SOLOPOS.COM - Warga bersama Pakasa menggelar doa bersama di makam Ki Ageng Perwito, Desa Ngreden, Kecamatan Wonosari, Klaten, Minggu (5/3/2023). (Solopos.com/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN — Warga Desa Ngreden, Kecamatan Wonosari menggelar peringatan Haul Ki Ageng Perwito yang diisi dengan kirab gunungan berisi legondo dan intip serta aneka hasil bumi, Minggu (5/3/2023) siang. Kegiatan dipusatkan di kompleks Makam Ki Ageng Perwito.

Ki Ageng Perwito merupakan seorang bangsawaan putra Raja Demak Bintoro, Syekh Alam Akbar atau Sultan Trenggono.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

“Ketika di Demak [Ki Ageng Perwito] bernama Pangeran Prawoto,” kata pengelola Makam Ki Ageng Perwito saat ditemui di sela peringatan haul ke-312 Ki Ageng Perwito, Minggu (5/3/2023) siang.

Seiring runtuhnya Kerajaan Demak, pusat pemerintahan berpindah ke kerajaan yang dipimpin Mas Karebet atau Sultan Hadiwijaya. Pangeran Prawoto kemudian ikut pindah ke Pajang.

Dia kemudian diangkat menjadi pujangga kerajaan dan berganti nama menjadi Pangeran Karang Gayam.

“Singkat cerita, Pajang memiliki anak yang namanya Danang Sutowijaya melakukan babat alas [hutan] di Mentaos. Hutan itu gawat keliwat-liwat [angker],” kata Sucipto.

Merasa khawatir dengan Danang Sutowijaya, Pangeran Karang Gayam menyusul. Di tengah perjalanan, Pangeran Karang Gayam bertemu dengan Sunan Kalijaga. Oleh kanjeng sunan, Pangeran Karang Gayam diminta tidak meneruskan perjalanan.

“Kemudian kalau ada delanggung yang besar, diminta ke timur dan tinggal di sana,” kata Sucipto.

Permintaan itu dilaksanakan Pangeran Karang Gayam. Kemudian, Pangeran Karang Gayam tinggal di daerah yang kini bernama Desa Ngreden.

Pangeran Karang Gayam pun berganti nama menjadi Ki Ageng Perwito. Di daerah tersebut, Ki Ageng Perwito mengajarkan berbagai ilmu. Seperti ilmu bertani, seni dan budaya, agama Islam, serta ilmu makrifat.

Ki Ageng Perwito pula yang mengenalkan legondo dan intip. Semakin hari, pengikut Ki Ageng Perwito semakin banyak.

“Seperti yang telah dijalankan pada pertanian. Delanggu yang dikenal dengan Beras Delanggu, Ki Ageng Perwito yang memimpin pertanian. Kalau di seni dan budaya, di Keraton Solo ada gending Gambir Sawit itu ciptaannya Ki Ageng Perwito,” jelas Sucipto.

Ki Ageng Perwito menjadi sosok yang sangat dihormati warga Ngreden dan sekitarnya. Hingga kini, banyak peziarah yang berdatangan ke makam tokoh tersebut dan berasal dari berbagai daerah mulai dari Soloraya, Jogja, Semarang, Jawa Barat, Jakarta, serta Jawa Timur.

Saban tahun, warga bersama tokoh masyarakat Ngreden menggelar haul Ki Ageng Perwito yang diperingat saban tanggal 13 Sya’ban. Baru pada tahun ini, haul diperingati dengan iring-iringan kirab legondo dan intip serta hasil bumi. Kegiatan itu didukung Paguyuban Kawula Keraton Surakarta (Pakasa).

Kapolsek Wonosari, AKP Sriyanto, mengatakan kegiatan kirab pada Minggu berjalan relatif lancar. Polsek Wonosari bersama Koramil Wonosari dan kecamatan membantu keamanan beserta para sukarelawan.

“Ketika ada kegiatan-kegiatan seperti ini kami imbau untuk menghindari membawa barang-barang berharga,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya