SOLOPOS.COM - Bung Tomo, sosok yang membangkitkan semangat perjuangan arek-arek Surabaya (kemdikbud.go.id)

Solopos.com, JAKARTA–Siapa yang tak kenal dengan Bung Tomo? Fotonya ketika berorasi mengobarkan semangat arek Surabaya banyak bermunculan setiap menjelang Hari Pahlawan. Bagaimana tidak? Sebab Bung Tomo menjadi salah satu tokoh yang berpengaruh pada peristiwa 10 November 1945.

Bung Tomo lahir dengan nama Sutomo di Surabaya, 3 Oktober 1920. Dilansir dari laman setneg.go.id, Selasa (11/1/2022), Bung Tomo lahir dalam keluarga yang memperhatikan pendidikan meskipun bukan dari keluarga elite.

Promosi Simak! 5 Tips Cerdas Sambut Mudik dan Lebaran Tahun Ini

Ayahnya, Kartawan Tjiptowidjojo, pernah bekerja sebagai pegawai pemerintahan hingga swasta. Sedangkan Ibunya merupakan seorang perempuan berdarah Jawa Tengah, Sunda, dan Madura. Diceritakan, Bung Tomo masih memiliki hubungan darah dengan beberapa pendamping Pangeran Diponegoro dari Ibunya.

Melansir dari perpusnas.go.id, dikarenakan permasalahan ekonomi, Bung Tomo sempat harus meninggalkan pendidikannya di MULO karena harus bekerja. Lalu, Bung Tomo melanjutkan dan menyelesaikan pendidikanya di HBS namun tidak pernah lulus.

Sejak kecil, Bung Tomo dikenal sebagai anak yang pemberani. Di masa mudanya, Bung Tomo tergabung dalam Kepanduan Bangsa Indonesia (KBI). Ia juga pernah didaulat menjadi Sekretaris Partai Indonesia Raya (Parindra) ketika usianya masih 17 tahun.

Tak hanya aktif berorganisasi, di usianya yang masih 17 tahun Bung Tomo juga telah menggeluti dunia jurnalistik. Bung Tomo pernah bekerja pada Harian Oemoem Surabaya. Sepak terjangnya dalam dunia jurnalistik membawanya menjadi Pemimpin Redaksi Kantor Berita Antara pada 1945.

Peristiwa 10 November 1945 membuat nama Bung Tomo kian santer terdengar. Berkat orasinya dalam membangun semangat perjuangan arek-arek Surabaya yang ketika itu mendapat ultimatum dari pihak Sekutu. Pertempuran tersebut merupakan pertempuran terbesar yang pernah terjadi di Indonesia pasca kemerdekaan.

Pada 1945 hingga 1949, Bung Tomo didaulat menjadi Ketua Umum Barisan Pemberon-takari Rakyat Indonesia (BPRI). Dirinya juga pernah dipercaya untuk menjadi Dewan Penasihat Panglima Besar Jenderal Soedirman dan Ketua Badan Koordinasi Produksi Senjata di seluruh regional Jawa dan Madura.

Hingga akhirnya Bung Tomo dilantik oleh Presiden Republik Indonesia, Soekarno, sebagai anggota pucuk pemimpin Tentara Nasional Indonesia. Dalam jabatannya tersebut, Bung Tomo mendapat pangkat Mayor Jenderal.

Diceritakan, Bung Tomo juga pernah aktif pada kegiatan politik pada masa sekitar 1950-an. Pada pemerintahan Orde Baru, Bung Tomo sempat memberikan kritik pedas terhadap program yang dicanangkan oleh Presiden Soeharto. Hal tersebut membuatnya harus ditahan oleh pemerintah pada 11 April 1978.

Bung Tomo wafat pada 7 Oktober 1981 ketika usianya 61 tahun. Dirinya mengembuskan napas terakhir di Mekkah saat sedang menunaikan ibadah haji. Kemudian jenazahnya dibawa bertolak ke Tanah Air dan disemayamkan di Tempat Pemakaman Umum Ngagel, Surabaya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya