SOLOPOS.COM - PAMERAN NASKAH KUNO- Naskah kuno koleksi khusus Perpustakaan Nasional RI di pamerkan di Balai Soedjatmoko, Toko Buku Gramedia, Solo, Rabu (16/11/2011). Pameran tersebut dimaksudkan untuk membangkitkan minat masyarakat untuk lebih memahami ke-Indonesiaan melalui naskah kuno dan buku-buku langka. (JIBI/SOLOPOS/Dwi Prasetya)

PAMERAN NASKAH KUNO- Naskah kuno koleksi khusus Perpustakaan Nasional RI di pamerkan di Balai Soedjatmoko, Toko Buku Gramedia, Solo, Rabu (16/11/2011). Pameran tersebut dimaksudkan untuk membangkitkan minat masyarakat untuk lebih memahami ke-Indonesiaan melalui naskah kuno dan buku-buku langka. (JIBI/SOLOPOS/Dwi Prasetya)

(Solopos.com)–Apakah anda tahu Kota Solo dulunya adalah surga candu? Di balik tradisi Jawanya yang kental, kota ini ternyata pernah menjadi tempat utama peredaran candu atau opium di Nusantara.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Tepatnya di Kelurahan Sangkrah, Pasar Kliwon, gudang candu milik Belanda pernah berdiri dan mengeruk pajak opium tertinggi di Indonesia. Merasa ragu dan ingin membuktikan kebenarannya?

Dalam Pa/2011), pengunjung berkesempatan menguak sejarah Kota Bengawan dari deretan koleksi khusus Perpustakaan Nasional. Peta Kota Solo tahun 1927 buatan Topografische Dienst itu merekam keberadaan gudang candu di Sangkrah.

Jika merunut sejarah, keberadaan opium di Kota Solo sudah ada sejak awal abad 19. Kala itu, penjajah Belanda berhasil memaksa Raja Mataram, Amangkurat II, untuk memberi hak monopoli perdagangan opium di wilayah kerajaan.

Kondisi itu setidaknya masih langgeng sampai tahun 1945. Hal itu dibuktikan lewat peta Solo buatan Survey Production Center yang juga dipamerkan. Di legenda peta berskala 1:14.000 ini masih tertulis Opium Monopoly yang tak lain adalah gudang candu di Sangkrah.

Selain menyelami Kota Solo lewat peta masa lalu, pengunjung dapat mengarungi dimensi kehidupan kerajaan melalui pelbagai buku langka yang dipamerkan.

Setidaknya ada delapan buku langka yang mengungkap sisi hidup Pakubuwono X dan Mangkunegoro VII berikut adat masyarakat Jawa. Salah satunya buku berjudul Een en Ander Over Het Tweede Huwelijk van Pakoeboewana X karya Victor Zimmerman. Buku keluaran 1916 ini membeberkan kisah pernikahan kedua Pakubuwono (PB) X dengan putri Hamengkubuwono VII.

Hamparan naskah kuno nusantara pun dapat ditemui di pameran ini. Tujuh manuskrip yang rata-rata dikumpulkan sejak 200 tahun lalu itu mampu mengundang ketertarikan tersendiri bagi pengunjung.
Ketua Kelompok Koleksi Naskah Kuno Perpustakaan Nasional, H Sanwani, mengatakan kali ini pihaknya menampilkan 36 koleksi khusus Perpustakaan Nasional yang meliputi naskah kuno, buku langka, peta kuno dan audio visual.

“Yang kami bawa ke sini adalah koleksi yang dekat dengan masyarakat Solo. Koleksi langka Perpustakaan Nasional sendiri sebenarnya sangat banyak. Mencapai puluhan ribu,” katanya saat ditemui di sela-sela acara, Rabu.

Seorang pengunjung, Harsoyo, 56, mengaku apresiatif terhadap acara tersebut. Menurut lelaki yang gemar membaca naskah kuno ini, ia jadi banyak mengetahui kondisi Kota Solo di masa lampau.

“Sebelumnya saya tidak tahu kalau di Solo pernah ada Government European Lowergrade School hingga pabrik opium. Setelah ini saya mau minta dikopikan untuk koleksi,” ujarnya sambil tersenyum.

(Chrisna Chanis Cara)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya