SOLOPOS.COM - Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo. (JIBI/Solopos/Antara/Wahyu Putro A.)

Mendagri Tjahjo Kumolo mengatakan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) bukan hanya mendatangkan kemudahan dalam kehidupan namun juga membuat bangsa rentan pecah.

Semarangpos.com, SEMARANG — Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo mengingatkan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga punya dampak. Meskipun perkembangan iptek mendatangkan kemudahan dalam kehidupan manusia, namun juga membuat bangsa rentan terhadap perpecahan jika tidak disikapi dengan hati-hati.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Sudah 72 tahun ini Indonesia merdeka, bangsa rentan karena perkembangan iptek. Begitu mudahnya menerima masukan, langsung men-share masukan yang ada tanpa melihat sumbernya siapa,” kata Mendagri Tjahjo Kumolo di Kota Semarang, Jumat (8/9/2017).

Ekspedisi Mudik 2024

Hal tersebut diungkapkan Tjahjo seusai melepas keberangkatan mahasiswa Universitas Negeri Semarang (Unnes) mengikuti pendidikan bela negara selama tiga hari di Rindam IV/Diponegoro, Magelang. Upacara pelepasan mahasiswa Unnes yang mengikuti pendidikan bela negara itu dipimpin langsung Tjahjo Kumolo, didampingi Rektor Unnes Prof Fathur Rokhman, dan Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi di Lapangan Auditorium Unnes.

Menurut politikus senior PDI Perjuangan itu, banyak informasi yang sengaja disebarkan sebenarnya tidak bertujuan untuk memecah bangsa, melainkan untuk kepentingan politik, apalagi April-Agustus 2018 sudah tahapan pilpres dan pilkada serentak. “Namun, tanpa disadari kelompok-kelompok yang tidak bertanggung jawab ini dengan menyebarkan berita fitnah, menghujat Presiden, memfitnah Presiden, dan sebagainya bisa memecah persatuan bangsa,” tudingnya.

Oleh karena itu, Tjahjo mengatakan seluruh elemen masyarakat harus memahami Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika, sebab negara Indonesia karena keberagaman dan negara bersatu karena adanya Pancasila. “Jangan melihat suku apa, agama, golongan apa, tetapi prestasinya apa. Kepolisian yang bertanggung jawab mengusut siapa yang menghina negara, lambang negara,” serunya.

Lebih lanjut, Tjahjo Kumolo menuding orang-orang atau kelompok yang suka menghujat dan memfitnah sebagai orang atau kelompok yang tidak beretika karena mereka hidup, bekerja, dan makan di tanah Indonesia, tetapi malah menghujat negara dan pemerintahnya sendiri. “Orang berdakwah boleh. Yang Islam harus sesuai dengan Alquran dan Hadist, yang Kristen harus sesuai dengan Injil, tetapi jangan kemudian dikemas agama untuk menghujat seseorang, lambang negara,” katanya.

Demikian pula dengan kalangan mahasiswa yang menyampaikan aspirasinya terhadap kebijakan kampusnya dengan mengkritik rektor, tetapi jangan kemudian memfitnah rektornya dan menjelek-jelekkan almamaternya. “Silakan mahasiswa mengkritik Rektor. Tetapi, jangan memfitnah Pak Rektor, jangan menjelek-jelekkan Unnes. Bagaimanapun, kita semua bagian dari bangsa Indonesia,” pungkas mantan Sekjen DPP PDI Perjuangan tersebut.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya