SOLOPOS.COM - Muhammad Nuh (Dok/JIBI/SOLOPOS)

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhammad Nuh (Dok/JIBI/SOLOPOS)

SURABAYA--Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Mohammad Nuh, menegaskan bahwa permintaan dirinya untuk mundur terkait kisruh pelaksanaan Ujian Nasional 2013 tergantung presiden, karena dirinya merupakan pembantu presiden yang diangkat olehnya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Kalau mundur, lho saya yang ngangkat presiden, bukan orang lain. Kalau gagal ya tergantung yang menilai, seperti mahasiswa, terserah dosen yang menilainya,” katanya di hadapan peserta Silaturrahmi Presidium Wilayah Majelis Alumni IPNU Jawa Timur di Surabaya, Minggu (28/4/2013).

Dalam acara yang juga dihadiri Rektor Unesa Prof dr Muchlas Samani, Ketua Presidium Pusat Majelis Alumni IPNU Dr H Hilmy Muhammadiyah, Ketua PBNU Prof Kacung Maridjan MA, dan sebagainya, ia menjelaskan kisruh UN 2013 juga tidak bersifat “by design” [direncanakan].

“Tiga tahun lalu, pelaksanaan UN itu di daerah, tapi karena ada masalah, lalu ditarik ke pusat, karena itu kalau sekarang ada masalah ya dikaji kembali, tapi bukan berarti by design. Itu murni musibah, murni kecelakaan,” katanya.

Oleh karena itu, ia menilai pengabaian hasil ujian nasional (UN) 2013 untuk SMA dan sederajat yang diusulkan Komisi X DPR belum tentu diterima oleh peserta UN, baik dari provinsi yang melaksanakan serentak maupun tidak.

“Usulan itu kami terima, tapi akan kami kaji. Bayangkan kalau diabaikan, tentu 22 provinsi yang nggak ada masalah dengan UN akan menolak, bahkan yang digeser [tidak serentak waktunya] pun kecewa karena punya harga diri. Mereka berharap ikut UN untuk bisa masuk PTN,” katanya.

Sebelumnya, Jumat (26/4/2013), anggota Komisi X DPR RI Reni Marlinawati menyatakan UN 2013 tidak sah karena tidak bisa dilaksanakan serentak.  “UN secara nasional tidak sah secara hukum, karena dalam UU dinyatakan bahwa UN harus dilakukan serentak. Tidak boleh ada penundaan,” katanya.

Dalam acara yang juga dihadiri anggota Komisi X DPR RI H Abdul Hamid Wahid MAg itu, Mendikbud mengharapkan semua kalangan tidak menarik kisruh UN ke wilayah politik, sebab UN merupakan masalah akademik yang tentu harus diselesaikan dalam wilayah akademik pula.

“Serentak-tidaknya pelaksanaan UN 2013 bukan substansial. Hal yang subtansial adalah kerahasiaan soal UN, bukan soal serentak-tidak-nya. Kalau tidak serentak, tapi tidak bocor ya masih sah, karena itu kami tidak ingin serta merta mengabaikan hanya soal beda waktu,” katanya.

Bahkan, dirinya juga siap bila KPK atau BPK memeriksa penyebab tidak serentaknya UN 2013. “Saya welcome pada KPK atau BPK, apalagi Irjen Kemdikbud itu juga pernah menjadi penyidik KPK, tentu koordinasi sudah ada,” katanya.

Terkait dukungan Majelis Alumni IPNU Jatim yang dipimpin H Muzammil Syafii terhadap dirinya terkait kisruh UN, Mendikbud menilai hal itu untuk kemajuan pendidikan.

“Ibarat penyakit yang perlu vaksin, maka penyakit sosial itu juga perlu vaksin sosial dan vaksin sosial untuk kemiskinan dan ketidaktahuan itu ya pendidikan, jadi dukungan itu untuk tujuan mengatasi penyakit sosial itu,” katanya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya