SOLOPOS.COM - Ilustrasi keberadaan Selat Muria (Instagram/@patisakpore)

Solopos.com, PATI --- Gunung Muria  yang ada di ujung utara Provinsi Jawa Tengah dulu pernah terpisah secara daratan. Hal ini dibuktikan melalui hasil penelitian yang dilakukan oleh seorang geologis melalui bukunya yang berjudul Kerajaan-Kerajaan Islam di Jawa: Peralihan dari Majapahit ke Mataram.

Buku itu menyinggung tentang selat Muria ketika menggambarkan ekologi letak Kerajaan Demak yang ada di bibir pantai selat, yang memisahkan Pegunungan Muria dari Jawa. Nama selat itu disebut sebagai Selat Muria.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Karena selat inilah, kota-kota Pantura, seperti Pati, Kudus dan Jepara juga pernah terpisah di luar daratan Pulau Jawa. Namun semenjak abad ke-17, terjadi sedimentasi hingga akhirnya membuat Gunung Muria dan Pulau Jawa menyatu.

Baca Juga : Bukan Hanya Nasi Gandul, Ini Sederet Makanan Enak khas Pati

Terkait proses sedimentasi tersebut, melansir lama Instagram @patisakpore, Senin (21/6/2021), Selat Muria merupakan perairan purba yang kemudian mengalami pendangkalan dari proses sedimentasi material beberapa sungai yang bermuara di daerah yang sekarang disebut Grobogan, Demak, Kudus, dan Pati. Selain itu pendangkalan itu juga disebabkan karena longsoran letusan Gunung Muria.

Zaman awal Nusantara atau yang dikenal dengan masa-masa kerajaan, baik itu Hindu-Buddha atau Islam, perairan Selat Muria menjadi jalur perdagangan dan transportasi yang ramai dilewati kapal yang menghubungkan kota besar di Jawa bagian barat dengan Jawa bagian timur pada masa itu.

Proses pendangakalan Selat Muria diperkirakan sudah terjadi sejak abad ke-13 di mana secara berangsur-angsur, terjadi penyusutan perairan di Selat Muria. Material sedimentasi itu diperkirakan berasal dari Kali Jragung, Tuntang, Serang, Lusi dan Juwana yang membawa material tanah dan bebatuan sehingga perairan selat berubah menjadi daratan.

Baca Juga : Nama Pati Rupanya Berasal dari Peleburan Tiga Kadipaten

Pada awal abad ke-15, Selat Muria sudah menjadi perairan sempit. Walau demikian, selat ini merupakan jalur dagang dan transportasi yang ramai dilalui kapal pada abad itu. Kerajaan Demak yang berdiri pada awal abad ke-16 berada di tepi Selat Muria sehingga lokasi Kerajaan Demak sangat strategis sehingga mendukung perkembangan kerajaan menjadi Pelabuhan yang besar saat itu.

Pada abad ke-16, jejak Pelabuhan dilanjutkan oleh Ratu Kalinyamat yang memiliki wilayah di seberang selat yang dikenal dengan pulau Gunung Muria. Selama beberapa tahun, Selat Muria menjadi makin dangkal yang hanya terendam air saat laut pasang. Diperkirakan pada akhir abad ke-16 dan awal abad ke-17, Selat Muria akhirnya menjadi daratan hingga sekarang

Bukti perairan ini merupakan model dari pemprosesan citra satelit, bukti arkeologi, peninggalan budaya masyarakat pesisir masa lampau dan bukti paleontologi menjadi dasar bahwa wilayah tersebut pernah tertutupi oleh air laut, sehingga saat itu kota-kota Pantura yang sekarang bernama Pati, Kudus, dan Jepara  kemungkinan masih berada di bawah laut pada masa keberadaan Selat Muria.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya