SOLOPOS.COM - Warga melintasi Jl. Sumeni di Karangmalang Sragen yang menghubungkan simpang empat eks Gedung Transito Sragen dengan Batu Jamus Karanganyar, Minggu (22/8/2021). (Solopos.com/Moh. Khodiq Duhri)

Solopos.com, SRAGEN — Nama Sumeni barangkali masih asing di telinga sebagian besar warga Sragen. Ini karena tidak banyak literatur yang mengisahkan salah satu pejuang wanita asal Bumi Sukowati ini.

Nama Sumeni tidak sepopuler Brigadir Jenderal (Brigjen) TNI (Anumerta) Katamso Darmokusumo, pejuang asal Sragen yang dianugerahi Pahlawan Revolusi setelah gugur dalam tragedi 30 September 1965. Namun, sama dengan Brigjen Katamso, sosok Sumeni juga diabadikan sebagai nama jalan.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Ya, bila melintasi jalan dari simpang empat Gedung Transito Sragen-Batu Jamus, tepatnya di Kecamatan Karangmalang, banyak ditemukan perkantoran atau warung makan yang menggunakan alamat di Jl. Sumeni. Lalu siapakah Sumeni itu?

Baca Juga: Mal di Kota Solo Uji Coba Pakai Aplikasi dan Wajib Vaksin, Seperti Apa Ya?

Kasi Sejarah dan Tradisi, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Sragen, Johny Adhi Aryawan, menyebut sosok Sumeni sebagai pejuang wanita yang misterius. Pegiat Komunitas Sragen Tempo Doeloe (Stedo) itu mengaku kesulitan untuk menelusuri cerita masa kecil dari Sumeni. Bisa jadi, sosoknya yang misterius itu merupakan konsekuensi dari tugasnya sebagai seorang mata-mata pasukan Belanda.

“Sumeni merupakan pejuang wanita yang lahir di Sragen. Dia lulusan MULO [Meer Uitgebreid Lager Onderwijs] di Solo. Setelah lulus, ia tergabung dalam laskar pejuang wanita bersama pasukan Tentara Pelajar di bawah komando Mayor Hartadi. Sumeni mendapat tugas khusus untuk mengumpulkan informasi terkait peta kekuatan militer Belanda yang bermarkas di Pabrik Gula (PG) Mojo Sragen,” terang Johny.

Pada era Agresi Militer Balanda II, 1948, PG Mojo yang didirikan Willibald Dagobert van Nispen pada 1883 menjadi markas pasukan Belanda. Setidaknya terdapat tiga kompi pasukan Belanda yang berada di kompleks PG Mojo. Mereka tergabung dalam Koninklijk Nederlandsch-Indische Leger (KNIL) dan Korps Speciale Troepen (KSP) atau pasukan khusus Belanda.

Pada masa itu, pejuang berkali-kali menyerang pasukan Belanda yang bermarkas di PG Mojo. Titik pengintaian pejuang berada di kebun tebu yang sekarang berubah jadi Pusat Kuliner Veteran. Di tempat ini pernah berdiri, Gedung Joeang 45.

Untuk memuluskan misinya menghimpun informasi terkait peta kekuatan pasukan Belanda, Sumeni rela menjalin hubungan dengan pria yang bekerja sebagai pegawai di PG Mojo. Johny mengaku belum tahu apakah pegawai itu warga pribumi atau Belanda.

Baca Juga: 62% Kapasitas RST Magelang untuk Perawatan Covid-19

“Sumeni rela dinikahi pegawai PG Mojo. Berkat pernikahan itu, ia bisa leluasa mendekati kalangan militer Belanda di PG Mojo. Dia berhasil menjalankan tugasnya yakni memetakan kekuatan pasukan Belanda. Hingga akhirnya, ia berhasil membujuk satu pleton pasukan dari unsur KNIL untuk kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi. Satu pleton pasukan Belanda sekaligus senjatanya berpihak kepada RI berkat sosok Sumeni,” jelas Johny.

Johny belum bisa melacak di mana Sumeni tinggal setelah ada pengakuan kedaulatan RI. Walau cukup misterius, sosok Sumeni ternyata cukup disegani di kalangan Tentara Pelajar. “Saat saya datang ke Markas Tentara Pelajar di Solo, cerita terkait Sumeni ternyata sangat membekas di kalangan TP [Tentara Pelajar]. Mereka tahu sosok Sumeni. Tapi, tidak ada yang menyimpan dokumen foto dari Sumeni,” ujar Johny.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya