SOLOPOS.COM - Bambang Murtiyoso (istimewa)

Solopos.com, SOLO--Dunia pewayangan Solo berduka. Tokoh senior mereka, Bambang Murtiyoso, 74, tutup usia, Minggu (3/1/2021). Mendiang Bambang selama ini dikenal sebagai pemikir dan kritikus seni pedalangan.

Lahir dan besar dari keluarga seniman, dia memutuskan kuliah di Jurusan Pedalangan Akademi Seni Karawitan Indonesia (ASKI) Solo -sekarang ISI Solo- selepas lulus sekolah. Dilanjutkan kuliah pasca sarjana S-2 bidang Pengkajian Seni Pertunjukan di Universitas Gajah Mada Yogyakarta, dan S-3 bidang Linguistik di Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Biar Sehat Dan Cantik, Waspadai Bakteri Di Kosmetik Dan Alat Rias Saat Pandemi

Rekan sejawatnya mengenal Bambang sebagai sosok yang detail dalam hal kritik pedalangan. Tulisannya tajam dan mengena. Sejumlah dalang pernah jadi sasaran kritiknya. Termasuk Ki Manteb Soedarsono, dan Ki Blacius Subono. Blacius Subono yang akrab disapa Pak Bono, Senin (4/1/2021), mengatakan pada tahun 2000an Ki Manteb pernah mengajak mendiang untuk ikut pentas setahun penuh demi mendapatkan masukan soal gayanya saat mendalang.

“Diajak terus selama setahun penuh untuk mendapat kritikan. Diberi saran, dibicaran, begitu. Karena kebetulan Pak Manteb ini orangnya senang dikritik,” kenang Pak Bono yang kala itu juga ikut nyantrik bareng Ki Manteb.

Bono juga pernah jadi obyek kritikan mendiang Bambang. Meski kritikannya cukup pedas, ia mengaku senang karena masukan-masukan yang diberikan sangat berguna untuk pengembangan kekaryaannya.

Ketajaman Tulisan

Sang junior yang sekarang menjadi Dekan di Fakultas Seni Pertunjukan ISI Solo, Sugeng Nugroho, mengenang mendiang sebagai senior yang ngayomi dan tidak menggurui. Soal ketajaman tulisan, ia banyak belajar dari Bambang. “Tulisan saya juga banyak dipengaruhi dari masukan-masukan mendiang,” kenangnya.

Sugeng kemudian menyebutkan beberapa buah pemikiran Bambang yang menjadi terbitan buku maupun tulisan. Di antaranya Menggapai Popularitas: Aspek-aspek Pen¬dukung Agar Menjadi Dalang Kondang (2004), Anom Suroto Dalang Desa Populer di Kota dalam buku Empat Menguak Tradisi, Seri Figur Seni Pertunjukan Indonesia, Jakarta: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia, dan Pidato Dies Natalis XXXIV STSI Surakarta dalam Dies Natalis XXXIV berjudul Bayang-bayang di Balik Dalang. Ditambah beberapa judul lain yang dimuat di media massa.

Perkuat Edukasi Gejala Covid-19 dan Kontak Erat

Meski tak menekuni dunia dalang, Bambang kerap menjadi inisiator pentas pewayangan seperti pakeliran layar lebar Sandosa (1992), dan pertunjukan wayang selama 50 malam berturut-turut dalam rangka HUT ke-50 RI di Solo bertajuk Festival Greget Dalang 1995.

Mendiang juga aktif mendukung organisasi seni dan pedalangan. Yakni pernah menjabat sebagai Ketua majelis SMK Negari 8 Surakarta, Pengurus Komda Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi) Jawa Tengah, Anggota Dewan Penasehat Pepadi Pusat, Anggota Dewan Kebijakan Senawangi Jakarta, Ketua Yayasan Sesaji Dalang 93, dan Ketua Paguyuban Penggemar Nartosabdo bernama Sabdo Pandito

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya