SOLOPOS.COM - Rr. Rina Ummu Hani’ Assalimah atau yang akrab disapa Putri Gempa, pendiri organisasi pecinta alam Gempa Adventure. (Istimewa/Gempa Adventure)

Solopos.com, PONOROGO — Rr. Rina Ummu Hani’ Assalimah, 43, tak menyangka organisasi pecinta alam yang dibangunnya pada 17 tahun lalu bisa bertahan hingga sekarang. Bahkan, organisasi yang diberi nama Gerakan Merah Putih Pecinta Alam atau Gempa Adventure itu pada tahun 2022, mendapat penghargaan dengan menjadi juara I tingkat nasional lomba Wana Lestari 2022 kategori Kelompok Pecinta Alam dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Perempuan yang akrab disapa Putri Gempa itu mendirikan Gempa Adventure pada 2005 bersama dua temannya Alif Septa Marantiu dan Titik Munawaroh. Tiga perempuan yang berasal dari berbagai daerah berbeda ini dipertemukan saat menimba ilmu di salah satu perguruan tinggi swasta di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Namun, kedua temannya itu harus pulang ke kampung halaman masing-masing pada 2007 usai menyelesaikan perkuliahan.

Organisasi pecinta alam itu berdiri sebagai bentuk keprihatian atas kerusakan alam yang terjadi di wilayah Ponorogo. Waktu itu, dia banyak melihat hutan gundul karena ditebang secara membabi buta oleh orang tak bertanggungjawab.

Bukan hanya itu, ia juga melihat kesadaran masyarakat dalam melestarikan dan melindungi lingkungan masih sangat minim. Setelah berbincang dengan dua temannya itu, mereka memutuskan untuk membangun kelompok pecinta alam bernama Gempa Adventure.

Baca Juga: Berkunjung ke Madiun, Presiden PKS Dukung Karier Politik Maidi: Kan Baru Sekali

Ketiga mahasiswi itu pun langsung tancap gas menggelar berbagai kegiatan konservasi lingkungan. Salah satu kegiatan yang dilakukan, mencabuti paku dari pohon-pohon yang ada di sejumlah jalan di kawasan perkotaan Ponorogo.

Menurutnya, paku yang ditancapkan ke pohon itu sangat menyakiti pohon. Pertumbuhan pohon pun akan terganggu. Aksi cabut paku itu secara konsisten dilakukan.

Selain aksi itu, ia juga mulai menggalakkan aksi konservasi lingkungan dengan melakukan penanaman pohon. Terlibat aktif untuk melakukan penyadaran terkait pentingnya menjaga lingkungan kepada pelajar dan mahasiswa. Para pemuda ini juga diajak untuk mencintai lingkungan.

sosok putri gempa ponorogo
Rr. Rina Ummu Hani’ Assalimah atau Putri Gempa melakukan penghijauan lingkungan bersama pelajar. (Istimewa/Gempa Adventure)

Gerakan-gerakan itu yang membuat Gempa Adventure mulai dikenal khalayak. Menurut Putri, membangun organisasi baru memang tidak mudah seperti membalikkan telapak tangan. Berbagai rintangan silih berganti menghampiri.

Meski banyak hambatan, Putri tetap konsisten untuk membangun organisasi ini. Baginya, melindungi alam menjadi salah satu bentuk tanggung jawab manusia untuk menjaga ciptaan Tuhan.

Bukan Perkara Mudah

Dalam misi penyadaran untuk melestarikan lingkungan, Putri mengakui hal itu bukan perkara mudah dan instan. Butuh proses panjang, bahkan setelah Gempa Adventure berusia 17 tahun pun, kerja-kerja penyadaran terhadap konservasi lingkungan masih terus dilakukan dan tetap menjadi prioritas.

Baca Juga: Pakai Google Maps, Ini Kronologi Komplotan Maling Curi Komputer di SMPN 2 Geger

Reboisasi atau penghijauan pertama dilakukan Gempa di kawasan hutan Kecamatan Sambit. Kala itu, ia melihat ada titik di kawasan hutan Sambit gundul karena pohonnya banyak ditebang. Setelah melakukan survei lokasi, akhirnya ia mendatangi warga setempat untuk menyampaikan niatnya untuk melakukan penghijauan.

“Kami saat melakukan penanaman pohon memang harus survei dulu. Kami juga meminta izin kepada pemangku kepentingan. Misal itu berada di kawasan Perhutani atau hutan rakyat, kami akan izin dulu,” kata dia saat ditemui Solopos.com di sekretariat Gempa Adventure di Kabupaten Ponorogo, Sabtu (19/11/2022).

Proses penanaman pohon pun tidak mulus, ada tantangan saat berhadapan dengan warga di kawasan hutan. Warga kebanyakan meminta pohon yang ditanam adalah pohon berbuah bukan tanaman keras. Padahal, untuk mengikat tanah dan kebutuhan konservasi lingkungan dibutuhkan penanaman pohon-pohon keras.

sosok putri gempa ponorogo
Rr. Rina Ummu Hani’ Assalimah atau yang akrab disapa Putri Gempa, pendiri organisasi pecinta alam Gempa Adventure. (Istimewa/Gempa Adventure)

Pandangan masyarakat terhadap penanaman pohon ini masih didominasi dengan pemahaman yang berujung pada nilai ekonomi. Meski pun hal itu bertentangan dengan misi konservasi alam.

“Ini yang menjadi tantangan hingga saat ini. Kami mencoba untuk menyadarkan masyarakat, khususnya yang hidup di sekitar hutan, supaya tidak hanya menanam tanaman berbuah saja, tetapi juga menanam tanaman keras. Itu pertentangannya cukup tinggi,” jelasnya.

Setelah dilakukan dialog dengan warga setempat, akhirnya mereka mau menanam separuh tenaman keras dan separuhnya lagi tanaman buah. Cara ini dilakukan supaya dari sisi konservasi alam ada hasilnya dan kepentingan masyarakat terakomodasi.

“Seperti di Sambit, akhirnya diputuskan untuk sebagian lahan ditanam tanaman keras dan sebagian ditanam buah jambu mete,” kata perempuan yang lahir di Kabupaten Bondowoso itu.

Alih Fungsi Lahan

Putri mengingat peristiwa bencana alam tanah longsor di Desa Banaran, Kecamatan Pulung, pada 1 April 2017 yang menyebabkan puluhan orang meninggal dunia serta puluhan rumah rusak parah tertimpa longsor. Bencana hidrometeorologi itu terjadi salah satu penyebabnya karena alih fungsi lahan. Kawasan yang seharusnya ditanami pohon keras, justru ditanami jahe.

Baca Juga: Siswa SD di Malang Dianiaya Kakak Kelas, Ortu: Anak Saya Alami Muntah & Kejang

Bencana besar itu, kata dia, seharusnya bisa menjadi pelajaran dan refleksi untuk lebih mencintai alam serta memperhatikan ekologi lingkungan.

“Ada beberapa kejadian longsor di Ponorogo, saya melihat tidak ada tanaman yang benar-benar akarnya itu mengikat tanah. Sehingga tebing mudah longsor.”

Alih fungsi lahan masih menjadi tantangan tersendiri dalam konservasi lingkungan. Perlu dilakukan kerja-kerja bersama dari berbagai pihak. Gempa Adventure sendiri terus meluruskan aktivitas yang keliru itu saat melakukan penanaman pohon.

Dalam 17 tahun terakhir, Gempa Adventure tercatat telah melakukan penanaman pohon di hampir seluruh perbukitan yang ada di Ponorogo. Mulai di wilayah Kecamatan Balong, Slahung, Sawoo, Sooko, Ngebel, Sampung, dan lainnya.

Baca Juga: Korsleting Listrik, 2 Toko Emas & 1 Toko Kelontong di Pasar Bandung Terbakar

Dari beberapa kejadian bencana dan reaksi warga, Putri menilai kesadaran masyarakat dalam melestarikan alam memang bukan menjadi prioritas. Dari pengalaman dengan bergelut di konservasi alam, dia semakin menyadari bahwa sebenarnya manusia sangat egois dan tidak pernah mau tahu tentang keberlanjutan alam. Padahal, alam dan kelestarian lingkungan yang akan diwariskan kepada anak serta cucu di masa mendatang.

“Kalau alam sudah rusak, sumber air sudah rusak. Lantas anak cucu kita nanti mau diwarisi apa. Padahal air itu sumber kehidupan. Manusia memang sangat egois. Hanya berpikir untuk besok, besok berpikir untuk besoknya lagi, tanpa ada pemikiran yang panjang untuk kelestarian alam,” terang dia.

Berbicara mengenai kelestarian sumber air, ia menyampaikan pohon menjadi salah satu bagian penting untuk menjaganya. Penanaman pohon yang tepat bisa membuat sumber air tetap lestari dan bisa diwariskan.

Hal semacam ini kurang dilirik masyarakat, karena tidak secara langsung memberikan manfaat bagi kehidupan. Namun, sebenarnya langkah-langkah ini yang bisa dilakukan supaya sumber-sumber air tetap terjaga.



Baca Juga: Berikut Ini Deretan Motif Batik Khas Madiun, Ada Songsong hingga Porang

“Prinsip hidup saya, kalau kita dekat dan perhatian dengan semesta. Semesta akan sayang sama kita. Semesta itu punya insting,” kata Putri.

Diterpa Isu Negatif

Sebagai organisasi non-profit, Gempa Adventure kerap diterjang isu-isu tak sedap. Sebagai pendiri, Putri juga kerap mendapat pertanyaan dengan tendensi negatif mengenai konsistensinya di Gempa Adventure, padahal tanpa mendapatkan gaji.

“Sering dapat pertanyaan, enggak digaji kok mau [Gempa Adventure]? Saya menyadari, tidak munafik semua orang butuh uang. Tetapi, rezeki itu kan datangnya tidak hanya dari situ. Saya bisa mendapatkan rezeki dari sumber lain,” jelasnya.

sosok putri gempa ponorogo
Rr. Rina Ummu Hani’ Assalimah atau Putri Gempa melakukan penghijauan lingkungan bersama pelajar. (Istimewa/Gempa Adventure)

Berproses di Gempa Adventure, bagi Putri justru menjadi bagian dari tanggung jawab kita sebagai manusia untuk menjaga alam.

Untuk menepis cerita miring tentang Gempa Adventure, dia mengatakan kini organisasi pecinta alam ini sudah memiliki berbagai kegiatan usaha yang menghasilkan profit. Keuntungan yang didapatkan kemudian digunakan untuk menghidupi kegiatan organisasi.

Dalam mencapai titik ini, dia mengaku perjalanannya tidak singkat. Butuh perjuangan dan komitmen.

Sejak awal berdiri, Gempa Adventure tidak pernah menggantungkan hidup organisasi kepada pihak eksternal.



Putri mengingat saat itu memiliki usaha gaduh kambing atau kerja sama peternakan kambing dengan memberdayakan peternak. Kambing yang dipelihara saat itu ada 20 ekor. Setelah Gempa Adventure berdiri, dia pun menghibahkan 16 ekor untuk kebutuhan operasional organisasi. Sedangkan empat ekor sisanya digunakan untuk kebutuhan hidupnya.

Baca Juga: Tagana Madiun Bikin 100 Kg Sambal Pecel untuk Dikirim ke Korban Gempa Cianjur

Belasan ekor kambing tersebut pun dari tahun ke tahun semakin banyak. Hasil penjualan kambing kemudian dibagi dengan peternak yang merawat dan masuk ke kas Gempa.

Uang dari penjualan kambing, selama ini digunakan untuk membiayai operasional organisasi. Berbagai kegiatan untuk mendukung konservasi alam diambil dari uang hasil penjualan kambing. Bahkan usaha gaduh kambing ini masih bertahan hingga kini.

“Kambing kita pernah sampai 30 ekor. Untuk harganya pun kan naik turun ya. Biasanya kita jual itu saat Iduladha, karena permintaan kambing naik kan untuk kurban. Seperti Iduladha tahun ini, kita ngejual lima ekor kambing, itu kita bisa mendapatkan keuntungan sekitar Rp19,5 juta. Itu ya masuk untuk kas Gempa,” jelasnya.

Kembangkan Usaha Organisasi

Setelah usaha gaduh kambing ini semakin berkembang dan terbilang stabil, kini Gempa Adventure pun mulai mengembangkan unit usaha lain. Sejak tiga tahun lalu, Putri bersama timnya di Gempa membangun usaha pengolahan hasil tanaman perkebunan, seperti jahe dan kopi. Produk yang dibuat seperti jahe bubuk, manisan jahe, wedang uwuh, dan kopi bubuk.

Baca Juga: Berikut 5 Konglomerat Surabaya yang Kekayaannya Capai Puluhan Triliun Rupiah

Produk ini memang cukup laku di pasaran, karena waktu itu tepat pada awal pandemi Covid-19. Kebutuhan akan minuman berkhasiat seperti jahe bubuk ini banyak diburu. Momen itu yang membuat usaha ini cepat berkembang.



Dalam sekali produksi, Putri mengaku bisa menghabiskan 1,5 kuintal jahe. Meski dalam jumlah kecil, usaha kecil-kecilan yang dirintis Gempa Adventure ini pun bisa menyerap tenaga kerja. Sekali produksi produk minuman instan kesehatan ini, setidaknya empat orang dibutuhkan untuk membantu.

“Produksinya memang tidak setiap hari. Tapi, sekali produksi bisa sampai 1,5 kuintal jahe. Itu belum yang kopi dan wedang uwuh.”

Untuk menjalankan unit bisnis tersebut, Putri mengatakan dibantu dengan beberapa anggota Gempa Adventure. Mulai dari urusan produksi hingga pemasaran produk.

Baca Juga: Resmi! UNS Terima Hibah Kampus Caruban dari Kabupaten Madiun

Tidak berhenti di situ, unit usaha Gempa Adventure pun berkembang lagi dengan mendirikan kedai minuman di kantor sekretariat.

“Kalau omzet penjualan dari produk olahan jahe dan minuman kesehatan sekitar Rp3 juta sampai Rp5 juta. Sedangkan untuk kafe [kedai] sehari bisa mencapai Rp200.000. Kami bersyukur penghasilan itu bisa semakin memperkuat keuangan organisasi,” terangnya.

Tidak semua hasil yang didapatkan dari usaha itu masuk ke kas Gempa. Ada sebagian yang juga digunakan untuk menjalankan usaha, seperti pengembangan modal dan membayar gaji karyawan.

“Semisal harga produk Rp20.000, itu Rp2.000 digunakan untuk kas Gempa. Perputaran modal juga penting diperhatikan.”

sosok putri gempa ponorogo
Sekretariat Gempa Adventure di Kabupaten Ponorogo. (Abdul Jalil/Solopos.com)

Pihaknya juga mengalokasikan untuk kebutuhan penanganan kebencanaan, seperti membeli berbagai bahan pangan, seperti beras, minyak, gula, dan lainnya. Bahan pangan ini biasanya dikeluarkan saat ada bencana alam dan disalurkan kepada korban bencana.



Berbuah Apresiasi

Atas kegigihannya yang tidak pernah lelah melakukan penyadaran dan konservasi alam serta membangun organisasi yang mandiri melalui berbagai kegiatan usaha tersebut, Gempa Adventure menjadi pemenang juara I tingkat Provinsi Jawa Timur dalam Lomba Wana Lestari tahun 2022 kategori Kelompok Pecinta Alam.

Konsistensinya dalam menjaga alam pun diapresiasi dengan menjadi juara I tingkat nasional lomba Wana Lestari tahun 2022 kategori Kelompok Pecinta Alam dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Penghargaan dari Kementerian LHK ini didapat dengan proses yang susah payah. Selain menjadi organisasi non-profit yang bergerak dalam kerja-kerja konservasi alam dan penyadaran terhadap ekologi lingkungan. Gempa Adventure dianggap memiliki sisi keunikan, yakni bisa mandiri dalam pengelolaan organisasi melalui unit usaha yang diciptakan.

Baca Juga: Wisata Bahari Lamongan: Lokasi, Tiket Masuk, dan Wahana Seru di Dalamnya

Poin tersebut, kata Putri, menjadi salah satu dari pertanyaan yang diajukan tim juri dan menjadi pembeda dari organisasi sejenis yang menjadi nominator dalam ajang itu.

Putri menganggap apresiasi ini sebagai sebuah jawaban atas keraguan sebagian orang terhadap Gempa Adventure. Penghargaan ini juga menjadi pelecut semangat supaya terus konsisten dalam melakukan kerja-kerja konservasi.

Kerja-kerja sosial seperti ini, bagi Putri menjadi suatu bentuk tanggung jawab sebagai manusia terhadap alam. Ada filosofi yang menjadi pegangannya dalam menjalani aktivitas sebagai pecinta alam yakni hablum minallah (hubungan antara umat dengan Allah), hablum minannas (hubungan sesama manusia), dan hablum minal alam (hubungan manusia dengan alam). Sebagai bentuk syukur atas kenikmatan Allah itu, maka hubungan antara manusia dengan alam perlu dijaga terus.

Selama berproses di Gempa Adventure, Putri belajar banyak tentang hakikat kehidupan. Berdekatan dengan alam membuatnya terus belajar dari makna bersabar, bersyukur, dan merasa cukup.

Baca Juga: Jadi Pusat Kuliner, Wali Kota Madiun Minta Pelaku UMKM Tingkatkan Kualitas

“Saya selama ini merasa cukup. Meski tidak punya kerjaan yang setiap bulan dapat gaji. Tapi, saya selama ini merasa cukup. Saya bisa mengontrak rumah untuk sekretariat Gempa, bisa beli bensin untuk mendukung aktivitas, saya masih bisa berbagi. Ya karena saya cukup,” kata dia.

Di usianya yang sudah tidak muda lagi, Putri mengaku masih ingin terus mengabdikan diri untuk melestarikan lingkungan. Melakukan kerja-kerja konservasi untuk menjaga alam.

Sementara itu, Elinda Azka Fadhella, salah satu anggota Gempa Adventure, menceritakan dirinya ikut bergabung dalam Gempa pada 2008. Sebagai salah satu anggota yang bergabung di Gempa pada masa-masa perintisan, dia mengakui kegigihan Putri dalam membangun organisasi.

“Mbak Putri ini inspirator. Salah satu sosok yang terus menanamkan jiwa sosial, mencintai lingkungan, dan sederhana sampai detik ini,” jelasnya.

Baca Juga: Viral! Terobos Masuk ke Wisata Bromo, Rombongan Mobil Rubicon Diadang Petugas

Sebagai bendahara Gempa Adventure, Elinda mengetahui kondisi keuangan organisasi. Dia mengatakan kondisi keuangan organisasi mulai cukup tertata pada 2015. Selanjutnya organisasi mempunyai berbagai usaha yang hasil keuntungannya digunakan untuk menggerakkan roda organisasi.

“Kalau jumlah orang yang dipekerjakan dalam semua unit usaha milik Gempa Adventure ini ada 10 orang,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya