SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Foto: dishub.surakarta.com)

Ilustrasi (Foto: dishub.surakarta.com)

SOLO–Transportasi umum seperti kereta api dan bus sampai saat ini masih menjadi pilihan bagi kawula muda saat melakukan perjalanan rutin seperti ketika akan kuliah.

Promosi BRI Kantor Cabang Sukoharjo Salurkan CSR Senilai Lebih dari Rp1 Miliar

Meski memiliki kendaraan pribadi baik motor atau mobil, sebagian di antara mereka lebih senang naik kereta atau bus. Kenapa mereka tetap memilih alat-alat transpostasi umum itu?

Mahasiswa Fakultas Hukum (FH) Universitas Sebelas Maret (UNS), Merlina Nurwijayanti, 21, sejak semester I biasa menumpang Kereta Api (KA) Prameks. Merlina yang tinggal di Kelurahan Klaten Tengah, Kecamatan Klaten Tengah, Klaten itu pulang pergi Klaten-Solo dengan memanfaatkan jasa kereta.

Dia menganggap kereta lebih cepat sampai jika dibanding kendaraan lainnya. Klaten-Solo bisa ditempuh kurang lebih 25 menit dengan menumpang kereta. Sedangkan jika naik bus bisa 1 jam hingga 1,5 jam apalagi jika jalanan macet.

“Saya biasa nglaju naik kereta tiap hari. Kalau naik motor capek dan risikonya juga tinggi. Meski kita hati-hati tapi kalau orang lain enggak hati-hati bisa ikut celaka,” kata Merlina saat dihubungi Solopos.com, pekan lalu.

Sebelum ada perubahan jadwal KA Prameks, Merlina biasanya berangkat dengan menumpang KA Prameks pukul 07.00 WIB dan pulang naik kereta pukul 15.00 WIB atau 17.50 WIB.

Hal yang sama juga dialami Seta Aji, 21. Seta yang saat ini masih duduk sebagai mahasiswa semester V FH UNS juga biasa menumpang KA Prameks.

Minimal tiap pekan sekali Seta yang asli Kalasan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) itu memakai fasilitas KA Prameks. Jika ada keperluan atau acara tertentu, Seta yang kontrak rumah di Palur, Karanganyar tersebut bisa lebih dari sekali menggunakan kereta.

“Saya biasanya naik dari Stasiun Maguwo. Saya naik kereta karena lebih cepat sampai tujuan. Kalau naik kereta juga bisa sambil tidur,” ucap Seta saat ditemui.

Dia melihat tiap orang memiliki kepekaan sendiri dalam menilai nyaman tidaknya sebuah alat transportasi. Seta merasa sebenarnya kalau naik KA Prameks semakin lama semakin tidak nyaman karena penuh penumpang.

Merlina dan Seta berharap ada peningkatan fasilitas kereta. Merlina menyebutkan saat ini jadwal KA Prameks dengan harga tiket Rp10.000/orang semakin berkurang. Sebagian diganti dengan adanya KA Prameks dengan harga tiket Rp20.000/orang.

Merlina melihat meski ada gerbong khusus wanita tapi jika tidak ada petugas penumpang pria pun ikut masuk. Dia merasa kasihan jika saat kereta penuh, banyak anak-anak yang harus berdesak-desakan. Selain itu, ia berharap keamanan dan kenyamanan kereta terus diperbaiki. “Kami kan sudah bayar mahal, jendela keretanya supaya dibenerin. Fasilitas yang ada tidak memadai untuk angkutan orang,” ucapnya.

Seta sendiri melihat alat transportasi di beberapa negara sudah sangat nyaman. Dia mendambakan Indonesia bisa menghadirkan transportasi umum yang nyaman.

Salah satu mahasiswi semester tujuh Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Dini Wulandari, mengaku sering memanfaatkan transportasi umum seperti halnya bus sebagai alat transportasi untuk ke kampus. Menurutnya naik bus lebih enak daripada harus terjebak macet naik motor sendiri. Selain itu, dengan memanfaatkan transportasi umum berarti secara tidak langsung akan mengurangi kemacetan. “Rutenya jelas ke UMS, jadi lebih mudah,” akunya.

Dini berharap, masalah seperti kelayakan angkutan umum dan pengemudi yang ugal-ugalan dapat lebih disiplin. Karena dengan fasilitas yang tidak memadai dan ugal-ugalan itu membuat banyak penumpang takut dan ragu untuk menggunakannya. Selain itu, bus yang tidak layak jalan lebih baik diganti bus yang baru agar penumpang lebih nyaman di dalamnya.

Hal senada diungkapkan Ratna Setyaningrum. Dia mengaku memang banyak kemudahan jika menggunakan angkutan umum. Tidak perlu panas-panasan dan ongkosnya lebih murah. “Namun juga tetap waspada,” ujarnya saat diwawancarai Tim Fokus Muda, Kamis (15/11).

Menurutnya perlu kewaspadaan lebih juga saat menggunakan transportasi umum, karena masih rawan akan copet. Ratna mengaku pernah dibohongi kernet bus mengenai rute dan tarif bus yang ditumpanginya. Sehingga dia harus berjalan kaki dan mengeluarkan uang lebih untuk menuju tujuan tersebut. “Kernet pernah bohong,” keluhnya.

Ratna berharap, transportasi umum lebih layaknya diperhatikan lagi, karena masih banyak masyarakat yang menggunakannya. Pelayanan bus dan keamanan bisa lebih ditingkatkan agar penumpang lebih nyaman, selain itu semuanya harusnya jujur.

Tak beda pendapat, Nurhayati, Mahasiswi Fakultas Agama Islam mengatakan, bahwa menggunakan transportasi umum lebih praktis daripada membawa kendaraan sendiri. Namun jika kelayakan dari transportasi kurang diperhatikan maka kenyamanan sulit didapatkan. Selain itu, transportasi umum seperti bus yang terlalu lama menunggu penumpang lain membuatnya harus terlambat masuk kuliah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya