Kolom Jogja
Selasa, 20 Oktober 2009 - 11:37 WIB

Menaruh asa pada KIB jilid II

Redaksi Solopos.com  /  Budi Cahyono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Jika tidak ada aral melintang, Presiden terpilih Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) akan mengumumkan susunan kabinet yang dikenal dengan istilah Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) jilid II, sehari setelah pelantikannya sebagai Presiden RI bersama dengan Wapres terpilih Boediono. Jumlah anggota KIB Jilid II, diperkirakan tidak akan berubah banyak, yakni sekitar 34 orang yang sudah melalui tahap fit and proper test ala SBY di Cikeas. Siapa-siapa figurnya, tidak terlalu penting. Yang ditunggu banyak orang adalah kiprah di dalam KIB Jilid II.

Tentunya, siapapun yang terpilih diharapkan akan bisa bekerja maksimal. Terlebih tantangan ekonomi yang dihadapi negeri ini masih cukup berat. Begitu banyak persoalan keuangan-ekonomi yang masih membelit negeri ini, merupakan tantangan yang harus bisa dipecahkan bersama. Oleh sebab itu, siapapun dan bagaimanapun komposisi kabinet sekarang ini, hendaknya bisa saling bersinergi untuk membangun perekonomian dan peradaban negeri ini menjadi bangsa yang maju dan bermartabat, serta disegani oleh negara-negara lain.

Advertisement

Oleh sebab itu, satu persoalan yang harus dipunyai oleh setiap menteri yang duduk dalam KIB Jilid II mendatang adalah mereka harus melek masalah ekonomi. Dengan demikian, seluruh kebijakan yang dikeluarkan harus berorientasi untuk membangun perekonomian negeri ini.

Apapun departemen atau kementerian negara yang dipegangnya, semuanya harus berujung pada pembangunan ekonomi dalam arti seluas-luasnya. Kalau itu bisa terjadi, maka  percepatan pertumbuhan dan kemajuan ekonomi akan dapat kita capai dalam tempo cepat, tanpa harus dibarengi dengan berbagai kebijakan yang kontraproduktif dan ironi. 

Perekonomian domestik
KIB jilid II, yang akan diumumkan tanggal 21 Oktober besok, diharapkan akan bisa lebih memperhatikan perekonomian domestik yang lebih terintegrasi. Maklum, selama ini pembangunan dilakukan cenderung parsial, masing-masing daerah berjalan sendiri-sendiri dan kurang koordinatif. Infrastruktur untuk mendukung perdagangan antarprovinsi dan antarpulau, misalnya sebagai hal yang urgen, harus diberi tekanan lebih tinggi, sehingga berbagai komoditas perdagangan tidak terlantar dan mengalami pembusukan karena terlalu lamanya waktu transportasi.

Advertisement

Hal ini perlu diciptakan agar tidak tercipta paradoks ekspor antardaerah (atau bahkan antarpulau), seperti sering terjadi saat ini. Untuk negara kesatuan dengan bentuk kepulauan semacam Indonesia, kabinet yang terbentuk harus bisa mewujudkan negara maritim (kelautan) yang ekonominya benar-benar terintegrasikan.

Ini memang tantangan yang tidak mudah untuk dipecahkan. Tidak seperti sekarang ini, pembangunan yang dilakukan cenderung parsial, belum terintegrasi sama sekali. Pembentukan Departemen Kelautan dan Perikanan, setidaknya sudah menjadi basis yang benar untuk menuju negara maritim yang terpadu dan terintegrasi.

Penguatan ekonomi domestik, selama ini, terbukti menjadi penyelamat ekonomi Indonesia. Bisa dibayangkan, kalau perekonomian Indonesia banyak ditopang oleh perdagangan internasional, maka dampak yang dirasakan mungkin bagaikan gempa bumi yang baru saja menerjang Padang dan sekitarnya. Bisa sangat dahsyat dampaknya. Dengan kondisi sekarang ini saja, ternyata sudah banyak eksportir Indonesia -yang kehidupannya sangat tergantung pada perekonomian negara tujuan ekspor- menjadi terpukul, bahkan mati suri. Nah, negeri ini wajib bersyukur, karena perekonomiannya banyak ditopang oleh kegiatan domestik.

Advertisement

Terbukti, negara-negara yang perekonomiannya ditunjang oleh pasar domestik tidak terlalu terpukul dengan krisis keuangan global yang tengah melanda dunia. China misalnya, dengan potensi pasar domestik yang demikian besarnya, ekonominya ternyata tetap tumbuh di atas 8%, pun dengan Indonesia ternyata perekonomiannya juga masih tumbuh di atas 4%. Ini semua terjadi karena begitu besarnya potensi pasar domesti yang kita punyai, dan inilah yang menopang pertumbuhan ekonomi domestik sekarang ini. 

Oleh sebab itu, strategi memperkuat pasar domestik menjadi pekerjaan rumah yang tidak akan ada habis-habisnya. Pasar inilah yang sudah menyelamatkan perekonomian Indonesia dalam menghadapi krisis keuangan global, yang berpusatkan di Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Eropa Barat. Strategi memperkuat pasar domestik ini ternyata tidak hanya dilakukan Indonesia, namun juga negara-negara adidaya seperti AS, China dan lain lain. Negara-negara ini tengah giat-giatnya memperkuat perekonomian domestiknya dengan cara menggelontorkan aneka stimulus dan kebijakan ekonomi lainnya.

Pos-pos ekonomi
Idealnya, pos-pos kementerian negera dan departemen yang ada diisi oleh kombinasi antara akademisi dan praktisi yang memang memiliki kompetensi di bidangnya masing-masing. Bahkan, kalau perlu hadirnya pengusaha (pelaku usaha) dalam susunan KIB Jilid II ini adalah hal yang sah-sah saja. Kita tidak perlu mengkhawatirkan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan dengan kehadiran para pengusaha di dalam kabinet mendatang. Kehadiran mereka justru sangat dinanti-nantikan pasar, dengan harapan kebijakan yang dikeluarkan akan propasar karena dirinya mengetahui persis seluk beluk pasar beserta dengan berbagai intrik-intriknya.

Yang pasti, kalaupun ada pengusaha dalam komposisi KIB jilid II mendatang, maka pengusaha yang bergabung adalah pengusaha yang mandiri dan hidup dengan kultur meritocracy. Jangan memilih pengusaha yang justru merupakan saudagar yang hidup dari rente. Kalau ini terjadi, keberadaannya bisa menjadi benalu dan justru akan menghambat laju pertumbuhan ekonomi. Kita tentunya tidak menginginkan hal ini terjadi. Dengan demikian, mudah-mudahan pilihan Presiden SBY tentang siapa-siapa yang mengisi kabinet mendatang bisa sesuai dengan harapan pasar, dan kalau ini terjadi pasar akan bereaksi positif. Kita boleh boleh berharap banyak terhadap KIB Jilid II.    

Advertisement
Kata Kunci :
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif