SOLOPOS.COM - Aparat kepolisian mengepung Ponpes Shiddiqiyah Jombang untuk menangkap anak sang kiai yang menjadi DPO kasus pencabulan, Kamis (7/7/2022). (Youtube/TVOnenews)

Solopos.com, JOMBANG — Pesantren Shiddiqiyyah di Ploso, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, dalam beberapa waktu terakhir memang sedang ramai diperbincangkan publik. Hal ini setelah mencuat kasus dugaan pencabulan terhadap santriwati dengan tersangka anak pendiri pesnatren tersebut, MSA atau Moch. Subchi Azal Tsani alias Mas Bechi, 42.

Sebenarnya Shiddiqiyyah merupakan salah satu aliran tarekat di Indonesia. Dikutip dari penelitian ilmiah berjudul Tasawuf Kebangsaan: Konstruksi Nasionalisme Tarekat Shiddiqiyyah Ploso Jombang Jawa Timur karya Miftakhul Arif, tarekat Shiddiqiyyah ini pertama kali dikenalkan oleh seorang tokoh bernama K. H. Muhammad Muchtar bin Abdul Mu’thi di Ploso, Jombang. Ajaran tarekat Shiddiqiyyah ini diperoleh Kiai Muchtar dari Kiai Syuaib Jamali, salah seorang ulama asal Banten.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Kiai Muchtar bertemu Kiai Syuaib untuk pertama kali berlangsung di Masjid Agung Banten sekitar 1952. Dari pertemuan awal itu kemudian muncul pertemuan berikutnya di daerah Kaseman, Banten. Di daerah ini, Kiai Muchtar pertama kali dibaiat oleh Kiai Syuaib masuk ke dalam tarekat Khalwatiyah.

Tarekat Khalwatiyah ini nantinya yang akan menjelma menjadi tarekat Shiddiqiyyah dan berpusat di Losari, Ploso, Jombang.

Baca Juga: Halangi Penangkapan, Polisi Ungkap Peran 5 Simpatisan Mas Bechi

Perubahan nama tarekat itu bukan kehendak probadi dari Kiai Muchtar, namun memang berasal dari Kiai Syuaib. Menurut Kiai Syuaib, nama tarekat Khalwatiyah yang diajarkannya kepada Kiai Muchtar sebenarnya bernama asli Shiddiqiyyah. Untuk itu, Kiai Syuaib mengamanatkan kepada Kiai Muchtar supaya suatu saat ketika sudah memiliki kekuatan untuk mengembalikan nama dari tarekat Kholwatiyah menjadi Shiddiqiyyah.

Doktrin Tarekat Shiddiqiyyah

Tarekat Shiddiqiyyah memiliki ciri berbeda dari tarekat pada umumnya. Salah satu keunikannya yakni pada doktrin yang diajarkan. Kalau tarekat pada umumnya lebih berorientasi pada bimbingan spiritual melalui metode zikir, tetapi tarekat Shiddiqiyyah bukan hanya mengajarkan olah jiwa, tetapi juga mengintegrasikannya dengan doktrin kemanusiaan dan kebangsaan.

Hal itu terlihat dari syarat yang harus dipenuhi oleh calon murid Shiddiqiyyah, yakni untuk menjalankan doktrin delapan kesanggupan. Dikutip dari shiddiqiyyah.org, Minggu (10/7/2022) delapan kesanggupan itu antara lain:

Baca Juga: Sedih! Ini Curhatan Ayah Korban Pencabulan Anak Kiai Jombang Mas Bechi

  1. Sanggup taat kepada Allah, berbakti kepada Allah
  2. Sanggup taat kepada Rasulullah
  3. Sanggup taat bakti kepada orang tua
  4. Sanggup bakti kepada sesama manusia
  5. Sanggup bakti kepada Negara Kesantuan Republik Indonesia (untuk warga negara Indonesia)
  6. Sanggip cinta tanan air Indonesia (untuk warga negara Indonesia)
  7. Sanggup mengamalkan ajaran tarket Shiddiqiyyah
  8. Sanggup menghargai waktu

Mengenai tujuan dari tarekat Shiddiqiyyah ini antara lain manusia dididik, dibimbing, dituntun agar dekat kepada Allah; manusia dididik, dibimbing, dituntun agar kenal kepada Allah yang sebnear-benarnya kenal melalui praktik Zikir Sirru Ismu Dzat; manusia didik, dibimbing, dituntun agar menjadi manusia takwa yang sebenar-benarnya takwa; manusia dididik, dibimbing. Dituntun agar menjadi manusia yang bersyukur kepada Allah.

Dalam penelitiannya,  Miftakhul Arif juga menyampaikan di kawasan Pesantren Majmaul Bahrain Hubbul Wathon Minal Iman yang ada di Desa Losari, Ploso, terdapat banyak monumen-monumen simbolik yang menggambarkan pentingnya cinta tanah air. Monumen tersebut dibangun dengan arsitektur yang indah dan memiliki ciri khas khsuus. Monumen itu seperti bertuliskan hubbul wathon minal iman (cinta tanah air bagian dari iman), law la hubbul wathon la kharaba al-bilad (seandainya bukan karena cinta tanah air, niscaya negara akan hancur), dan lainnya.

Baca Juga: Unik! Punya 48 Cucu & Cicit, Nenek di Ponorogo Gelar Tradisi Angon Putu

Bukan hanya itu, semangat cinta tanah air juga terlihat dari aktivitas pendidikan seperti dimasukkannya pelajaran cinta tanah air sebagai salah satu pelajaran wajib bagi peserta didik Tarbiyah Hifdzul Ghulam wal Banat (THGB) mulai tingkat SD hingga SMA, dan juga bagi mahasiswa Shiddiqiyyah yang belajar di Perguruan Tinggi Maqoshidu Al-qur’an.

Pengurus juga mengonsep kurikulum yang dikembangkan di lembaga pendidikan Shiddiqiyyah dirancang secara khusus untuk membenttuk manusia yang sadar beragama dan bernegara,

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya