Anda bisa mencari berdasar kategori
atau judul berita
Masukan kata kunci

Menengok Jejak Pangeran Sambernyawa di Sapta Tirta Pablengan Matesih

Menengok Jejak Pangeran Sambernyawa di Sapta Tirta Pablengan Matesih
author
Rohmah Ermawati Minggu, 10 Oktober 2021 - 09:17 WIB
share
SOLOPOS.COM - Kawasan wisata Sapta Tirta Pablengan di Matesih, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, Kamis (8/10/2021). (Solopos-Indah Septiyaning W.)

Solopos.com, KARANGAYAR — Kawasan wisata Sapta Tirta Pablengan yang terletak di Jalan Tentara Pelajar Joko Songo, Desa Pablengan, Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, menyimpan jejak sejarah perjuangan Pangeran Raden Mas Said atau Pangeran Sambernyawa melawan VOC.

Tidak hanya memiliki tujuh mata air ajaib, keberadaan petilasan Pangeran Sambernyawa menjadi tempat jujugan wisata spiritual. Kawasan wisata berhawa sejuk ini memiliki latar belakang hutan pinus Argotiloso merupakan salah satu petilasan raja-raja Mangkunegaran yang masih keturunan dinasti Mataram.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Memasuki kawasan wisata Sapta Tirta akan disuguhi pemandian keputren dan juga tujuh buah sumber air alam alami. Pemandian keputren merupakan peninggalan dari Raden Mas Surono atau Mangkunagoro VI terdiri dari enam bilik kamar mandi terbuka.

Baca juga: Dibuka Perdana, Candi Cetho Langsung Diserbu Pengunjung

Ekspedisi Mudik 2024

Bilik kamar mandi ini kerap digunakan untuk pemandian para putri Keraton. Selain pemandian kepuntren, di lokasi tersebut terdapat tujuh mata air alami yang dipercaya memiliki khasiat berbeda-beda.

“Sapta Tirta biasa digunakan sebagai tempat wisata spiritual. Biasanya digunakan untuk tempat penyuwunan kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan berbagai tujuan agar terkabul melalui prosesi ritual sesuai dengan kepercayan masing-masing,” kata juru kunci Wisata Sapta Tirta Pablengan, Sugeng Supriadi, Kamis (8/10/2021).

Tujuh Mata Air

Sugeng mengatakan Sapta Tirta memiliki arti, tujuh mata air. Dimana Sapta berarti tujuh, sedangkan tirta artinya air jika digabungkan maka Sapta Tirta berarti tujuh mata air. Tujuh mata air ini berada dalam satu area.

Ketujuh mata air tersebut mengeluarkan air dengan kandungan mineral dan khasiat yang berbeda satu sama lain. Tujuh mata air juga digunakan Raden Mas Said untuk menggembleng atau memulihkan kondisi prajurit selama perjuangan melawan Belanda. Tujuh mata air itu yakni sumber air bleng, sumber air hangat, sumber air kasekten, sumber air hidup, sumber air mati, sumber air soda, dan sumber air urus-urus.

Baca juga: Kunjungi Karanganyar, Sandiaga Menari Lesung Disambut Pantun Bupati

Untuk Sumber air bleng, dari sisi kepercayaan dahulu digunakan mandi prajurit dan kerabat Pura Mangkunegaran dengan tujuan menggembleng prajurit dengan niat mengusir penjajah dari bumi Mataram. Sementara dari sisi ilmiah, sumber air bleng memiliki kandungan garam sehingga sering digunakan masyarakat untuk bahan dasar karak/kerupuk maupun gendar.

Sumber air urus urus dipercaya memudahkan segala urusan bagi siapapun yang mandi sumber air urus-urus dengan niat baik meminta Yang Maha Kuasa. Sedangkan dari sisi ilmiah, mengandung garam Inggris yang cukup tinggi sehingga baik untuk pengobatan penyakit susah air besar.

Sumber air soda atau sebelum dikelola dinamakan Sendang Londo digunakan untuk minum para prajurit/kerabat Mangkunegaran untuk menjaga kesehatan tubuh sebelum atau sesudah berperang. Dari sisi ilmiah, sumber air soda memiliki kandungan mineral yang bagus untuk pengobatan penyakit dalam seperti gula, ginjal, maupun lainnya.

Kemudian sumber air mati dan air hidup memiliki filosofi dalam kehidupan. Air mati tidak bisa digunakan, karena mengandung karbondioksida yang tinggi.

Baca juga: Gedung Wanita Karanganyar Dibuat Seperti Ikon Budaya Jateng di Solo

Selanjutnya air kasekten atau sendang jago dari sisi kepercayaan sumber air itu sering digunakan untuk mandi dengan maksud untuk menguatkan kekuatan batin. Sedangkan sisi ilmiah, sumber air hanya untuk membersihkan diri serta memulihkan kondisi badan.

Karakter Berbeda

Sumber mata air hangat atau sendang kamulyan dipercaya untuk mendapatkan sebuah kemuliaan bagi siapapun yang mandi dengan niat tulus baik meminta kepada Yang Kuasa. Dikatakan Sugeng, secara ilmiah sumber air hangat memiliki kandungan belerang cukup tinggi sehingga baik untuk kesehatan kulit.

“Tujuh sumber mata air memiliki karakter berbeda. Mata air ini merupakan bentukan alam,” kata dia.

Baca juga: Bersih Desa di Mojogedang Tak Digelar, Muncul Kejadian Aneh

Tak hanya tujuh mata air, di kawasan Sapta Tirta Pablengan juga terdapat Sasono Pamelengan, Sasono Pandurenan dan Pertapa bulanan. Dikatakan Sugeng, sasono pamelengan dan pandurenan merupakan tempat peristirahatan Raden Mas Said seusai mandi di tujuh sumber mata air.

Kemudian pertapa bulanan adalah lokasi Raden Mas Said mengasah kekuatan batin dan berdoa. Namun sayangnya kawasan wisata Sapta Tirta Pablengan belum dibuka kembali untuk umum karena masih pandemi Corona. Sebelumnya kawasan wisata ini menjadi jujugan para wisatawan yang melakukan wisata spiritual.

Kasi Cagar Budaya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Karanganyar, Hastutiningdyah Wijayatmi mengatakan, objek wisata Sapta Tirta telah ditetapkan sebagai cagar budaya tingkat Kabupaten pada 2020. Penetapan ini berdasarkan hasil kajian Tim Ahli Cagar Budaya (TACB).

“Sapta Tirta ini ada kaitan erat dengan sejarah perjuangan Pangeran Raden Mas Said melawan VOC pada periode 1741 hingga 1757. Konon ceritanya lokasi ini dijadikan sebagai benteng pertahanan Pangeran Raden Mas Said,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya
Ekspedisi Mudik 2024

Koran Solopos


Berita Populer

Dapatkan akses tak terbatas
Part of Solopos.com
ISSN BRIN