SOLOPOS.COM - Air Terjun Parang Ijo (HARIAN JOGJA/TRI WAHYU UTAMI)

Air Terjun Parang Ijo (HARIAN JOGJA/TRI WAHYU UTAMI)

Tempat wisata Air Terjun Parang Ijo memang cocok bagi Anda pencari keheningan. Keriuhan kota dan kebisingan lalu lintas seakan sirna diganti nyanyian burung dan gemericik air dari puncak Gunung Lawu. 

Promosi Komeng Tak Perlu Koming, 5,3 Juta Suara sudah di Tangan

Parang Ijo terletak di Dusun Munggur, Desa Girimulyo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Tidak terlalu sulit menemukan air terjun yang diresmikan Bupati Karanganyar, Rina Iriani pada Juni 2006 ini.

Dari arah Kota Karanganyar, pengunjung bisa menempuh perjalanan dengan mobil pribadi, angkutan umum atau kendaraan bermotor sepanjang 20 kilometer ke arah timur.

Pastikan kendaraan Anda dalam keadaan fit. Pasalnya, sepanjang jalan khususnya dari Terminal Karangpandan menuju Parang Ijo, sekitar delapan kilometer, sangat berliku dan terjal. Gito Sumarto, pengelola Air Terjun Parang Ijo yang ditemui Harian Jogja belum lama ini menuturkan sejarah air terjun bertinggi 30 meter ini.

Cerita yang beredar, saat itu ketika masa peralihan pemerintahan Belanda kepada Jepang, pada 1942. Konon di sebuah dusun yang letaknya agak jauh dari pusat pemerintahan—Munggur—hidup sebuah pohon tua sangat besar, warnanya didominasi hijau. Pohon tersebut dianggap keramat karena tidak bisa ditebang dan bentuknya aneh.

Suatu ketika, datang banjir besar atau banjir Baru Klinthing yang mengakibatkan tumbangnya pertahanan pohon keramat itu. Namun, lantaran daerahnya berbukit-bukit, pohon itu tersangkut dengan posisi berdiri tegak di antara tebing Parang.

Aliran air dari Gunung Lawu membuat pohon itu semakin hijau ditumbuhi lumut. “Keanehan lain dari pohon itu adalah jika pohonnya dibacok akan mengeluarkan cairan yang berwarna merah seperti darah manusia,” kisah Gito.

Pada 1982 banjir Baru Klinthing kembali melanda dan mengakhiri kisah pohon tua itu. Pohon itu tumbang, menyebabkan jalur air yang awalnya melalui batang pohon, kemudian terjun ke bawah tanpa perantara.

Hingga kini pohon tumbang itu masih tergeletak di antara bebatuan di sekitar tumpahan air terjun. Tempat inilah yang sekarang disebut Air Terjun Parang Ijo. “Masih dipelihara supaya tetap di sini,” lanjut lelaki berusia 57 tahun ini sambil menunjuk bangkai pohon berlumut.

 

Gardu pandang

Kini, air terjun yang berada di tanah seluas lima hektare milik kas desa dan perhutani ini dibangun berbagai fasilitas. Dengan tiket masuk sebesar Rp2.500 per orang, pengunjung bebas memanfaatkan lima gardu pandang berbentuk gazebo untuk menyaksikan air terjun dari atas tebing.

Fasilitas lain seperti flying fox bisa dinikmati dengan tarif Rp10.000 per orang, kolam renang Rp2.000 per orang. Di atas tebing, disediakan bumi perkemahan Kayu Ijo seluas satu hektare. Karena berada di kaki gunung, udara di kawasan Air Terjun Parang Ijo ini sangat dingin. Sambil menikmati suasana alam yang natural, pengunjung bisa sambil menyantap sate kelinci dengan harga Rp5.000 per porsi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya