SOLOPOS.COM - Alumnus STAIN Surakarta (kini UIN Surakarta), Irfan Abu Nazar (tengah), setelah dikukuhkan sebagai doktor Ilmu Lingkungan ke-62 di Fakultas MIPA UNS, Kamis (7/9/2023). (Istimewa)

Solopos.com, SOLO — Alumnus STAIN Surakarta (kini UIN Surakarta), Irfan Abu Nazar, menjadi doktor Ilmu Lingkungan ke-62 di Sekolah Pascasarjana UNS.

Ia dikukuhkan sebagai doktor ke-998 UNS dalam Sidang Terbuka Promosi Doktor S3 Ilmu Lingkungan pada Kamis (7/9/2023).

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Gelar doktor Ilmu Lingkungan diraih Irfan berkat penelitiannya di tiga pondok pesantren di Jawa Tengah dan DIY terkait kepedulian santri terhadap kelestarian lingkungan.

Tampil sebagai penguji masing-masing Prof Dr. Sugiyarto, Prof Dr. Prabang Setyono, Prof. Dr. Pranoto dan Prof. Dr. Benny Ridwan sebagai penguji eksternal.

Prof.Drs. Sutarno menjadi promotor bagi Irfan yang merupakan dosen S1 Ilmu Lingkungan Fakultas MIPA UNS.

Berdasarkan rilis yang diterima Solopos.com, Sabtu (9/9/2023), Irfan Abu Nazar meraih gelar doktor dengan status cumlaude.

Irfan yang pernah menjadi tenaga pengajar IAIN Surakarta selama enam tahun mengambil disertasi dengan judul Model Pengelolaan Ekopesantren Berkelanjutan Berbasis Ekoteologi di Pondok Pesantren Wilayah Jateng Dan DIY.

Ia melakukan penelitian di tiga pondok pesantren yakni Pesantren Al Imdad, Bantul, DIY; Pesantren Pabelan, Magelang Jateng; dan Pesantren Al Mawaddah, Kudus Jateng.

Hasil penelitiannya menyebut pengelola ketiga pondok pesanten tersebut memiliki pemikiran progresif dalam memahami ayat-ayat ekologis al-Qur’an.

“Para kiai dan ustaz mendorong untuk pengembangan ajaran Islam terkait lingkungan dalam bentuk keilmuan teknis dan aplikatif, seperti fikih lingkungan, fikih kebencanaan, ekoteologi, yang selama ini kurang mendapatkan perhatian serius,” tulis Irfan Abu Nazar.

Menurut Irfan, santri Pondok Pesantren Al Imdad, Pabelan, dan Al Mawaddah, umumnya telah memiliki kesadaran dan kepedulian yang memadai terhadap lingkungan dan pembangunan berkelanjutan.

Namun, hasil penelitiannya mengindikasikan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara pelajaran lingkungan yang diajarkan di pondok pesantren dengan perilaku kepedulian lingkungan.

“Kepedulian lingkungan santri tumbuh karena pengaruh dari karakter kiai dan ustaz yang peduli lingkungan,” imbuhnya.

Irfan menjelaskan, ketiga pondok pesantren yang ia teliti memiliki keunikan dalam mengelola lingkungan hidup berkelanjutan.

Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu dukungan pemerintah, tingkat kesadaran lingkungan para santri, serta sumber daya manusia dan materiil yang dimiliki oleh pondok pesantren.

Pondok Pesantren Al Imdad, Pabelan, dan Al Mawaddah telah memiliki ketangguhan lingkungan yang memadai secara kelembagaan, dan termasuk pesantren dalam level peduli dan keberlanjutan.

“Akan tetapi untuk indikator program lingkungan, Pondok Pesantren Pabelan berada pada perkembangan,” lanjut Irfan yang menjabat Ketua DPW Jawa Tengah Asosiasi Dosen PAI Seluruh Indonesia (Adpisi).

Adapun secara institusi dalam pengajaran lingkungan, Pesantren Al Imdad lebih baik dalam mengajarkan tentang pemahaman lingkungan, karena kesadaran lingkungan sudah menjadi visi pesantren, dengan mempopulerkan kata SALIH sebagai singkatan Sadar Lingkungan Hidup.

Namun dalam tingkat pemahaman konsep Islam dan lingkungan, Pondok Pesantren Al Mawaddah lebih baik, karena pondok ini tumbuh dan berkembang dengan filosofi warisan Sunan Kudus, Gusjigang.

Gusjigang adalah akronim dari bagus, ngaji, dan dagang yang merupakan perpaduan antara spiritualitas, intelektualitas dan entrepreneurship.

Irfan mengatakan, pengenalan visi Islam tentang pengelolaan lingkungan hidup melalui pondok pesantren adalah salah satu cara efektif untuk meminimalisasi terjadinya krisis lingkungan.

Alasannya, karena Islam memiliki suatu cara pandang terhadap relasi yang seimbang antara manusia dan lingkungan alam.

Menurut Irfan, penelitiannya dimaksudkan untuk mengembangkan model ekopesantren berkelanjutan berbasis ekoteologi untuk merealisasikan pembangunan berkelanjutan.

“Penelitian ini juga untuk mendukung program pemerintah, melalui Kementerian Lingkungan Hidup yang sejak tahun 2008 telah mencanangkan program ekopesantren, yaitu sebuah gerakan pengelolaan pondok pesantren yang ramah lingkungan serta memiliki kepedulian tinggi terhadap pelestarian lingkungan hidup,” tutupnya.



Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya