SOLOPOS.COM - Ilustrasi tradisi Syawalan di Kaliwungu, Kabupaten Kendal. (Instagram)

Solopos.com, KENDAL — Bulan Syawal dianggap sebagai bulan kemenangan bagi umat Islam. Setelah sebulan berpuasa di bulan Ramadan, umat Islam akan merayakan Lebaran di bulan Syawal.

Nah, di Kaliwungu, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah (Jateng), datangnya bulan Syawal selalu disambut dengan tradisi yang unik dan menarik. Masyarakat Kaliwungu, Kabupaten Kendal dan sekitarnya mengikuti tradisi Syawalan sepekan setelah Hari Raya Idulfitri, di mana tradisi keagamaan ini dijiwai dengan kearifan lokal. Dalam hal ini, biasanya dilakukan dengan berziarah ke makam para wali, ulama, dan kiai pada hari ketujuh dan kedelapan setelah lebaran.

Promosi BRI Catat Setoran Tunai ATM Meningkat 24,5% Selama Libur Lebaran 2024

Dilansir dari berbagai sumber, tradisi syawalan di Kaliwungu ini merupakan salah satu bentuk penghormatan dengan cara ziara ke makam orang-orang saleh atau yang taat beragama. Kegiatan ini dilakukan dengan cara mengadakan haul atau memperingati ulang tahun meninggalnya ulama atau kiai dengan berziarah ke makam dan melakukan tahlil serta mengirim doa. Haul yang paling besar di Kaliwungu adalah Haul KH Asy’ari yang dilaksanakan setiap tanggal 8 Syawal, hingga setelahnya dinamakan sebagai tradisi syawalan.

Seperti tradisi syawalan pada umumnya, ini adalah sebuah acara yang berlandaskan syariat tetapi dengan suasana lebih kental dengan kebudayaannya. Hal ini tidak terlepas dari karakteristik Kaliwungu yang dikenal sebagai Kota Santri yang mengakar dalam kehidupan semua lapisan masyarakat hingga generasi sekarang.

Tradisi Syawalan ini pada mulanya merupakan pengabdian seorang santri kepada almarhum gurunya, yang dilakukan dengan berziarah ke makamnya untuk menelusuri tahapan sejarah silsilah sang guru. Tetapi, seiring berjalannya waktu tradisi Syawalan di Kaliwungu tidak sebatas merayakan haul kiai guru dengan melakukan tahlil ke makam KH Asy’ari, tapi juga ke makam ulama lainya dan tokoh sejarah seperti Sunan Katong, Pangeran Mandororejo, Pakuwojo, bahkan hingga mendatangi kompleks pemakaman bupati Kaliwungu.

Tradisi Syawalan ini, kini juga menjadi pasar malam. Bahkan tradisi ini bukan lagi milik masyarakat Kaliwungu, tetapi sudah menjadi milik khalayak ramai. Tradisi Syawalan juga menjadi berkah bagi para pedagang musiman di Kaliwungu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya