akan mengatakan: “Ayo dihabiskan, nanti ayam tetangga mati, lho!” Tentu tidak gampang menghubungkan antara makanan yang tidak habis dengan ayam tetangga mati.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Mungkin, anak-anak yang sulit makan, tidak mau menghabiskan nasi yang disuapkan, karena lauknya tidak enak. Untuk mendapatkan lauk enak mesti menyembelih ayam, repotnya kalau tidak mempunyai ayam, lantas harus mengambil ayam tetangga untuk disembelih?

Mengajarkan penghargaan pada makanan untuk anak-anak kita di sekolah dasar atau di sekolah menengah tentu mempunyai kesamaan nilai (value) yang ingin disampaikan. Namun, cara penyampaiannya yang berbeda. Untuk anak-anak pada usia dini tentu secara sederhana disampaikan “boleh” atau “tidak boleh”. Robert Haas menyebut penyampaian nilai-nilai kehidupan sebagai bentuk sosialisasi. Yang mampu disampaikan para orangtua kepada anak-anaknya pasti sebatas larangan dengan simbol-simbol, misalnya, “Jangan menduduki bantal nanti bisulan,” atau “Jangan bermain-main dengan beras nanti jari-jari bisa kithing.”

Pilihan cara penyampaian nilai-nilai penghargaan terhadap pangan, khususnya nasi, mesti dari hal-hal yang konkret menuju yang abstrak. Sosialisasi yang konkret tentu tampak dari keteladanan lewat tindakan, sedangkan yang abstrak akan berkait dengan keteladanan cara berpikir. Ayam tetangga mati adalah alasan konkret, sedangkan kerja keras orangtua adalah contoh abstrak. Sebuah SMA swasta mengirim para siswanya untuk live-in atau tinggal bersama masyarakat di daerah pegunungan dalam beberapa hari.

Sebelum keberangkatan pihak sekolah wanti-wanti agar para siswa belajar menempatkan diri menerima apapun (makanan atau tempat) yang diberikan tuan rumah. Pun dalam tata-tertib, para siswa dilarang untuk membicarakan makanan yang diberikan induk semang yang diikutinya.

Tunjukkan kekurangan
Perpustakaan sebuah sekolah menengah, setiap akhir semester, memberikan penghargaan kepada siswa yang paling banyak meminjam buku di perpustakaan. Pemberian penghargaan disampaikan dalam forum yang melibatkan seluruh anggota komunitas sekolah. Dengan sengaja hal itu dilakukan untuk memberikan motivasi kepada setiap siswa agar berlomba-lomba meminjam buku, sekaligus memacu peningkatan minat membaca.

Bersamaan dengan pengumuman penerima penghargaan, pihak perpustakaan juga mengumumkan berbagai judul majalah dan buku yang “hilang” atau raib dari rak perpustakaan.

Menunjukkan kelebihan dan memberikan apresiasi terhadap prestasi tentu sama pentingnya dengan menunjukkan kekurangan atau kecurangan. Anak-anak kita tahu untuk bisa bersikap menghargai, haruslah juga ditunjukkan cacat-cela yang pernah dibuatnya. Kembali pada pengalaman mantan siswa di awal tulisan ini, ingatan akan pentingnya menghargai makanan, menghargai nasi, dan menghargai jerih-keringat orang tua, tentulah para gurunya telah melakukan tindakan – entah bentakan atau refleksi — yang membekas dalam ingatannya.

Ketika ada siswa yang membuang makanan saat masa orientasi siswa baru menjadi kesempatan penting untuk menyampaikan nilai atau keutamaan kepada seluruh siswa, betapa dalam segenggam nasi termuat kerja keras dan kepercayaan orangtua untuk kehidupan anaknya. Betapa sebuah buku perpustakaan yang hilang, berarti ada sekian ratus siswa lain yang dirugikan.    

St. Kartono
Guru SMA De Britto, Jogja

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya