SOLOPOS.COM - Ilustrasi staycation di rumah bersama keluarga. (Freepik)

Solopos.com, SOLO--Libur panjang terbukti meningkatkan risiko penularan Covid-19. Penularan ini berdampak peningkatan beban fasilitas kesehatan yang berdampak pada bertambahnya kasus fatalitas akibat Covid-19.

Di Indonesia setidaknya ada tiga libur panjang yang terbukti melambungkan jumlah kasus Covid-19. Pada libur idulfitri, 22-25 Mei 2020, misalnya, kenaikan kasus terlihat pada 6 Juni hingga akhir Juni. Persentase peningkatan kasus bergerak di level 70-90 persen. Kasus yang semula bertambah di kisaran 600 orang per hari menjadi 1.100 per hari.

Promosi Kisah Petani Pepaya Raup Omzet Rp36 Juta/bulan, Makin Produktif dengan Kece BRI

Liburan panjang berikutnya terjadi pada Agustus berupa libur hari kemerdekaan dan cuti bersama 20-23 Agustus 2020. Pada momentum ini, penambahan kasus mulai terlihat pada pekan pertama hingga akhir September.

Selain kasus harian yang terus bertambah, jumlah kumulatif mingguan juga bertambah dari 13.000 kasus menjadi 30.000 kasus. Lalu, angka positivity rate naik 3,95 persen. “Laju penularan di masyarakat naik signifikan, penularan makin banyak. Jeda terjadi antara 10-14 hari setelah masa libur panjang berakhir,” kata Ketua Bidang Data dan Teknologi Informasi Satgas Covid-19, Dewi Nur Aisyah, dalam talkshow virtual yang digelar Satgas Penanganan Covid-19, Rabu (16/12/2020).

Kemudian, libur panjang juga terjadi pada akhir Oktober hingga awal November 2020. Pola berbeda terjadi pada liburan kali ini. Jika biasanya peningkatan mulai tampak pada pekan pertama dan kedua, periode ini peningkatan terlihat pada pekan ketiga setelah liburan berakhir.

Pada pekan ketiga November misalnya positivity rate naik menjadi 13,83 persen, pekan berikutnya 14,87 persen, dan berikutnya lagi 17,31 persen. “Biasanya 10-14 hari kenaikan terlihat. Tapi kali ini setelah dua minggu kok masih landai. Harapannya tidak terjadi lonjakan. Tapi ternyata pada pekan ketiga naik terus hingga pernah menyentuh 8000,” imbuh host talkshow, Lula Kamal. Penambahan kasus pada liburan panjang terakhir ini juga dipicu oleh sejumlak kerumunan yang terjadi.

Bandara Adi Soemarmo Solo Layani Rapid Test Antigen, Biayanya Rp170.000

Risiko Kematian

Dewi mengajak kepada seluruh masyarakat agar menghabiskan masa libur panjang akhir tahun ini di rumah. Sebab, berkaca dari liburan-liburan sebelumnya, kondisi ini memperburuk risiko fatalitas atau kematian akibat Covid-19.

Pada libur panjang periode Oktober-November misalnya terlihat jumlah kematian nasional per pekan yang semula di level 700 orang melambung menjadi 970 kematian dan 919 kematian selama dua pekan berturut.

Menurut Dewi, ada beberapa faktor yang berkontribusi terhadap penambahan kasus dan risiko kematian seusai libur panjang. Faktor-faktor itu meliputi libur panjang berpengaruh terhadap mobilitas penduduk. Mereka yang berpindah ke suatu wilayah pada waktu bersamaan berpotensi menimbulkan kerumunan.

Dalam kerumunan itu berlaku variabel berikutnya yakni ketidakpatuhan orang menjalankan protokol 3M. Protokol ini yakni memakai masker, menjaga jarak dan menghindari kerumunan, serta mencuci tangan pakai sabun. Ketidakpatuhan inilah yang berisiko meningkatkan penularan.

“Libur di rumah aja enggak masalah. Tapi ketika ada mobilitas, kerumunan, ketidakptuhan muncul penularan. Karena dengan menjaga jarak melindungi kita hingga 80 persen, memakai masker 70 persen,” ujar Lula.

Risiko kematian ini juga dipengaruhi oleh keterbatasan fasilitas layanan kesehatan dalam menangani lonjakan pasien Covid-19. Di DKI Jakarta, misalnya keterpakaian tempat tidur akibat libur panjang merangsek hingga ke level 73 persen per 14 Desember dari semula 60 persen.

Jadi Perbincangan Di Twitter, Wali Kota Solo Rudy Ditawari Jabatan Menteri Sosial?

Dampak Libur Panjang

Di Jawa Barat, rasio keterpakaian tempat tidur juga naik dari semula 55 persen menjadi 75 persen. Demikian pula di Jawa Tengah naik dari 63 persen menjadi 77 persen. Sedangkan, Jawa Timur menjadi provinsi dengan lonjakan tertinggi dengan 24 persen dari semula 39 persen menjadi 63 persen.

“Ini di level provinsi. Bisa jadi di tingkat kabupaten/kota sudah ada yang penuh dan kesulitan mencari tempat tidur kosong di rumah sakit. Lonjakan ini juga berdampak ke fatalitas,” ujar Dewi.

Naiknya rasio keterpakaian ini tempat tidur rumah sakit ini juga tak lepas dari dampak libur panjang sebelumnya. DKI Jakarta konsisten tinggi lantaran menjadi sumber pergerakan manusia ke Jawa Tengah, Jawa Barat dan Jawa Timur. Seusai liburan, mereka kembali ke DKI Jakarta dan menularkan kepada keluarga-keluarga mereka.

Dewi kembali mengingatkan agar selama libur panjang nanti tidak ada ajang kumpul-kumpul dahulu. Merayakan tahun baru dengan kerumunan berisiko menularkan Covid-19 meski acara itu dilakukan di luar ruangan.

Masyarakat juga diminta mewaspadai diri saat mengunjungi lansia. Sebab, lansia memiliki risiko kematian yang tinggi. “Ketika bisa di rumah pastikan di rumah saja. Ini jauh lebih baik. Kalau perjalanan, jadilah pelaku perjalanan yang bertanggung jawab. Karena berisiko terjadi kematian yang bisa jadi menimpa orang-orang yang kita cintai,” pesan Dewi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya