SOLOPOS.COM - Para mahasiswa ATMI tengah berpraktik menggerinda di bengkel akademi tersebut di Colomadu, Karanganyar. Penekanan pada praktik yang diterapkan oleh pendidikan kejuruan ini membuat lulusan ATMI selama ini mengemban citra sebagai tenaga siap kerja berkualitas tinggi. (JIBI/SOLOPOS/Agoes Rudianto)

Para mahasiswa ATMI tengah berpraktik menggerinda di bengkel akademi tersebut di Colomadu, Karanganyar. Penekanan pada praktik yang diterapkan oleh pendidikan kejuruan ini membuat lulusan ATMI selama ini mengemban citra sebagai tenaga siap kerja berkualitas tinggi. (JIBI/SOLOPOS/Agoes Rudianto)

Lembaga pendidikan tinggi di Indonesia jumlahnya cukup berlimpah. Namun, sangat sedikit yang menyiapkan mahasiswanya dengan keahlian yang diterima oleh pasar tenaga kerja. Pendidikan di Indonesia mengalami penurunan fungsi menjadi sekedar mesin cetak ijazah dengan kualitas lulusan yang tidak siap kerja. Akibatnya jumlah pengangguran terdidik makin menumpuk.

Promosi UMKM Binaan BRI Ini Jadi Kuliner Rekomendasi bagi Pemudik di Pekalongan

Mendiang Romo Johann Balthazar Casutt SJ, mantan pimpinan dan salah satu perintis pengembangan SMK St Mikael dan ATMI Solo, turut berperan dalam pengembangan pendidikan vokasi atau kejuruan di Indonesia. Romo kelahiran Swiss yang meninggal dunia Jumat (24/8/2012) lalu itu beberapa waktu lalu pernah dijumpai Bisnis.com dan menguraikan rahasia untuk mencetak lulusan sekolah kejuruan yang berkualitas tinggi. Berikut petikan wawancara dengannya.

Sejak didirikan 37 tahun lalu ATMI mampu bertahan sebagai panutan pendidikan teknik yang paling siap kerja di Asia. Apa yang menjadikan ATMI mampu bertahan?

Ekspedisi Mudik 2024

Ada tiga hal, antara lain menjaga kualitas sumber daya manusia yaitu instruktur dan siswa, peremajaan mesin yang mengikuti perkembangan jaman, menjaga mutu produk dihasilkan yaitu lulusan dan barang produksi yang dipesan pasar.

Sebetulnya seperti apa model pendidikan siap kerja apa yang telah berhasil diterapkan?

Praktik di sini menempati porsi terbesar. Komposisinya 2/3 di bengkel dan 1/3 di kelas atau 40 jam di bengkel dan empat jam teori. Tanpa praktik maka pendidikan siap kerja tak akan pernah terwujud. ATMI tetap bertahan untuk mempertahankan sistem paket. Selama tiga tahun diperlukan 5.510 jam tatap muka, jauh lebih banyak dibandingkan dengan sistem kredit semester tingkat Diploma 3.

Sistem gugur tingkat yang sudah ditinggalkan di tempat lain juga tetap dipertahankan. Siswa harus keluar jika tidak mampu memenuhi standar nilai yang ditentukan. Kedisiplinan dan etos kerja ditanamkan. Jika siswa terlambat maka mereka harus menggantikan jam keterlambatan itu. Mengambil satu baut saja maka siswa itu akan dikeluarkan.

Lulusan ATMI harus memenuhi tiga hal yaitu competensia [berdisiplin tinggi, teliti, dan konsisten pada mutu], conscientia [memiliki tanggung jawab moral], dan compassio [memiliki kepedulian pada orang kecil dan cinta kasih].

Ada pameo, selama tingkat satu siswa ATMI dilarang sakit. Jika ada pasti akan gugur di tengah jalan. Apakah memang disengaja?

Untuk tingkat satu, mereka harus melakukan kerja bangku 40 jam selama lima hari kerja atau seharinya delapan jam. Pekerjaan yang dilakukan sederhana, misalnya membuat baut dengan alat manual seperti kikir dan tanggem dengan ketelitian hingga 1/100 milimeter. Bagi lulusan SMU cukup berat. Sebab selama kerja bangku itu siswa harus terus berdiri. Tetapi sistem ini membuat lulusan ATMI siap bersaing di pasar kerja.

Bagaimana tenaga instruktur?

Gelar tidak perlu. Instruktur yang dipakai ATMI selain pintar juga terampil. Pada 1969 instruktur kami masih dari Swiss, di antaranya Mr W Frick, Mr Ruegg dan Mr Vetterli. Sejak 1970 selalu ada instruktur yang dikirim ke sekolah teknik di Jerman atau di Swiss a.l. Solingan, Jerman atau ke Ingenierschule St. Gallen [sekarang Fachhochschule] atau magang di perusahaan di sana.

Instruktur harus selalu mengikuti kemajuan industri permesinan. Kadang kami menolak untuk mengirim instruktur yang diundang Jerman sebab paket pendidikan yang ditawarkan di bawah standar ATMI.

Bagaimana dengan mesin untuk praktik?

Tentu terus diperbaharui. Sejak akhir 1980-an ATMI menjadi satu-satunya sekolah yang memiliki mesin Computer Numerical Control [CNC]/EDM/Wire Cut, guna membuat beragam barang, CAD/CAM [Computer Aided Design/Computer Aided Machine] yang canggih. Memang mahal tapi itu harus dilakukan untuk mengejar kemajuan teknik.

Saat ini komputer membuat pekerjaan menjadikan lebih mudah. Tapi kerja bangku tidak akan pernah dihapuskan. Sebab kerja bangku mengajarkan kedisiplinan, sikap percaya diri dan teliti.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya