SOLOPOS.COM - Di kawasan petilasan Eyang Ismoyo pernah ada pohon klampis berwarna hitam Minggu (24/7/2022). (Ronaa Nisa’us Sholikhah/Solopos.com)

Solopos.com, PONOROGO — Petilasan Klampis Ireng yang ada di Dusun Krajan, Desa Sragi, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, dipercaya masyarakat setempat sebagai padepokan milik Kiai Ismoyo atau Semar. Di petilasan tersebut dipercaya ada kerajaan besar yang dipimpin langsung oleh Eyang Ismoyo.

‘’Dianggap sebagai titik pusat mistik di Ponorogo,’’ kata Budayawan Ponorogo, Gondo Puspito kepada wartawan, Minggu (24/7/2022).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Mitos yang masih dipercaya kuat masyarakat Ponorogo yaitu hadirnya penghuni Klampis Ireng ke perayaan Grebeg Suro. Tidak sedikit masyarakat yang bisa merasakan kehadiran mereka (para penghuni Klampis Ireng) di tengah-tengah penonton atau berpartisipasi sebagai penari di panggung Grebeg Suro.

Gondo mengatakan hal mistis itu sangat dipercaya masyarakat sampai sekarang. Mereka banyak yang melihat saat perayaan dan merasakan penonton habis ketika penutupan Grebeg Suro.

Baca Juga: Klampis Ireng Ponorogo, Tempat Keramat yang Ramai Didatangi saat Pemilu

‘’Pada malam pembukaan dan malam lainnya selalu mengatakan penghuni klampis lihat reog atau ke alun-alun,’’ terangnya.

Selain itu, sering terdengar suara pagelaran wayang di petilasan Klampis Ireng Ponrogo. Namun, saat dicari-cari tidak ada siapa pun yang sedang memainkan wayang di dalam petilasan.

Dalang Main Wayang

Gondo mengatakan pernah ada seorang dalang diminta untuk memainkan wayang di petilasan Eyang Ismoyo. Namun, syaratnya sang dalang dilarang mengeluarkan tokoh semar. Ketika pentas dimulai, sang dalang merasa waktunya berhenti dan tidak kunjung pagi hari.

Baca Juga: Tragis! Pria Penderita Stroke di Ponorogo Meninggal Terbakar di Rumah

‘’Akhirnya dalang itu terpaksa mengeluarkan tokoh semar dan acaranya selesai. Dia diberi satu rimpang kunir dan sesampainya di rumah berubah jadi batang emas,’’ ujarnya.

Banyak pantangan yang harus diperhatikan oleh para pengunjung petilasan Klampis Ireng agar tidak membawa malapetaka bagi dirinya sendiri. Godon menyebut salah satunya tidak boleh berkata kasar dan tidak berpakaian batik poleng kawung atau semar. Sebab, disinyalir bisa menyamai kebesaran Eyang Ismoyo.

Sejarah Klampis Ireng

Gondo menceritakan bahwa Ponorogo memiliki dua pedanyangan atau tempat para roh leluhur. Yakni, Nyi Korek yang dipercaya di ringin kurung sekitar Alun-Alun Ponorogo dan petilasan Eyang Ismoyo.

Klampis Ireng dianggap sebagai titik pusat mistik dan padepokannya hanya di Ponorogo. Mengapa masyarakat sangat hormat terhadap semar? Sebab, semar dianggap sebagai pemomong dan botoro paling tua.

Baca Juga: Deretan Hotel Murah di Jogja, Tarifnya di Bawah Rp90.000 Per Malam

‘’Klampis tidak tahu diakui tahun berapa, mulai bupati pertama sudah terkenal,’’ terangnya.

Gondo mengatakan itulah yang menjadikan daerah Klampis Ireng menjadi mistis, sangar, dan sangat rawan dengan hal buruk yang membawa petaka. Dinamakan Klampis Ireng lantaran dulu tumbuh pohon klampis berwarna hitam di sana.

‘’Disinyalir ada sebuah pohon klampis warna hitam yang biasa warna putih. Tapi sekarang sudah tidak ada lagi,’’ pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya