SOLOPOS.COM - Ika Yuniati (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO – Meski  pernah mendapat julukan sebagai kota bersumbu pendek, Kota Solo zaman kiwari layak dijadikan sebagai pusat studi toleransi. Ragam perayaan kebudayaan hingga keagamaan bisa berjalan bersamaan dan berdampingan.

Organisasi massa yang baru-baru ini viral di Twitter karena menutup patung gigantis Bunda Maria di Daerah Istimewa Yogyakarta harus banyak belajar dari warga Kota Solo. Patung setinggi hampir enam meter di Rumah Doa Sasana Adhi Rasa St. Yacobus, Dukuh Degolan, Kelurahan Bumirejo, Kapanewon Lendah, Kabupaten Kulonprogo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ditutup terpal sehari sebelum masuk Ramadan atau Rabu (22/3/2023).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Aparat kepolisian setempat tidak melarang tindakan itu dan menyatakan ikut menjaga keamanan serta ketertiban masyarakat dengan tidak melarang penutupan patung Bunda Maria dengan terpal. Alasan menutup patung Bunda Maria yang jelas-jelas di tempat ibadah itu juga tak masuk akal.

Kata yang menutup patung itu dengan terpal, keberadaan patung tersebut mengganggu kekhusyukan ibadah kaum muslim pada Ramadan, padahal banyak umat berbeda agama yang kusyuk berdoa dan bermunajat kepada Tuhan meski lokasi ibadah mereka berdekatan. Tidak ada rasa terganggu di antara mereka.

Gereja Kristen Jawa (GKJ) Joyodiningratan di Jl. Gatot Subroto No. 222, Kelurahan Kratonan, Kecamatan Serengan, Kota Solo, Jawa Tengah berdiri tepat di samping Masjid Al Hikmah. Pengurus dua tempat ibadah itu saling menghargai, bahkan sering berkolaborasi.

Persatuan dan rasa saling menjaga itu muncul pada 1947 atau sejak masjid dibangun. Sebelumnya, pada 1939, GKJ Joyodiningratan lebih dulu didirikan. Pada perayaan Idulfitri 2021 yang bersamaan dengan Kenaikan Isa Almasih, pengurus GKJ Joyodiningratan dengan legawa mengundur waktu pelaksanaan ibadah kebaktian pada sore hari agar umat Islam bisa mengerjakan Salat Idulfitri saat pagi. Sebagian jemaah Salat Idulfitri itu menggunakan halaman gereja.

Gema azan di Masjid Raya Sheikh Zayed di kawasan Kelurahan Gilingan, Kecamatan Banjarsari, Kota Solo juga tak membuat pengurus Gereja Pantekosta Isa Almasih (GPIA) Sola Gratia yang tak jauh dari masjid itu protes. Pengurus dua tempat ibadah ini bersepakat berbagi lahan parkir dan lainnya agar jemaah sama-sama nyaman.

Setahun terakhir Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka memfasilitasi selebrasi perayaan Natal dan Nyepi di pusat Kota Solo. Sekilas terkesan sederhana, hanya memasang simbol-simbol Natal dan Nyepi di sepanjang koridor Jl. Jenderal Sudirman, Kota Solo, namun maknanya mendalam sebagai simbol kedekatan antaragama. Tujuan akhirnya tentu saja harmoni dan toleransi.

Perayaan tahun baru Imlek di Kota Solo lewat Grebeg Sudiroprajan memanifestasi sebagai perayaan keagamaan umat Konghucu yang menjelma menjadi peristiwa kebudayaan yang melibatkan semua elemen masyarakat Kota Solo.

Suka cita pergantian tahun bagi etnis Tionghoa itu dirasakan banyak pihak. Kalau saja kelompok yang memprotes dan kemudian menutup patung Bunda Maria itu tahu bahwa toleransi ditekankan oleh Nabi Muhammad SAW tentu peristiwa itu tak perlu terjadi.

Toleransi terkandung dalam ajaran semua agama yang intinya menekankan saling mengenal dan saling mengasihi. Kasih sayang tak hanya pada satu kelompok, namun kepada semua orang. Deklarasi prinsip-prinsip toleransi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mendefinisikan toleransi sebagai rasa hormat, penerimaan, dan penghargaan atas keragaman budaya dunia.

Secara spesifik, toleransi adalah cara paling tepat untuk menjadi manusia di kehidupan yang sarat dengan perbedaan. Walhasil, menjunjung tinggi kemanusiaan berarti menjunjung tinggi muruah kehidupan, apalagi di tengah masyarakat Indonesia yang plural dan rawan konflik seperti sekarang ini.

Mendukung aksi intoleran berarti sama saja membiarkan perpecahan berlatar perbedaan bakal terus bermunculan. Ibarat pohon, kalau semua orang mendamba buah kehidupan yang damai dan harmoni, maka pupuk utama yang harus ditaburkan adalah toleransi sejak dini.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 25 Maret 2023. Penulis adalah jurnalis Solopos Media Group)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya