Mengenang Tragedi dan Petaka di Gunung Lawu yang Tewaskan Banyak Orang
Di balik keindahan Gunung Lawu yang menjadi magnet bagi para pendaki, rupanya menyimpan tragedi dan petaka yang tewaskan banyak orang, di antaranya Tragedi Gunung Lawu 1987 dan Petaka Kebakaran Gunung Lawu 2015.

SOLOPOS.COM - Koordinator Regu III Tadabur Alam Gunung Lawu pada 1987, Khumaidi dirawat sejumlah pencari jamu di tepi Jurang Prau, Minggu (20/12/1987). (Majalah Mutiara/Facebook Don Hasman)
Solopos.com, KARANGANYAR — Di balik keindahan Gunung Lawu yang menjadi magnet bagi para pendaki, rupanya menyimpan tragedi dan petaka yang tewaskan banyak orang, di antaranya Tragedi Gunung Lawu 1987 dan Petaka Kebakaran Gunung Lawu 2015. Berdasarkan penelusuran Solopos, Tragedi Gunung Lawu yang menewaskan banyak orang adalah Tadabur Alam Pondok Pesantren Ngruki Sukoharjo pada 1987. Peristiwa itu merenggut 15 nyawa santri dan seorang ustaz.
Catatan kedua adalah petaka kebakaran Gunung Lawu yang terjadi pada Oktober 2015. Peristiwa itu menelan sembilan korban meninggal dunia. Beberapa di antaranya meninggal dunia di lokasi kejadian, dalam perjalanan menuju rumah sakit, hingga tak tertolong lagi meski sudah mendapatkan perawatan di rumah sakit.
Tragedi Gunung Lawu pada 1987 membuat jalur pendakian Gunung Lawu via Singo Langu ditutup. Jalur klasik lewat pintu masuk di Desa Singo Langu, Kabupaten Magetan, Jawa Timur tersebut kemudian dibuka kembali pada Oktober 2018, setelah dibiarkan terbengkalai selama 32 tahun. Jalur itu dikenal sebagai jalur Prabu Brawijaya V saat melarikan diri ke puncak Gunung Lawu.
