SOLOPOS.COM - Ilustrasi teh poci yang menjadi tradisi masyarakat Tegal. (Shoqib Angriawan/JIBI/Solopos)

Solopos.com, TEGAL — Berbicara tentang Tegal, banyak yang akan langsung terbesit warteg, yang merupakan akronim dari warung tegal yang banyak tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Namun, sejatinya Tegal tidak hanya terkenal dengan kuliner, masih ada tradisi lain yang kental dengan masyarakat di wilayah Pantura itu, yakni minum teh poci.

Dikutip dari laman id.wikipedia.org, teh poci adalah teh yang diseduh secara khas dalam poci dan cangkir yang terbuat dari tanah liat. Teh ini biasanya diminum dengan dicampur gula batu dan disajikan saat masih panas.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Tradisi minum teh dengan poci yang dibuat tembikar ini sudah sangat populer di Tegal, Jawa Tengah (Jateng). Bahkan, bagi masyarakat Tegal ada sebuah ungkapan yang menyatakan, “Jangan mengaku orang asli Tegal, bila tidak suka minum teh.”

Budaya minum teh di Tegal memang sudah sangat kental. Padahal, Tegal bukanlah daerah penghasil tanaman teh. Bahkan, produksi teh di Tegal masih kalah jauh dari daerah-daerah yang ada di sekitarnya seperti Pekalongan, Pemalang, maupun Batang.

Namun, tradisi minum teh justru lebih populer di Tegal dibanding daerah sekitarnya. Bahkan, Tegal memiliki sejumlah industri teh. Total ada sekitar 10 perusahaan teh yang berada di Kabupaten Tegal maupun Kota Tegal, yang hingga kini masih menelurkan produk-produk yang cukup terkenal seperti Teh Poci, Teh Tongjie, hingga Teh Gopek.

Baca juga: Kenapa Racikan Teh Solo Begitu Terkenal dan Melegenda?

Tidak diketahui secara pasti sejak kapan tradisi minum teh maupun yang disajikan dengan poci, atau populer disebut moci, ada di Tegal. Meski demikian, Antropolog Universitas Gadjah Mada, Pande Made Kutanegara, seperti dikutip dari laman indonesia.go.id, Rabu (10/8/2022), menyebut budaya minum teh di Tegal sudah ada sebelum abad ke-17.

Budaya ini konon berasal dari masyarakat Tionghoa yang datang ke Tegal. Maklum, kala itu Tegal memang dikenal sebagai jalur perdagangan karena memiliki pelabuhan besar, sehingga menjadi persinggahan para saudagar dari luar negeri.

Namun, terlepas dari sejarah atau berkembangnya budaya teh di Tegal, teh Tegal atau yang juga dikenal dengan sebutan teh Slawi memang memiliki keistimewaan. Apalagi, jika teh dari Tegal itu diseduh dengan air panas dalam poci. Poci tanah liat ini diyakini menciptakan aroma teh yang khas, ditambah disajikan dengan gula batu.

Baca juga: Teh Poci Tegal vs Teh Oplosan Solo, Mana Lebih Nikmat?

Teh yang diseduh dalam poci yang telah dituang ke cangkir berisi batu itu konon juga tidak boleh diaduk. Masyarakat Tegal biasanya membiarkan gula batu itu larut, tercampur dengan sendirinya dengan teh yang dituang dari poci. Inilah yang diyakini menjadi karakteristik penyajian dan sekaligus citar rasa teh Slawi, yang juga dikenal dengan nama teh poci.

Menariknya lagi, masyarakat di Tegal juga meyakini poci tanah liat yang digunakan untuk menyeduh teh, pada bagian dalamnya tidak boleh dicuci. Setiap poci yah habis dipakai untuk menyeduh, cukup dibuang sisa-sisa tehnya.

Sisa-sisa teh yang telah menjadi kerak berwarna hitam di dalam poci itu dipercaya akan menambah cita rasa dan aroma teh. Bahkan, konon semakin lama usia poci yang digunakan, maka cita rasa dan aroma teh pun akan semakin enak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya