Solopos.com, SOLO — Sebagian masyarakat Jawa masih menggelar ritus ruwatan murwakala dengan pergelaran wayang kulit, guna menghalang sengkala atau keburukan bagi seseorang yang bergelar sukerta, atau mereka yang sepanjang waktu selalu tertimpa kemalangan.
Ruwatan itu selalu diikuti dengan pergelaran wayang kulit. W.J.S. Poerwadarminta dalam Baosastra Djawa (1937) mengungkapkan“wayangan dianggo srana nulak kacilakan kang bakal tumiba marang bocah mecahake pipisan”.
Sudah Langganan ? Login
Lanjutkan Membaca...
Silakan berlangganan untuk membaca artikel ini dan dapatkan berbagai konten menarik di Espos Plus.