SOLOPOS.COM - Ilustrasi varian virus corona. (Gov.uk)

Solopos.com, SOLO–Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bulan lalu telah mengkategorikan varian Delta sebagai varian yang menjadi perhatian (VOC). WHO mengatakan varian itu lebih dominan daripada varian Alpha yang terdeteksi di Inggris.

Varian Delta diidentifikasi sebagai B.1.617.2 dari virus corona SARS-CoV-2 diyakini paling menular yang muncul sejauh ini di India. Varian ini ditemukan menjadi alasan utama di balik lonjakan kasus Covid-19 di gelombang kedua pandemi. Laporan mengatakan dokter di seluruh dunia sekarang mencoba mencari tahu apakah varian Delta, yang terdeteksi di India, juga yang paling parah.

Promosi BRInita Sukses Jadikan Padjajaran Bandung Jadi Percontohan Urban Farming

Seperti apakah gejala varian Delta? Simak ulasan selengkapnya di tips kesehatan kali ini.

Baca Juga: Tak Dianjurkan Pakai Masker, Begini Cara Lindungi Anak Usia Di Bawah 2 Tahun

Beberapa gejala atipikal seperti gangguan pendengaran, gangguan lambung parah dan pembekuan darah, yang mengarah ke gangren dilaporkan di antara pasien Covid-19 yang terinfeksi varian Delta.

Di samping Alpha, varian lain, Beta dan Gamma, yang pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan dan Brasil tidak ada gejala seperti itu, menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh para peneliti dari University of New South Wales bulan lalu. Varian Delta telah dilaporkan dari lebih dari 60 negara. Di Inggris, varian Delta menyebabkan rawat inap pasien Covid-19 lebih banyak dari sebelumnya.

Beberapa ahli menduga bahwa vaksin Covid-19 juga telah mengurangi efektivitas terhadap varian Delta, sehingga menimbulkan risiko yang lebih tinggi. Menurut sebuah studi oleh panel pemerintah India, varian Delta 50 persen lebih menular daripada varian Alpha. Dalam beberapa laporan, varian Sars-2, B.1.617.2, menjadi kekuatan pendorong di balik kehancuran yang disaksikan selama gelombang kedua pandemi Covid-19 di India.

Baca Juga:  Begini Cara Mengatasi Sindrom Kelelahan Kronis

“Kami membutuhkan lebih banyak penelitian ilmiah untuk menganalisis apakah presentasi klinis yang lebih baru ini terkait dengan B.1.617 atau tidak. Tahun lalu, kami pikir kami telah belajar tentang musuh baru kami, tetapi itu berubah,” demikian papar seorang dokter penyakit menular. di Rumah Sakit Apollo di Chennai, Abdul Ghafur, dilansir dari India Today dan Bisnis.com, Rabu (9/6/2021).

Dokter dan peneliti medis juga berpendapat bahwa peningkatan pasien rawat inap juga disebabkan oleh penggumpalan darah yang dipicu varian Delta di dada orang yang terinfeksi tanpa riwayat masalah terkait koagulasi sebelumnya. Dokter juga mendeteksi adanya gumpalan yang terbentuk di pembuluh darah yang memasok usus, menyebabkan pasien mengalami sakit perut.

“Saya melihat tiga hingga empat kasus sepanjang tahun lalu, dan sekarang menjadi satu pasien dalam sepekan. Kami menduga itu mungkin karena varian virus baru,” kata seorang ahli jantung yang berbasis di Mumbai, Ganesh Manudhane.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya