SOLOPOS.COM - Petani Damin menyemprotkan pupuk di sawahnya di Desa Tunggur, Kecamatan Slogohimo, Kabupaten Wonogiri, Rabu (1/2/2023). (Solopos.com/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRIPetani padi di Wonogiri mengaku tidak bisa memenuhi kebutuhan keluarga jika mengandalkan hasil panen saja. Mereka biasanya memiliki pekerjaan sampingan beternak sapi atau kambing.

Cara itu dinilai lebih menguntungkan meski harus mengeluarkan lebih banyak tenaga. Para petani mengaku keuntungan yang diperoleh dari hasil menanam padi sangat minim.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Petani padi di Desa Tunggur, Kecamatan Slogohimo, Wonogiri, Wardi, mengatakan hasil panen padi sering kali tidak banyak memberikan keuntungan. Bahkan menurut dia, petani mengaku sudah bersyukur jika hasil panen sudah cukup untuk modal pada masa tanam selanjutnya.

Dia menjelaskan, banyak petani di Slogohimo hanya memiliki luas sawah sekopyok atau sekitar 3.500 meter persegi. Sawah seluas itu umumnya bisa menghasilkan lebih kurang 35 sak karung gabah kering. Satu sak karung berisi sekitar 30 kg. Harga gabah kering pada saat masa panen senilai Rp4.500/kg.

Dengan begitu, dalam sekali panen dengan masa tanam lebih dari tiga bulan, petani hanya mendapatkan Rp4,7 juta jika seluruh hasil panen dijual. Uang sebesar itu belum termasuk dengan biaya produksi yang bisa mencapai Rp2 juta-3 juta sekali masa tanam bergantung dengan jenis bibit dan pupuk yang digunakan.

“Kalau panen, biasanya dikonsumsi sendiri. Kalau ada sisa atau lagi butuh uang, baru petani menjual gabah. Uang dari hasil jual gabah itu biasanya untuk modal masa tanam berikutnya,” kata Wardi saat berbincang dengan Solopos.com di rumahnya, Desa Tunggur, Kamis (2/2/2023).

Dengan pendapatan yang minim itu, petani tidak bisa untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan lain untuk keluarga. Maka, mereka mengakali hal tersebut dengan beternak sapi atau kambing. Cara itu dinilai paling mudah dan masuk akal bagi petani agar bisa mendapatkan pendapatan lebih.

Sebab pakan ternak bisa didapatkan dari sawah dengan memanfaatkan rumput di sawah atau damen (jerami) hasil panen padi. Di samping itu, kotoran dari ternak bisa digunakan sebagai pupuk kompos tambahan untuk padi.

“Ternak itu celengannya petani. Kalau enggak begini, petani enggak bisa beli apa-apa. Misalnya saya, bisa beli motor itu ya dari hasil jual sapi,” ujar dia.

Wardi memiliki satu indukan sapi berumur sekitar 13 tahun. Indukan sapi itu sudah melahirkan lima anak sapi. Tiga di antaranya sudah ia jual.

Sementara dua anak terakhir masih berumur satu tahun. Wardi menjual sapi ketika dia membutuhkan uang untuk kebutuhan mendesak dan sangat penting.

“Jual sapinya enggan menentu. Tergantung kebutuhan. Kalau sapi lanang lumayan mahal. Umur satu setengah tahun saja bisa laku lebih dari Rp10 juta,” ucap dia.

Petani lain dari desa yang sama, Karno, juga mengungkapkan hal serupa. Dia merupakan petani padi penyewa lahan sawah bengkok milik perangkat desa. Sewa lahan itu dengan sistem bagi hasil, separuh-separuh.

Sembari menggarap sawah itu, Karno beternak kambing. Selain itu, dia juga menanam jagung di galeng-galeng sawah.

“Kalau enggak begitu, susah balik modalnya. Lha wong saya itu kadang-kadang harus cari utangan dulu kalau mau tanam lagi,” kata Karno.

Cara lain agar tetap untung dilakukan Damin. Meski dia memiliki sapi, tetapi tidak ia ternak sendiri, melainkan diternaktitipkan kepada orang lain.

Selain menjual gabah, Damin juga menjual jerami dengan harga Rp800.000 hasil panen padi seluas sekopyok. Dia juga memanfaatkan pupuk kompos dari kotoran ternak untuk menekan biaya produksi karena harga pupuk kimia semakin mahal.

Di sisi lain, Damin tidak segera menjual gabah ketika dalam masa panen raya. Sebab harga gabah saat itu murah, Rp4.500/kg. Oleh karena itu, Damin biasa menjual ketika harga gabah sedang tinggi.

“Saya simpan dulu gabahnya, kalau harganya lagi bagus, baru saja jual. Saya biasanya begitu,” kata Damin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya