SOLOPOS.COM - BEDENG—Rumah bedeng berukuran kecil yang selama ini ditinggali Suparmi, 51, warga RT 1/RW VII Mijen, Sudiroprajan, Jebres. Foto diambil Rabu (21/9/2011) siang. (JIBI/SOLOPOS/Kurniawan)

Di jalan buntu itu, nasib Suparmi masih buntu

BEDENG—Rumah bedeng berukuran kecil yang selama ini ditinggali Suparmi, 51, warga RT 1/RW VII Mijen, Sudiroprajan, Jebres. Foto diambil Rabu (21/9/2011) siang. (JIBI/SOLOPOS/Kurniawan)

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Namanya Suparmi. Umurnya sudah sekitar 51 tahun. Sebagian besar masa hidup warga RT 1/RW VII Mijen, Sudiroprajan, Jebres itu dihabiskan di bedeng super mini ukuran 1×2,5 meter.

Bedeng berbentuk huruf L itu berdiri di tanah magersari yang sebelumnya merupakan jalan buntu kampung.

Ekspedisi Mudik 2024

Rumah mini yang tidak mengenal pembagian ruang itu ibarat hanya sebagai tempat tidur Suparmi. Beruntung dua anaknya telah merajut kehidupan rumah tangga sendiri. Sehingga tidak lagi memberatkan kehidupan buruh cuci itu.

Saat ditemui Espos, Rabu (21/9/2011), Suparmi mengaku tidak dapat berbuat banyak untuk mengubah kehidupan ekonomi keluarga. Di usia yang mendekati senja, Suparmi masih saja bekerja membanting tulang untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Namun malang seberapa pun keras usaha Suparmi, penghasilannya tak pernah lebih Rp 35.000/hari. Apalagi tidak setiap hari Suparmi mendapat order mencuci dari para tetangganya.

Sesekali perempuan berambut pendek itu tinggal bersama Suparno, 28, anak pertamanya yang tinggal di rumah kos tak jauh dari rumah Suparmi.

”Pendapatan tidak tentu, seikhlas yang mau memberi. Tapi biasanya Rp 15.000 untuk sekali cuci hingga setrika,” ungkapnya.

Suparno, anak Suparmi menuturkan selama ini keluarganya belum pernah mendapat bantuan pun perhatian dari Pemkot Solo. Pemuda yang hanya lulus pendidikan sekolah dasar (SD) itu menilai seolah pemerintah tidak peduli terhadap kehidupan keluarganya.

Di singgung ihwal kepala rumah tangga, Suparno mengungkapkan bapaknya sudah lama meninggalkan keluarganya. Bahkan menurutnya, sang bapak sudah menikah lagi dan tinggal di Kandangsapi, Jebres.

”Kalau dari bapak, sebenarnya kami sudah tidak mengharapkan lagi sejak lama,” katanya.

Wakil Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) Sudiroprajan, Lilik Kristianto, saat dimintai tanggapan mengakui program pengentasan kemiskinan yang dijalankan LPMK belum berjalan optimal.

Sebut saja PNPM Mandiri Perkotaan, koperasi dan kelompok usaha bersama (KUB). Kondisi diperparah dengan belum ratanya program rehab rumah tidak layak huni (RTLH), pinjaman modal usaha bergulir, banjir tahunan, serta penyediaan lapangan kerja.

”Kami sudah susun lima prioritas program pokok jangka menengah. Di antaranya peningkatan ekonomi masyarakat dengan pembentukan beberapa KUB, modal bergulir dan keterampilan. Kami juga prioritaskan penanganan banjir,” tegas dia.

Lilik berharap ada pendekatan lain dari Pemkot dalam pengentasan kemiskinan masyarakat.

(Kurniawan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya