SOLOPOS.COM - Ogoh-ogoh. (Freepik.com)

Solopos.com, SOLO – Hari Raya Nyepi merupakan hari yang ditunggu-tunggu umat Hindu untuk memperingati Tahun Baru Saka. Salah satu hal yang menarik menjelang Nyepi di beberapa daerah adalah ogoh-ogoh yang diarak.

Dikutip dari laman Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Buleleng, Senin (20/3/2023), saat Nyepi umat Hindu tidak diperbolehkan keluar rumah (kecuali sakit dan perlu diobati), menyalakan lampu, bekerja, dan sebagainya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Hal ini dilakukan agar terciptanya suasana sepi. Baik sepi dari hiruk pikuknya kehidupan dan sepi dari semua nafsu atau keserakahan sifat manusia.

Sebelum Nyepi, umat Hindu di beberapa daerah biasanya mengarak ogoh-ogoh. Bagi sebagian orang yang bukan penganut Hindu, ogoh-ogoh mungkin hanya tampak seperti boneka raksasa yang diarak berkeliling desa menjelang malam sebelum Nyepi dengan diiringi gamelan bali yang disebut Bleganjur, kemudian dibakar.

Namun sebenarnya, dalam kebudayaan Bali, ogoh-ogoh adalah karya seni patung yang menggambarkan kepribadian Bhuta Kala. Dalam ajaran Hindu Dharma, Bhuta Kala merepresentasikan kekuatan alam semesta (Bhu) dan waktu (Kala) yang tak terukur dan tak terbantahkan.

Bhuta Kala digambarkan sebagai sosok yang besar dan menakutkan, biasanya diwujudkan dalam bentuk raksasa. Bukan hanya raksasa, ogoh-ogoh juga sering kali digambarkan dalam wujud makhluk yang hidup di mayapada atau dunia serta makhluk dari surga dan neraka. Makhluk-makhluk itu seperti naga, gajah, bidadari, atau bahkan dalam perkembangannya ada yang dibuat menyerupai orang-orang terkenal.

Cendikiawan Hindu Dharma menyimpulkan bahwa perayaan ogoh-ogoh melambangkan keinsafan manusia akan kekuatan alam semesta.

Umumnya, ogoh-ogoh diarak menuju suatu tempat bernama sema yang merupakan tempat persemayaman umat Hindu sebelum dibakar dan pada saat pembakaran mayat, kemudian ogoh-ogoh yang sudah diarak mengelilingi desa akan dibakar sebagai simbol telah hilangnya sifat buruk di dalam diri manusia.

Sebenarnya, pengarakan ogoh-ogoh tidak memiliki hubungan langsung dengan upacara Hari Raya Nyepi sehingga tidak mutlak digelar. Namun, pengarakan ogoh-ogoh tetap diperbolehkan untuk memeriahkan upacara, seperti melasti.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya