SOLOPOS.COM - Salah satu pemilik kebun kopi di Banyuanyar menunjukkan biji dan daun kopi barendo atau kopi nangka, Kamis (27/11/2022). Ia mengatakan aroma kopi barendo seperti nangka. (Solopos.com/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI — Wilayah Boyolali yang sebagian berada di lereng Gunung Merapi dan Merbabu dikenal sebagai daerah penghasil kopi dengan cita rasa yang khas sejak zaman penjajahan Belanda.

Salah satu kopi peninggalan zaman Belanda yang masih ada hingga kini adalah kopi barendo atau kopi nangka. Kopi barendo sejatinya adalah kopi jenis Excelsa dengan nama ilmiah Coffea liberica var dan masuk varietas Kopi Liberika.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Mengutip diperpa.badungkab.go.id, kopi Excelsa kali pertama ditemukan oleh August Chevalier pada 1905 di sekitar aliran Sungai Chari di dekat Danau Chad, Afrika Barat. Kopi ini disebut juga dengan nama Coffea dewevrei.

Kopi jenis itu kemudian menyebar ke berbagai wilayah di bumi. Di Indonesia, kopi Excelsa yang memiliki cita rasa khas itu dibawa oleh penjajah Belanda, termasuk ke Boyolali yang menjadi salah sentra perkebunan kopi di Jawa, khususnya daerah Cepogo.

Pada masa penjajahan itu, warga sekitar Banyuanyar, Ampel, Boyolali, banyak yang menjadi buruh di perkebunan kopi daerah Cepogo. Para petani kala itu punya keinginan menanam sendiri. Mereka mengambil bibit tanaman kopi itu kemudian menanam di lahan masing-masing.

Hal itu masih dilestarikan hingga sekarang. Salah satu pemilik kebun kopi di Banyuanyar, Ampel, Boyolali, Sumadi, belum lama ini, mengungkapkan kopi barendo memiliki aroma yang berbeda yaitu mirip buah nangka yang membuat kopi ini juga disebut kopi nangka.

Nama barendo sendiri baru ada setelah berakhirnya penjajahan Belanda atau setelah Indonesia merdeka. Barendo merupakan singkatan dari bare londo. Pada masa penjajahan Belanda, kopi dengan aroma khas di Banyuanyar, Boyolali, ini dikenal dengan nama legandar.

Kampus Wisata Kopi

“Selain itu bijinya juga lebih besar dibanding kopi robusta atau arabika,” ungkapnya. Pemerintah Desa Banyunyar, Ampel, Boyolali, menetapkan kopi barendo sebagai produk unggulan dalam program unggulan kawasan perdesaan (prukades).

Pada Oktober 2022 lalu, Pemdes Banyuanyar meresmikan Desa Wisata Kampus (Kampung Susu) Kopi sebagai daya tarik wisata berbasis masyarakat serta usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Upaya itu dinilai berhasil terbukti dengan masuknya Desa Banyuanyar dengan produk unggulan kopi yang khas sebagai salah satu desa wisata paling berkembang dan paling banyak dikunjungi wisatawan versi Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Boyolali.

Kepala Desa Banyuanyar Komarudin saat diwawancarai wartawan di sela-sela peresmian Desa Wisata Kampus Kopi itu mengatakan banyak pengunjung yang datang ke Desa Banyuanyar karena ingin belajar proses pembuatan kopi dari biji hingga menjadi kopi.

Para pengunjung biasanya adalah mahasiswa atau siswa SD di sekitar Banyuanyar yang ingin belajar langsung di lapangan. “Target ke depan yang paling jelas menjadi ruang edukasi sekolah alam bagi siswa SD hingga SMA, bahkan mahasiswa. Ayo yang selama ini belajar teori di kelas kemudian praktiknya di Banyuanyar. Jadikan Banyuanyar sebagai kampus beneran,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya