SOLOPOS.COM - Situ Punden Watu Lumpang di RT 002/RW 004, Dusun Craken, Desa Ngabean, Kecamatan Sidoharjo, Wonogiri. Foto diambil Senin (8/2/2021). (Solopos.com/M. Aris Munandar)

Solopos.com,WONOGIRI -- Di Dusun Craken, Desa Ngabean, Kecamatan Sidoharjo, Wonogiri, tepatnya di RT 002/RW 004, terdapat sebuah situs yang menyimpan sejumlah misteri. namanya Batu Lumpang atau yang lebih dikenal dengan sebutan Punden Watu Lumpang.

Batu tua yang dikeramatkan itu menjadi bagian dari adat istiadat warga setempat. Batu yang terletak di pekarangan milik Patmo Wiyono itu sering didatangi warga ketika hendak menggelar hajatan. Atau saat mau adu jago hingga membeli nomor togel. Warga meyakini dengan mengunjungi Watu Lumpang, kegiatan yang akan dilaksanakan bisa berjalan lancar dan memberi keuntungan.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Saat Solopos.com mengunjungi Punden Watu Lumpang, Senin (8/2/2021), terdapat dua batu lumpang. Satu batu berdiameter sekitar satu meter dengan kedalaman lubang sekitar 20 sentimeter. Sedangkan satu batu lainnya berdiameter sekitar 40 sentimeter. Di sisi pinggir batu diselimuti kain bermotif papan catur seperti kain adat di Bali.

Baca juga: Umbul Pengging Boyolali Tutup Saat Jateng di Rumah Saja, Pengelola Lakukan Ini

Awalnya, batu lumpang itu terletak di pekarangan yang berjarak sekitar 10 meter dari jalan desa. Setahun lalu, warga sekitar membangunkan gubug bambu di lokasi batu berada. Dulu tanpa atap dan alas, kini sudah ada.

Situ Punden Watu Lumpang di RT 002/RW 004, Dusun Craken, Desa Ngabean, Kecamatan Sidoharjo, Wonogiri. (Solopos.com/M. Aris Munandar)

Ada Sejak Nenek Moyang

Kepala Dusun Craken, Ngadiman, 62, mengatakan batu lumpang itu sudah ada sejak nenek moyang dahulu. Saat ia masih kecil, batu itu sudah ada di sana. Hanya tidak ada yang mengetahui secara pasti kapan batu itu mulai ada di sana.

"Sejak saya masih kecil, posisinya memang sudah seperti itu. Dua batu, satu berukuran besar dan satu berukuran kecil berjejeran," kata dia saat ditemui di Punden Watu Lumpang Ngabean, Senin siang.

Baca juga: Lapak Angkringan Ditinggal Begitu Saja di Alun-Alun Klaten, Dikukut Satpol PP

Ia mengatakan masyarakat sekitar meyakini batu lumpang itu bukan sekedar batu biasa. Maka di waktu tertentu, lokasi itu sering dijadikan warga untuk ritual.

"Rata-rata kalau warga di sini menggelar hajatan pernikahan, pemilik hajat itu menyajikan sesajen di batu lumpang itu. Tujuannya agar acara berlangsung lancar dan tidak ada yang mengganggu," ungkap dia.

Selain itu, kata dia, watu lumpang juga sering dikunjungi warga sekitar dan luar daerah sebelum mereka adu ayam jago dan membeli kupon judi togel. Tradisi itu sudah berlangsung sejak lama.

"Di lumpang itu kan ada lubangnya. Saat musim hujan atau waktu tertentu kemasukan air. Sebelum diadu, ayam jago disuruh minum air di lubang lumpang. Ada juga yang memasukkan jalu jago ke lubang itu agar menang. Kalau orang yang mau beli togel, ada ritual tertentu juga agar bisa tembus," ujar dia.

Dibuang Balik Lagi

Ketua Rukun Tetangga (RT) setempat, Sugimin, juga tidak dapat memastikan kapan watu lumpang itu mulai ada di sana. Sejak ia kecil, batu itu sudah ada. Selain itu tradisi yang saat ini sudah berjalan, dulu juga sudah ada.

"Kalau cerita nenek moyang, batu itu dulu ditemukan warga di pekarangan. Kemudian sempat dibuang ke sungai. Tapi batu itu balik ke lokasi semula dengan sendirinya. Melihat fenomena itu, warga membiarkannya dan meyakini batu lempang itu bukan batu biasa," kata dia di lokasi.

Ia mengatakan, di batu lumpang itu diyakini ada penunggunya, berwujud seorang perempuan memakai baju putih. "Tidak semua orang mengetahui. Kebetulan orang yang lewat di punden itu melihat sosok itu," ujar dia.

Baca juga: Ini Jadwal Perjalanan KRL Jogja-Solo yang Beroperasi Mulai Rabu Besok

Lebih lanjut Sugimin menjelaskan di kawasan desa itu ada beberapa batu lumpang yang ada di beberapa pekarangan. Namun, batu lainnya tidak sekrramat dan tidak besar seperti batu yang ada di Dusun Craken. Selain itu, batu yang dikunjungi banyak orang hanya di Dusun Craken tersebut.

Di Gunung Gedong, masih di Desa Ngabean, kata dia, ada batu lumpang yang biasa digunakan untuk tempat ritual warga ketika menggelar hajatan. Namun, masih banyak warga yang mengunjungi batu di Craken.

"Itu di bawah batunya ada jarik baru, sengaja diletakkan di situ. Kalau batu itu diangkat empat orang tidak kuat, minimal lima orang," kata Sugimin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya