SOLOPOS.COM - Ilustrasi demam berdarah. (Solopos/Whisnupaksa Kridhangkara)

Solopos.com, SUKOHARJO -- Lonjakan kasus Demam Berdarah Dengue atau DBD di Sukoharjo kian mengkhawatirkan dengan jumlah korban meninggal menjadi lima orang hingga pekan ke-26 tahun ini.

DBD masih menjadi ancaman kesehatan masyarakat selain virus corona. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sukoharjo, hingga pekan ke-26, DBD tercatat ada 143 kasus dengan jumlah kematian lima orang.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Dibandingkan dua pekan sebelumnya, ada peningkatan 12 kasus plus satu kematian. Kepala DKK Sukoharjo, Yunia Wahdiyati, mengatakan jumlah kasus DBD terus mengalami kenaikan signifikan, bahkan korban meninggal juga bertambah memasuki pekan ke-26.

Pelonggaran Ekonomi Sukoharjo Gagal Bendung Gelombang PHK, Sudah 5.204 Buruh Jadi Korban

"Di pekan ke-24 jumlah penderita DBD tercatat ada sebanyak 131 orang dengan kasus kematian empat orang. Tapi pekan ke-26 angka kasusnya mencapai 143 kasus dan lima kematian," katanya, Minggu (12/7/2020).

Lebih lanjut, Yunia memerinci kasus tertinggi terdapat di Kecamatan Sukoharjo dengan 26 kasus. Kemudian disusul Kecamatan Bendosari 24 kasus dan Kecamatan Nguter 16 kasus, Mojolaban 12 kasus, Polokarto 12 kasus.

Pemberantasan Sarang Nyamuk

Kemudian Kecamatan Baki 11 kasus, Grogol 10 kasus, Gatak sembilan kasus, Weru tujuh kasus, Kartasura tujuh kasus, Tawangsari tujuh kasus, dan Kecamatan Bulu dua kasus.

Sepekan Dirawat, Kontraktor Asal Gayam Sukoharjo Positif Covid-19 Meninggal

Sesuai data, lima korban meninggal akibat DBD di Sukoharjo berasal dari Kecamatan Gatak tiga orang, Kecamatan Kartasura dan Tawangsari masing-masing satu orang.

Jumlah tersebut naik dibandingkan data pekan ke-24 di mana baru ada empat korban meninggal dunia. Untuk itu, ujar Yunia, masyarakat diimbau mewaspadai penyakit DBD selain virus corona.

"Paling efektif mencegah DBD tetap dengan pemberantasan sarang nyamuk dan jentik-jentiknnya, bukan fogging," tandas Yunia.

Solo Kota Pelesiran Esek-Esek (Bagian III): Tarif Layanan Seks Kelas Atas Sampai Jutaan Rupiah, Ini Lokasinya

Selama ini, ujarnya, masyarakat termasuk di Sukoharjo telanjur memiliki mindset jika ada kasus DBD, apalagi sampai ada yang meninggal, harus dilakukan fogging atau pengasapan.

Padahal, untuk melakukan fogging ada syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi. Dengan demikian fogging tidak bisa dilakukan sembarangan.

Hal itu dikarenakan obat fogging bisa menimbulkan resistensi pada nyamuk dan obatnya juga membahayakan bagi lingkungan. "Yang penting itu masyarakat harus berperilaku hidup bersih dan sehat, khususnya lingkungan tempat tinggal," katanya.

Kasus Positif Covid-19 Tambah Terus, Boyolali Masuk Zona Merah

Dia mengatakan fogging hanya untuk memberantas nyamuk dewasa, bukan jentik-jentik, sehingga pemberantasan sarang nyamuk (PSN) tetap upaya paling efektif mencegah DBD. "Budayakan perilaku hidup bersih seiring dengan pandemi virus corona," ujarnya.

Kepala Bidang (Kabid) Penanggulangan Penyakit Menular DKK Sukoharjo, Bejo Raharjo, menambahkan kasus DBD diperkirakan akan terus meningkat. Apalagi jika masyarakat abai terhadap kebersihan lingkungan.

Peralihan Musim

"Selama peralihan penghujan ke musim kemarau meningkatkan risiko penyebaran penyakit, salah satunya DBD. Hujan deras hingga menyebabkan genangan air di mana-mana dapat menjadi tempat bagi berkembangbiaknya nyamuk DB," katanya.

Pemkab Wonogiri Tak Larang Anak-Anak Kunjungi Pusat Perbelanjaan

Bejo menilai masih rendahnya kesadaran warga dalam menjaga perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) menjadi salah satu faktor pemicu kasus DBD.

Berbagai langkah preventif dilakukan guna menekan peningkatan kasus DBD di Sukoharjo agar korban meninggal tak terus bertambah. Salah satunya petugas melakukan penanggulangan dengan fokus di daerah terjangkit.

3 Jenis Kalung Ini Diklaim Jadi Penangkal Corona

Kemudian penyediaan logistik abate dan insektisida, serta memantau jentik-jentik nyamuk oleh kader pemantauan di desa berisi tinggi.



DKK juga melakukan gerakan satu rumah satu jumantik (petugas pemantau jentik) di mana setiap rumah harus ada satu anggota keluarga yang mengawasi jentik-jentik di rumah masing-masing.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya