SOLOPOS.COM - Kondisi rumah warga di Kampung Tambaklorok, Semarang. (Detik.com)

Solopos.com, SEMARANG – Wilayah pesisir utara Kota Semarang, Jawa Tengah, diprediksi tenggelam dalam 50 tahun ke depan. Ancaman ini muncul akibat penurunan muka tanah dan naiknya permukaan laut.

Sudah sejak lama warga di pesisir utara Semarang hidup berteman rob setiap tahun. Rob merupakan banjir yang terjadi di wilayah tepi pantai karena permukaan air laut yang lebih tinggi dari daratan.

Promosi Mudah dan Praktis, Nasabah Bisa Bayar Zakat dan Sedekah Lewat BRImo

Banjir rob ini terjadi akibat tingginya penggunaan air tanah yang diiringi laju pembangunan, sehingga memicu penurunan muka tanah. Kondisi semacam ini selalu dialami warga di pesisir utara Semarang setiap kali air laut pasang sejak puluhan tahun lalu.

Salah satu wilayah di Semarang utara yang paling terdampak rob adalah kampung nelayan Tambaklorok. Wilayah ini merupakan kampung nelayan terbesar di Kota Semarang yang berlokasi di Kelurahan Tanjung Mas, Kecamatan Semarang Utara.

Ekspedisi Mudik 2024

Baca juga: Pakar ITB Sebut Pekalongan, Demak, & Semarang Bakal Tenggelam, Ini Penyebabnya Versi ESDM Jateng

Mita Natalia dan Mukti Alie dalam hasil riset berjudul Kajian Kemiskinan Pesisir di Kota Semarang pada 2014 menyebutkan bahwa kemiskinan dan kondisi permukiman kumuh tidak lepas dari masyarakat nelayan yang bertempat tinggal di Tambaklorok.

Fenomena tersebut disebabkan oleh rendahnya kualitas sumber daya manusia, minimnya kepemilikan modal usaha dan teknologi, serta gaya hidup masyarakat setempat yang konsumtif. Bahkan dulunya Tambaklorok terkenal dengan sebutan “Jalmo Moro Jalmo Mati” yang berarti setiap datang kesana pasti mati.

Saat ini wilayah Tambaklorok  terus tumbuh dan menata wilayahnya yang dulu kumuh berubah menjadi Kampung Bahari. Meski demikian, kondisi memprihatinkan masih terlihat jelas di kampung nelayan tersebut.

Baca juga: Cerita Pasijah 11 Tahun Jadi Penjaga Desa Tenggelam di Demak: Dilindungi Mbah Mudzakir

Kondisi Permukiman di Tambaklorok

Permukiman di Kampung Tambaklorok, tepatnya di RW 015 Kelurahan Tanjung Mas tampak berbeda dengan perumahan biasanya. Permukaan lantai rumah-rumah di sana dibuat lebih tinggi dari jalan, sehingga rumah tampak leih pendek.

Rumah Ketua RW 015, Slamet Riyanto, juga ikut menjadi yang pendek. Permukaan lantai kedua rumahnya kini sudah hampir sejajar dengan permukaan jalan di depan rumahnya. Sedangkan jika berdiri di lantai pertama rumahnya, kepala orang dewasa akan nyaris menyentuh eternit rumah.

“Yang saya rasakan wilayah kita memang ada penurunan tanah. Ini kan rumah mertua, dulu ketinggian (lantai pertama) hampir 2 meter,” kata istri Slamet, Sri Wahyuni, seperti dikutip dari Detik.com, Minggu (8/8/2021).

Ia kemudian menunjukkan beberapa perubahan di rumahnya seperti memasang tanggul di depan rumah karena selalu tergenang rob hampir setiap pagi. Kemudian tempat meteran listrik dan saklar listrik juga dipindah ke posisi yang lebih tinggi agar lebih aman.

Kampung nelayan Tambaklorok Semarang. (Okezone.com), Semar

Baca juga: Asale Gapura Perbatasan Wonogiri-Sukoharjo, Sempat akan Dibongkar karena Punya Kesan Mistis

Pihak Pemkot pernah berkunjung ke wilayah itu dan berjanji berupaya memasang sabuk pantai lagi. Ia berharap hal itu segera terealisasi agar air rob yang masuk bisa teratasi.

Warga lainnya, Wahid, 50, mengatakan lapangan tempat dirinya bermain sewaktu kecil di dekat laut kini telah tenggelam. Begitu pula dengan permakaman TPU Tambaklorok yang sudah hilang ditelan air laut. Akibatnya warga yang tidak sempat memindahkan makam keluarganya harus rela berdoa di bibir pantai saat berziarah.

Perlahan tapi pasti, wilayah pesisir utara Semarang itu mulai tenggelam dan garis pantai semakin mundur. Meski demikian, sejumlah warga memilih bertahan karena tidak memiliki tempat untuk pindah.

Baca juga: Nasib Buram Buruh Terancam PHK Massal dan Risiko Tertular Covid-19

Menanggapi prediksi ancaman Semarang tenggelam, Pemkot Semarang angkat bicara. Sekda Semarang, Iswar Aminuddin, menegaskan wilayah pesisir utara memang akan tenggelam jika tidak dilakukan upaya antisipasi. Apalagi penurunan muka tanah di Semarang sudah terjadi sejak 30 tahun lalu.

Dia pun mengatakan Pemkot Semarang telah melakukan beragam upaya untuk mengantisipasi ancaman tersebut. Dengan sederet upaya yang dilakukan dia yakin Semarang tidak akan tenggelam.

“Insyaallah saya yakin bahwa kita, Semarang tidak akan tenggelam. Kita manusia diberi akal,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya