SOLOPOS.COM - VAR saat digunakan di pertandingan Liga Inggris. (tangkapan layar Youtube)

Solopos.com, JAKARTA-Indonesia akan menerapkan pengawasan pertandingan berbasis teknologi informasi, yakni VAR di 16 stadion dalam kompetisi Liga 1 2023/2024, khususnya paruh kedua musim.

Teknologi VAR ini merupakan “mata elang” (hawkeye) bagi wasit terhadap potensi pelanggaran yang tak terlihat oleh pandangan mereka.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Sepak bola telah menjadi cabang olahraga paling populer dan digemari di Indonesia. Kendati prestasi tim nasional Garuda belum mampu menembus jagat sepak bola dunia, pada kenyataannya hampir di tiap pelosok Nusantara olahraga ini dimainkan oleh siapa saja.

Jutaan orang Indonesia bahkan sanggup menahan kantuk mereka hanya untuk menyaksikan tayangan sepak bola nasional dan mancanegara hingga lewat larut malam yang disiarkan oleh stasiun televisi nasional atau melalui siaran televisi berbayar.

Dikutip dari Indonesia.go.id, lembaga riset AC Nielsen lewat laporan survei terbaru mereka bertajuk World Football Report 2022 menempatkan sepak bola sebagai olahraga paling banyak disukai oleh warga dunia. Dalam survei pada Mei-November 2021 dan Januari-April 2022, ada sekitar 40 persen masyarakat di seluruh dunia menyenangi sepak bola.

Khusus di kawasan Asia, Vietnam didaulat sebagai negara dengan jumlah penggemar sepak bola terbanyak, yaitu mencapai 75 persen dari total penduduk mereka.

Uni Emirat Arab mengekor di urutan berikutnya dengan persentase 70 persen diikuti oleh Indonesia dengan 69 persen dari total 277,43 juta penduduknya.

Uniknya, dari 11 negara Asia yang disurvei, terdapat enam negara Asia Tenggara dengan persentase tinggi terhadap penduduk penyuka sepak bola meski timnas mereka belum pernah menembus putaran final Piala Dunia.

Hanya Jepang, Korea Selatan, Tiongkok, dan Arab Saudi saja dari 11 negara-negara Asia tadi yang pernah lolos ke Piala Dunia.

Sepak bola juga telah menjelma menjadi industri di 11 negara tersebut. Sebut saja kompetisi sepak bola di Jepang, yakni Liga J diklaim memberikan pemasukan kepada Asosiasi Sepak Bola Jepang (JFA) sebesar USD2 miliar atau sekitar Rp30,4 triliun. Angka itu mendekati pendapatan asosiasi sepak bola di Jerman yaitu DFB, yakni mencapai USD5 miliar (Rp76 triliun) atau tertinggi di dunia.

Lalu, bagaimana dengan Indonesia? Riset BRI Research Institute pada Juni 2023 menyebutkan bahwa kompetisi sepak bola nasional Liga 1 musim 2023/2024 yang telah bergulir pada 1 Juli 2023 tersebut, berpotensi menciptakan perputaran uang senilai Rp9 triliun untuk satu musim saja.

Lembaga riset milik bank pelat merah sekaligus sponsor utama Liga 1 itu, seperti dikutip dari website mereka, mengatakan bahwa angka sebesar itu datang dari beberapa aspek.

Misalkan, dari nilai tambah ekonomi sebesar Rp4,8 triliun, tambahan pendapatan rumah tangga pekerja sebesar Rp1,8 triliun, potensi pendapatan pajak tidak langsung bagi pemerintah Rp721 miliar dan penciptaan lapangan kerja bagi 44.000 orang.

Angka BRI Research Institute itu jauh lebih besar dari hasil penelitian Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Indonesia yang menyebut kisarannya Rp2,7 triliun-Rp3 triliun.

Seperti diketahui, Liga 1 musim 2023/2024 diikuti oleh 18 klub profesional dan masing-masing wajib menjalani 34 kali pertandingan sejak 1 Juli 2023 sampai 26 Mei 2024.

Pihak Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) dalam website mereka menyebutkan, dalam kurun 10 bulan kompetisi, bakal ada 314 pertandingan. Seluruh laga diadakan di 16 stadion dan tersebar di Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan.

 

Teknologi VAR

Mulai musim 2023/2024 ini pula PSSI memperkenalkan wajah baru Liga 1. Misalnya saja ketentuan pemain asing dari semula lima orang, kemudian ditambahkan jatah satu orang asal Perhimpunan Negara-Negara Asia Tenggara (ASEAN) atau 5+1.

Klub peserta juga wajib membayar pajak dari semula statusnya pajak perseroan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP). Selain itu, mulai Februari 2024 atau di paruh kedua musim kompetisi 2023/2024, Liga 1 bakal memiliki asisten wasit berbasis tayangan video atau dikenal sebagai Video Assistant Referee (VAR).

Teknologi VAR tersebut berguna sebagai “mata elang” (hawkeye) korps hitam-hitam, julukan wasit sepak bola, terhadap potensi pelanggaran yang tak terlihat oleh pandangan mereka di lapangan dan hanya mampu diteliti lewat rekaman video yang diputar ulang dalam waktu sepersekian detik.

Cara kerjanya, ketika ada keraguan dari para pengadil terhadap suatu tindakan apakah berpotensi pelanggaran atau bukan, maka mereka akan memberi kode khusus gerakan tangan membentuk kotak.

Selanjutnya, wasit akan menuju ke sebuah monitor khusus yang ditempatkan di kursi pengawas pertandingan di tepi lapangan hijau. Wasit akan memperhatikan rekaman video dari tayangan ulang peristiwa potensi pelanggaran yang dimaksud. Tayangan ini telah disiapkan oleh para wasit dan asisten wasit VAR dari ruang kontrol di sisi lain dari stadion. Terdapat minimal delapan unit layar monitor ukuran 50 inci yang diawasi oleh empat orang berpakaian wasit di ruang VAR.

Setelah menyaksikan tayangan yang diulang beberapa kali dari monitor, wasit akan kembali ke lapangan untuk mengeluarkan keputusannya.

Karena itu, VAR “memaksa” adanya sejumlah hal, mulai dari kesiapan infrastruktur penunjang seperti peralatan teknologi informasi dan tenaga pengendali. Kemudian pemasangan puluhan kamera sirkuit jenis hawkeye beresolusi sangat tinggi di beberapa sudut stadion, ruang monitor VAR, dan tentu saja wasit dan asisten wasit yang mampu mengoperasikan VAR, baik berlisensi PSSI atau FIFA.

Ini akan menjadi hal baru bagi sepak bola nasional kendati di kompetisi sejumlah negara Asia seperti Jepang, Korea Selatan, negara-negara Teluk, sudah diberlakukan sejak beberapa tahun lalu.

Thailand menjadi negara pertama di Asia Tenggara yang memakai VAR sejak tahun 2018. Indonesia tidak sendirian menerapkan VAR karena mulai musim kompetisi 2023/2024, Vietnam dan Malaysia pun siap-siap menerapkan teknologi asisten wasit canggih ini.

Seperti dilansir Reuters, jika Indonesia sedang menyiapkan pelatihan wasit mengenai cara memakai VAR, maka Vietnam telah memiliki 18 wasit dan asisten wasit VAR berlisensi Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA).

Sesuai pedoman dari badan sepak bola dunia tersebut, negara-negara pemakai VAR diminta menerapkannya secara bertahap. FIFA tidak menganjurkan negara pengguna VAR memakainya dalam laga berisiko tinggi.

PSSI harus merogoh kocek hingga Rp100 miliar untuk menyiapkan VAR dan ongkos produksi pemakaian VAR di tiap pertandingan dapat memakan biaya mencapai Rp200 juta seperti dikutip dari Antara.

Ketua Umum PSSI Erick Thohir seperti dilansir website PSSI mengatakan, dari 16 stadion penyelenggara Liga 1, baru Stadion Kapten I Wayan Dipta di Gianyar, Bali dan Stadion Gelora Bung Tomo (GBT), Sidoarjo, Jawa Timur saja yang sudah menyiapkan ruang kontrol VAR.

Hal itu dapat dimaklumi karena awalnya kedua stadion adalah bagian dari enam stadion yang disiapkan Indonesia untuk menggelar putaran final Piala Dunia U-20 2023. Namun belakangan, FIFA membatalkan penyelenggaraan ajang tersebut meski seluruh stadion sudah dinyatakan sesuai standar organisasi sepak bola global yang bermarkas di Swiss itu.

Untuk pelaksanaan ajang sekelas Piala Dunia, fasilitas VAR menjadi sarana yang wajib ada di setiap stadion.

“Teknologi VAR memang tidak murah, tetapi ini salah satu upaya kita membenahi persepakbolaan di Tanah Air. Semua pemangku kepentingan harus mau duduk dan belajar bersama untuk memajukan sepak bola termasuk meningkatkan kemampuan dan keahlian para wasit dalam memimpin sebuah pertandingan. Karena itu, selain menggandeng FIFA, PSSI juga mengikat kerja sama dengan JFA untuk ikut membantu membenahi wasit-wasit Indonesia,” kata Erick.



 

Transformasi Nasional

Adanya VAR juga diikuti oleh kewajiban bagi setiap klub untuk memasang papan iklan elektronik berbasis LED di tepi lapangan atau dikenal dengan E-Board LED. Lewat pemasangan peralatan ini yang sudah 30 tahun dipakai oleh liga-liga di daratan Eropa, maka membuka potensi pendapatan lebih besar dari sektor iklan bagi klub-klub Liga 1.

Menurut Wakil Ketua Umum PSSI Zainuddin Amali, klub bertanggung jawab mengadakan sendiri E-Board LED tersebut bekerja sama dengan pengelola stadion kandang (homebase) kesebelasan.

Pelaksanaan Liga 1 juga menjadi awal dimulainya penerapan transformasi menyeluruh terhadap sepak bola nasional seperti yang diminta oleh Presiden Joko Widodo pascakerusuhan di Stadion Kanjuruhan Malang, 1 Oktober 2022 yang menewaskan ratusan penonton.

Peristiwa itu menjadi momentum pemerintah turun tangan membantu PSSI membenahi infrastruktur 22 stadion di tanah air dan akan direnovasi mulai dari kategori ringan sampai berat termasuk Stadion Kanjuruhan.

Renovasi selama 18 bulan itu akan dilakukan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat serta menelan anggaran Rp1,9 triliun. “Pekerjaannya mulai dari sekadar merapikan ruang-ruang penting di stadion dan lapangan parkir, mengganti jenis rumput stadion, mengganti bangku penonton sampai membangun ulang stadion,” ungkap Menteri PUPR Basuki Hadimuljono.

Pengamat sepak bola nasional Muhammad Kusnaeni menyambut baik penerapan wajah baru dalam kompetisi sepak bola nasional terutama membenahi stadion-stadion di tanah air. Namun demikian, pria yang akrab dipanggil Bung Kus itu mengharapkan agar PSSI dapat mengajak seluruh pendukung kesebelasan menjaga seluruh fasilitas stadion, tidak melakukan vandalisme dan aksi-aksi tak terpuji lainnya termasuk tindakan rasisme agar peristiwa kelam di Kanjuruhan tak terulang kembali.







Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya