SOLOPOS.COM - Burung Jalak Lawu saat bertengger di dahan pohon di hutan Gunung Lawu. (Istimewa)

Solopos.com, KARANGANYAR – Ketua Komunitas Kiai Damar Sesuluh, Koestawa Esye, menceritakan bahwa Jalak Lawu menjadi salah satu binatang khas di Gunung Lawu.

Koestawa menuturkan burung jalak hidup di hampir semua gunung, tetapi jalak di Gunung Lawu memiliki kekhasan yang tidak dimiliki spesies lain.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

"Hewan ciri khas Lawu. Warna dan karakter. Di sana ada hewan lain yang juga khas sebetulnya. Tetapi tidak banyak yang tahu. Kupu gajah yang warna hitam besar. Pada bagian sayap, di tengah sayap ada motif menyerupai mata dengan warna kebiru-biruan," ungkap dia saat dihubungi Solopos.com, Sabtu (20/2/2021).

Bawa juga: Misteri Jelmaan Burung Jalak di Gunung Lawu, Konon Jadi Penunjuk Jalan Pendaki

Mitos Jalak Gading yang kerap menjadi pemandu bagi pendaki Gunung Lawu saat tersesat sudah lama mengakar dan tak bisa dilepaskan dari sosok Prabu Brawijaya.

Berbincang tentang sejarah Brawijaya V, Koestawa menuturkan Brawijaya V masuk Gunung Lawu untuk menghindari kejaran prajurit Demak. Saat itu, Brawijaya V didampingi dua abdi dalem, yakni Sabdo Palon dan Naya Genggong. Mereka juga bersama sejumlah prajurit.

Selama perjalanan naik Gunung Lawu, lanjut Koestawa, Brawijaya V, bertemu dengan Sunan Kalijaga. Saat itulah, Brawijaya V memutuskan memeluk Islam.

"Versi lain menceritakan ada pertemuan khusus di lokasi yang sekarang menjadi Candi Ceto. Pertemuan Brawijaya V dengan Sunan Kalijaga. Di tempat itulah, Sunan Kalijaga mengislamkan Brawijaya V. Kemudian singkat cerita, Brawijaya V moksa karena sudah pasrah, ikhlas meninggalkan kehidupan dunia, spiritual tinggi. Beliau ini yang mendapat julukan Sunan Lawu," tutur dia.

Baca juga: Nissa Sabyan Pelakor, Ustaz Zacky Mirza Kaget

Kisah Prabu Brawijaya

Mirza Krisna Gita Pratiwi dari Universitas Negeri Surabaya dalam penelitian bertajuk Mitos-Mitos Di Gunung Lawu: Analisis Struktur, Nilai Budaya, dan Kepercayaan menyebutkan ada beragam mitos yang berkembang di Gunung Lawu, salah satunya terkait Jalak Gading.

Dia menyebut munculnya mitos Jalak Gading ini bemula saat Prabu Brawijaya bertitah kepada para pengikutnya. Disebutkan Prabu Brawijaya menyerahkan tugas dan pesan untuk kedua abdinya yaitu Dipa Maenggala dan Wangsa Menggala agar menjaga Gunung Lawu.

”Dipa Menggala mengemban tugas yang sangat berat untuk menjaga dan menjadi penguasa di Gunung Lawu hingga batasan-batasan yang diberikan oleh Prabu Brawijaya sedangkan Wangsa Menggala sebagai Kyai Jalak yang sekarang berwujud sebagai burung Jalak Gading menjadi patih dari Sunan Lawu dan bertugas membantu para pendaki untuk mengarahkan jalan,”sebagaimana tertulis dalam penelitian itu.

Baca juga: Deretan Artis Indonesia yang Pernah Tersandung Kasus Video Porno

Dia menyatakan mitos itu tidak lepas dari sikap kepahlawanan dari abdi-abdi Prabu Brawijaya. Dalam mitos tersebut, masih sangat kental terdengar bahwa hingga sekarang Sunan Lawu dan Kyai Jalak melaksanakan tugasnya.

Disebutkan, Sunan Lawu hanya bisa dilihat secara ghaib oleh orang-orang yang memiliki kelebihan supranatural masih melaksanakan tugasnya dengan baik untuk menjadi penguasa Gunung Lawu dan hal ghaib sekitar serta batasan-batasan wilayah yang telah ditentukan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya