SOLOPOS.COM - Ilustrasi Pelecehan Seksual (Solopos/Whisnupaksa)

Solopos.com, SOLO – Beberapa waktu lalu, heboh teror ekshibisionis di kawasan Laweyan, Kota Solo, Jawa Tengah. Tahukah Anda bahwa ada fakta ekshibsionisme bukan hanya dilakukan laku-laki?

Dilansir dari Psychologytoday.com, ekshibionisme merupakan gangguan paraphilic yang mengacu pada pola rangsangan seksual atipikal persisten dan intens disertai gangguan klinis yang signifikan.

Promosi Peringati Hari Raya Nyepi, BRI Peduli Bagikan 1.000 Paket Sembako di Bali

Berikut lima fakta ekshibionisme yang dikutip dari Detik.com:

Bukan Hanya Telanjang di Muka Umum

Seorang seksolog dan penulis buku The Psychology of Human Sexuality, dr Justin J Lehmiller, menungkapkan karakter yang utama dari ekshibionisme ialah adanya dorongan kuat untuk memamerkan alat vital ke orang lain yang tidak menduganya. Biasanya dilakukan di tempat umum dengan rute kabur yang mudah.

Pilkada Solo: Purnomo Tolak Gabung Tim Pemenangan Gibran-Teguh, Mau Maju Sendiri?

“Tujuan utama adalah untuk menimbulkan reaksi kaget dari korban, yang bagi seorang ekshibionis bisa merangsang birahi,” ungkapnya.

Termasuk Gangguan Jiwa?

Para ahli berpendapat, meski ekshibionisme ialah penyimpangan seksual yang dilatarbelakangi fantasi dan dorongan seksual yang kuat, pelaku belum bisa langsung disebut mengalami gangguan jiwa.

Psikolog mengungkapkan untuk memastikan apakah aksi yang dilakukan pelaku termasuk gangguan kejiwaan butuh pemeriksaan lanjutan.

Perempuan Bisa Jadi Pelaku

Biasanya, pelaku ekshibisionis adalah pria. Namun, tidak menutup kemungkinan jika wanita melakukan hal yang sama. Menurut seorang psikiater Dadang Hawari, wanita juga bisa memamerkan tubuhnya dengan cara yang mengganggu.

“Pertunjukan erotis yang dilakukan perempuan sehingga merangsang lawan jenisnya, itu termasuk ekshibionis. Itu ekshibisionis komersil,” papar Dadang.

Memiliki Beberapa Sub-Tipe

Gangguan ekshibisionisme dapat dikelompokkan menjadi beberapa subtipe berdasarkan sasarannya. Kepada siapa pelaku tersebut memamerkan alat vitalnya, apakah kepada anak-anak praremaja, orang dewasa, ataukah keduanya.

Menurut psikolog Kasandra Putranto mengatakan perilaku ekshibisionisme merupakan kelainan yang ditandai dengan dorongan fantasi atau tindakan memamerkan alat kelamin kepada orang lain.

“Kalau yang ini saya rasa bukan, tidak mengarah kepada ekshibisionisme. Kalau ekshibisionisme itu dia pasti mau memamerkan alat kelaminnya. Biasanya dia pakai semacam jaket, terus nanti dibuka dan dia biasanya mau melihat reaksi orang, kalau kemarin itu nggak begitu kalau saya lihat,” ungkap Kasandra.

Dikaitkan dengan Keterampilan Sosial Buruk

Dikutip dari Handbook of Sexual Assault : Issues, Theories, and Treatment of the Offender, seksolog dr Justin J Lehmiller mengungkapkan terdapat beberapa orang bisa menunjukkan aksi ekshibisionisme sejak usia 12 tahun. Biasanya dimulai dari iseng menunjukkan alat vital ke teman-temannya.

4 Hari Isolasi, Wawali Solo Achmad Purnomo Sehat, Sempat Berenang dan Dede

“Hal yang tidak mengejutkan ekshibionisme sering dikaitkan dengan keterampilan sosial dan interpersonal yang buruk. Hal ini menunjukkan kalau beberapa individu mungkin menjadi ekshibionis karena kesulitan membangun hubungan seksual yang lebih konvensional,” laya Justin dalam blog pribadinya.

Menurutnya, etika individu terkait untuk kali pertama menemukan perilaku ini meyenangkan. “Bisa jadi terbentuk asosiasi psikologis kuat yang sulit diubah,” lanjutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya