SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Om Ano Bhadrah Kratawo Yantu Wiswatah
Om Swastyastu

“Yadyapin atyanta daridra keta ngwang,
mahuripa ta dening tasyam,
yan langgeng apageh ring dharmaprawrtti,
hidepen ta sugih jugawakta,
apan anging dharmaprawrtti,
mas manik sang sadhu ngaranira,
yatika prihen arjanan,
yatika ling mami mas manik tankena ring corabhayadi”
( Sarasamuscaya, 50 ).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Biarpun orang sangat miskin dan hidup dari hasil pemintaminta, jika tetap yakin dan kuat melaksanakan dharma, anggaplah diri kaya saja, sebab laksana dharma merupakan harta kekayaan orang sadu gunawan, patut dicari, itulah yang kukatakan harta kekayaan yang tidak dapat dicuri dirampas dan sebagainya.

Menghayati makna Kitab Sarasamuscaya sesungguhnya menekankan kepada umat manusia, kekayaan yang kekal abadi adalah perbuatan dharma/kebajikan. Bergelimbangan harta benda duniawi merupakan sangat penting asalkan dharma menjadi landasannya.

Jika harta benda yang diperoleh dengan jalan menyimpang dari jalan dharma, adalah merupakan penderitaan lebih nista dari seorang pengemis. Namun sesungguhnya keberadaan seorang pengemis lebih mulia dari seorang perampok, yang jelas-jelas mengambil hak milik orang lain.

Di zaman keterbukaan seperti sekarang, banyak orang kaya dengan berbagai fasilitas hidup serba mewah, entah dari mana datangnya kekayaan tersebut, sampai mereka bingung dengan
harta yang tak terhingga.

Namun yang sangat menyedihkan, dimasyarakat masih banyak saudara kita kekurangan makan, tidak mempunyai tempat tinggal yang layak. Maka berbagai ketimpangan, kejahatan tidak bisa dihindari walaupun dalam ajaran agama adalah salah.

Sekarang sangat dibutuhkan kesadaran baik secara lahir dan batin memperbaiki berbagai ketimpangan sebagai rasa kemanusiaan dan rasa solidaritas yang tinggi (Wasu Dewam Kutumbhakam).

Dalam ajaran Hindu hanya perbuatan yang baik sajalah yang akan membawa manusia pada kedamian bukan perbuatan keji dan tindakan kekerasan serta menindas orang lain. Seperti kita ketahui Maha Rsi Walmiki, Maha Rsi Abhyasa menyusun Ramayana dan Mahabrata yang dijiwai dengan dharma selalu mengalir dari jaman kejaman diseluruh dunia memberikan berbagai petunjuk kehidupan melalui ajaran agama dan sampai sekarang selalu eksis dalam masyarakat.

Mutiara kebajikan yang dibuat oleh para Maha Rsi, karena beliau telah terlepas dari berbagai kepentingan duniawi dan telah mendapatkan penceraha dari Brahman/Parabrahman. Ini merupakan keadaan pencerahan dari seseorang yang telah mantap dalam kesatuan dengan sang Diri Universal.

Ia menjadi seorang jivatman, ketengan den ketentramannya tidak terganggu oleh berbagai penderitaan-penderitaan dari pasangan-pasangan yang saling bertentangan satu sama lain. Orang bijak mengatakan Sang Diri Tertinggi tidak berbeda dengan sang diri dalam badan.

Bila sang diri terbelenggu oleh prakrti atau alam ia disebut ksetrajna, bila ia terbebas dari padanya, sang diri yang sama disebut sang Diri Tertinggi.

Dalam Bhagawad Gita Bab. VI. Sloka 8 menyatakan :

“Jnana – vijnana-trptatma,
kutastho vijitendriyah,
yukta ity ucyate yogi,
sama-lostrasma-kancanah”.

Artinya: Yogi yang terpuaskan oleh pengetahuan spiritual dan kebijaksanaan, tidak tergoyahkan, dengan panca indranya terkuasai, yang baginya melihat segumpal tanah, batu dan emas dikatakan sama, ialah seorang yogi yang mantap/teguh.

Apa bila kita merunut kepada ajaran Rsi Patanjali yakni Patanjali Yoga Sutra yang tujuan utamanya adalah untuk membangkitkan kesadaran kita dari kondisi jaganya yang biasa menuju tingkatan yang lebih tinggi tercapainya penyatuan dengan Yang Tertinggi.

Yoga berusaha untuk menggali dunia bhatin dari kesadaran dan membantu untuk mengintegrasikan kesadaran dengan bawah sadar.

Statam: pelaksanaan yang konstan, yang diperlukan untuk pengembangan bentuk kesadaran yang lebih tinggi dan lebih intensif. Rahasi dalam keterpencilan, suasana alami yang dapat memberikan ketenangan pikiran dalam berkosentrasi.

Ekaki : sendirian agar dapat mendengarkan suara keheningan bhatin.

Yatacittatma : pengendalian diri, yang menbuat jadi berasil guna dapat merefl eksikan Tuhan dalam hati yang benar-benar murni.

Nirasi : bebas dari keinginan, karena segala keinginan akan mengganggu kosentrasi dengan cara melepaskan berbagai katerikatan terhadap keluarga dan kawankawan dan dari ketergantungan ari kesenangan mental.

Dan Aparigraha: terbebas dari berbagai kerinduan akan kekayaan; dalam arti keadaan spritual dan bukan kondisi materialnya.

Kekayaan kita yang sebenarnya bukan pada benda-benda duniawi yang gampang lenyap, tetapi dapa pengetahuaan dan kasih Tuhan. Sehingga kiat harus keluar dari berbagai perbudaan benda-benda untuk mendapatkan kebebasan sang roh yang menyenangkan.

Inilah sesungguhnya intasari dari kehidupan yang sempurna, semoga Tuhan selalu memberikan yang terbaik kepada ciptaannya selelalu terjaga dalam kebenaran.



Om Santi-Santi-Santi Om.

I Nyoman Warta
Bimas Hindu Kementerian
Agama DIY

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya