SOLOPOS.COM - Seorang wisatawan mendokumentasikan keindahan bunga edelweiss di Desa Wisata Edelweiss Wonokitri, Kec. Tosari, Kab. Pasuruan, Minggu (7/11/2021). (Choirul Anam/Bisnis)

Solopos.com, PASURUAN — Bunga edelweis, bunga keabadian, sering ditemukan diperjualbelikan secara ilegal di kawasan wisata Bromo.

Wisatawan yang ke Bromo dengan mudahnya membeli bunga edelweis secara ilegal. Padahal, membeli bunga edelweis dilarang karena dapat mengancam kepenuhan bunga yang dilindungi itu. Bahkan menangkar dan menanam bunga tersebut tanpa izin Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kehadiran Desa Wisata Edelweis, Desa Wonokitri, Kecamatan Tosari Kabupaten Pasuruan, yang melakukan penangkaran, penanaman sebagai upaya konservasi bunga tersebut sejak 2016, dapat menjadi solusi bagi wisatawan untuk menikmati keindahan bunga, sekaligus mengetahui cara merawat dan membudidayakan tanamannya.

Di taman tersebut, ditanam sekitar 1.250 bunga dengan tiga jenis, yakni Anaphalis Javanica (Edelweis Jawa), Leontopodium Alpinum (Edelweis Eropa), dan Leucogenes Grandiceps (New Zealand Edelweis) di lahan seluas sekitar 1.196 m².

Baca Juga: 579 Buruh Tani Tembakau dan Pabrik Rokok Madiun Dapat BLT Rp1,2 Juta

Ketua Kelompok Tani Hulun Hyang Desa Wisata Edelweis Wonokitri, Teguh Wibowo, menjelaskan bunga edelweis harus dilestarikan karena maknanya penting bagi kehidupan keagamaan masyarakat Bromo.

“Bunga edelweis merupakan bunga yang dipersembahkan masyarakat Bromo kepada Yang Maha Kuasa. Karena itulah, kami bersama teman-teman yang tergabung dalam Kelompok Tani Hulun Hyang Desa Wisata Edelweiss berinisiasi untuk mendirikan Desa Wisata tersebut dengan memanfaatkan tanah milik desa,” ujarnya.

Lewat Desa Wisata, masyarakat bisa memanfaatkan bibit secara gratis untuk dijadikan benih dan ditanam di rumah masing-masing dengan supervisi dari kelompok tani.

Dengan cara itu, masyarakat dapat mencukupi kebutuhan bunga edelweiss untuk persembahan dari tanaman yang mereka tanam sendiri.

Baca Juga: Pemerintah Siap Gelontorkan Rp4,3 Triliun untuk Proyek Kereta Cepat

Membeli Bibit

Masyarakat umum juga bisa membeli bibit seharga Rp20.000-Rp50.000. Jika ditanam di rumah masing-masing, mereka akan mendapatkan supervisi dari kelompok tani.

Untuk bunga, masyarakat juga dapat membeli di desa wisata seharga Rp35.000/ikat. “Pertimbangannya karena bunga itu tidak digunakan. Untuk penangkaran sudah ada. Daripada dibuang, lebih baik dijual dan dapat dinikmati masyarakat,” ucapnya dihubungi Senin (9/11/2021).

Perkembangan Desa Wisata tersebut, kata dia, perlahan. Mulanya hanya diperuntukkan untuk warga sekitar. Namun pada 2019, Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Malang, ikut terlibat dengan membantu pembangunan prasarana dan sarana lewat Program Sosial Bank Indonesia (PSBI).

Baca Juga: Catat, Ini Tips Jualan Online di Tiktok untuk Pemula

BI ingin Desa Wisata tidak semata untuk kepentingan konservasi, melainkan juga mempunyai sisi ekonomis, memberdayakan masyarakat desa lewat desa wisata.

“Desa Wisata Taman Edelweis unik, karena baru kali pertama di Indonesia ada taman konservasi edelweiss yang dikelola komunitas, warga desa,” katanya.

Bentuk bantuan PSBI berupa pembangunan sarana dan prasarana Taman Edelweiss seperti rumah tiket, gapura selamat datang, pembangunan tempat pembibitan edelweiss, tempat penyapihan bibit, toilet, mushola, kafe dan peralatannya.

“Untuk pelatihan seperti pelatihan Gastronomi yang meliputi pembuatan makanan khas dan oleh-oleh, pelatihan Manajemen Kafe hingga pelatihan Art and Culture Tourism yang meliputi photo booth, photo spot dan time choice,” katanya.

Baca Juga: Bandara Soekarno-Hatta akan Terapkan Penuh Face Recognition Tahun Depan

Setelah bekerja keras bertahun-tahun, upaya menjadikan Desa Wisata Edelweiss semakin dikenal masyarakat. Bahkan saat pandemi, saat wisatawan dilarang ke kawasan wisata Bromo, mereka bisa beralih ke taman tersebut.

Dengan pelonggaran PPKM Level, Taman Wisata Edelweis telah semakin ramai dikunjungi oleh wisatawan baik warga umum hingga dari luar daerah. Pada Oktober 2021, jumlah pengunjung mencapai 3.319 orang. Keberadaan kafe juga mendorong jumlah kunjungan ke Taman Edelweiss serta menumbuhkan aktivitas ekonomi baru bagi Poktan Hulun Hyang.

Teguh Winarto juga mengembangkan program adopsi. Lewat program itu, masyarakat bisa membantu pengembangan kegiatan konservasi itu lewat adopsi tanaman bunga edelweiss mulai dari bibit sampai berbunga dengan nilai Rp250.000. “Mudah-mudahan program ini berkembang karena dapat menjadi solusi pendanaan taman ini secara lebih berkelanjutan,” ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya