SOLOPOS.COM - Ilustrasi bus ekonomi atau bus bumel. (Freepik.com)

Solopos.com, SEMARANG — Bus bumel merupakan sebutan yang disematkan untuk bus ekonomi yang tidak memiliki fasilitas mewah layaknya bus patas, atau cepat dan terbatas, yang ber-AC. Jejak bus bumel saat ini semakin sulit ditemui, tak terkecuali di ibu kota Provinsi Jawa Tengah (Jateng), Kota Semarang.

Bumel merupakan akronim dari melbu kumel dalam bahasa Jawa yang berarti masuk kumal. Sebutan ini untuk menggambarkan bus kelas ekonomi yang tidak ber-AC, sehingga kerap menyajikan pemandangan penumpang yang kegerahan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kendati demikian, bus bumel sempat menjadi moda transportasi favorit bagi kalangan masyarakat menengah ke bawah. Hal ini dikarenakan bus bumel siap berhenti di titik manapun yang diinginkan penumpang, tanpa harus mengindahkan aturan halte.

Namun, belakangan ini bus bumel mulai terpinggirkan. Tak terkecuali di Kota Semarang. Di Kota Semarang, keberadaan bus bumel mulai jarang ditemui atau tak seramai seperti di era 1990-an.

Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) Kota Semarang, Bambang Pranoto Purnomo, mengatakan bus bumel saat ini telah menjadi legenda. Hal itu dikarenakan keberadaannya yang sudah mulai punah di tengah masyarakat.

Baca juga: Deretan Bus Bumel Semarang-Jogja: Bodi Aduhai, Satset di Jalan Berliku

“Sekarang sudah enggak ada. Sebagian trayeknya sudah diakomodasi Bus Trans Semarang [milik BLU UPT Trans Semarang]. Sisanya sudah punah,” jelas Bambang saat dijumpai Solopos.com, Rabu (6/7/2022).

Meski demikian, Bambang menyebut bus bumel masih ada yang terlihat di Kota Semarang pada tahun 2018 lalu. Namun, saat pandemi Covid-19 muncul di mana aktivitas masyarakat dibatasi, pada tahun 2019, bus ini mulai hilang dari peredaran.

“Tahun 2012 sempat mati suri. Kemudian benar-benar mati atau hilang dari peredaran tahun 2020. Sebelumnya masih nampak beberapa. Untuk kejayaanya, pada era 1980 sampai 1990-an,” ujar Bambang.

Baca juga: Siap-Siap, BRT Jateng Jalur Solo-Wonogiri Bertarif Rp4.000 Per Orang

Pada masa keemasannya itu, bus bumel benar-benar menjadi raja transportasi di Kota Semarang. Bahkan, dalam satu hari sopir bus bumel mampu mengantongi uang Rp300.000. Sedangkan rute atau trayeknya di Semarang bisa mencapai dua hingga tiga trayek.

“Dulu itu ada yang melalui trayek di Genuk-Pundakpayung, Pundakpayung-Mangkang dang Mangkang-Plamongan. Tapi saat ini, kebanyakan trayeknya sudah diakomodasi bus-bus dari Trans Semarang,” ujarnya.

Sebagaimana diketahui, bus bumel merupakan transportasi bus yang digunakan penumpang untuk rute jarak dekat atau antar-kota dalam provinsi (AKDP). Bus ini sering menyajikan pemandangan naik turun penumpang dalam radius beberapa meter.

Secara tampilan fisik, bus bumel biasanya merupakan bus-bus tua dengan kondisi bodi yang lusuh dan tampak tidak terawat. Bus bumel biasanya punya konfigurasi jok tiga hingga dua dalam satu baris, sehingga kapasitas penumpang yang diangkut bisa lebih banyak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya