SOLOPOS.COM - Tas Kaloka (ilustrasi/Facebook)

Sebuah konter di pinggir jalan itu cukup ramai dikunjungi pembeli yang didominasi kaum perempuan muda dari kalangan pelajar dan mahasiswa.  Memang cukup beralasan jika kaum hawa betah di toko itu, karena mereka akan merasa dimanjakan dengan barang-barang yang ada di toko yang hampir semuanya identik dengan kebutuhan “wajib” wanita, seperti pakaian, jam tangan dan aksesoris.

Khusus untuk aksesoris yang meliputi gelang, kalung, anting, cincin dan gelang, sang pemilik konter yang terletak di sebuah jalan di Yogyakarta itu dibuat sendiri oleh tangan-tangan terampil para pegawainya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Saya mempekerjakan sejumlah pekerja untuk membuat aksesoris wanita. Biasanya saya mempekerjakan para ibu rumah tangga di sekitar sini. Selain memberikan keterampilan, kegiatan ini bisa mendatangkan penghasilan juga buat mereka,”papar Lili, pemilik konter.

Dari segi pemasaran, Lili tak hanya melakukannya secara offline karena dia juga telah memiliki toko online. Cara ini juga cukup ampuh mendongkrak omzet penjualannya.

Ekspedisi Mudik 2024

Tak beda jauh dengan Lili, seorang wirausaha perempuan asal, Ngruki, Cemani, Sukoharjo, Anisa Nur Astuti dalam memulai usahanya juga mengandalkan pemasaran online. Bersama adiknya, Fita Kusumastuti Annisa menggeluti bidang produksi tas etnik. Dengan mengusung semangat, let’s keep the heritage alive with Indonesian product  mereka membangun usaha tas trendi dengan unsur-unsur etnik dan tradisional. Keanekaragaman kain Nusantara menjadi inspirasi bisnis online di bawah label Kaloka TheBag yang dirintis sejak delapan bulan lalu tersebut.

Meski tergolong baru dalam usaha, Annisa mengaku tas-tas etnik hasil buatannya cukup banyak diminati pasar. Dalam sebulan dia mengaku bisa menjual sedikitnya 25 tas dalam beragam motif dan model. Tas produksinya dibanderol dari harga Rp250.000-hingga Rp750.000. Selain memproduksi tas-tas sesuai keinginannya, Annisa juga menerima pesanan pembuatan tas. Namun demikian Annisa mengaku memiliki kendala yang terkadang mengganggu produksi tasnya.

“Saya kesulitan mencari tenaga pengrajin yang bisa membuat tas di wilayah saya. Terpaksa saya mencari tenaga pengrajin di Yogyakarta, jadi terpaksa saya bolak-balik ke Jogja,” ujar Annisa  belum lama ini.

Lili dan Annisa mungkin hanya sedikit dari ribuan wirausahawan di bidang industri kreatif yang saat ini tampaknya tengah menggeliat.  Industri kreatif semacam itu biasa bertumbuh dari usaha kecil menengah.

Berbeda dengan karakteristik industri pada umumnya, industri kreatif merupakan kelompok industri yang terdiri dari berbagai jenis industri yang masing-masing memiliki keterkaitan dalam proses pengeksploitasian ide atau kekayaan intelektual (intellectual property) menjadi nilai ekonomi tinggi yang dapat menciptakan kesejahteraan dan lapangan pekerjaan.

Dalam pengertian luas, yang bisa dikategorikan dalam ranah industri kreatif adalah periklanan, arsitektur, pasar barang seni, kerajinan, desain, fashion, video, permainan interaktif, musik, seni pertunjukan, penertiban dan percetakan, layanan komputer dan piranti lunak, televisi dan radio, riset dan pengembangan, serta kuliner.

Di sektor-sektor inilah banyak para pelaku usaha pemula biasanya mencoba berkarya dan mengadu nasib.  Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, pertumbuhan industri kreatif dalam lingkup industri atau usaha kecil menengah (UKM) atau industri kecil menengah (IKM) juga terus mengalami pertumbuhan yang signifikan.

Dari data Kementerian Koperasi dan UKM, jumlah UKM saat ini mencapai 55,2 juta yang tersebar di seluruh Indonesia. Dengan jumlah yang sangat besar tersebut UKM ternyata menjadi kekuatan dahsyat dalam meningkatkan perekonomian bangsa. Menurut Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Syarif Hasan dari puluhan juta UKM tersebut telah memberikan kontribusi sebesar 57 persen pada Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.

Perkembangan industri kreatif pada UKM memang cukup menarik perhatian berbagai kalangan karena perannya dalam penyiapan dan penyerapan tenaga kerja, serta daya tahannya
terhadap berbagai gejolak ekonomi.

Sekjen Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Anshari Bukhari, pernah mengungkapkan dalam empat tahun terakhir industri nasional tumbuh tiga kali lipat, seiring dengan pertumbuhan investasi di Indonesia. Sementara itu rencana anggaran pendapatan dan belanja negara (RAPBN) 2014 memproyeksikan ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh 6,4%.

Pemerintah masih optimistis dengan proyeksi ini bahkan pemerintah mengklaim di tengah ekonomi global yang belum baik, tahun ini Indonesia masih bisa tumbuh di atas angka 5%, tepatnya 5,7%.

Kepala Pusat Kebijakan Makro Badan Keuangan Fiskal Kementerian Keuangan, Luky Alfirman, menyebutkan tahun ini dinilai sebagai puncak krisis ekonomi global yang sumbernya adalah dari negara maju seperti Amerika Serikat (AS dan Eropa. Bahkan belum lama terjadi shutdown di AS, di mana sejumlah kantor pemerintah di sana terpaksa ditutup karena Kongres gagal menyetujui pengajuan anggaran pemerintah Obama. Dampak krisis ini diperkirakan akan berlanjut paling tidak sampai dengan tahun 2014. Pemicunya, dunia juga sedang dihadapkan krisis Timur Tengah.

Namun pada kenyataannya Indonesia tetap bisa bertahan dari badai krisis ekonomi, salah satunya karena peran UKM. Menurut Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Syarif Hasan UKM terbukti sangat tangguh karena UKM tidak terpengaruh pada krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997 dan krisis ekonomi 2008.  UKM juga  memiliki peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia sehingga pemerintah berkomitmen untuk terus mendukung UKM.

Ketangguhan UKM juga diakui oleh Presisden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam pertemuan KTT APEC 2013 di Nusa Dua, Bali, yang berakhir pada Selasa (9/10/2013) lalu. Presiden mengatakan pertumbuhan ekonomi global yang kuat, seimbang, dan berkelanjutan diharapkan dapat dimotori oleh keterlibatan kaum muda, wanita pebisnis, dan UMKM. Karena menurut SBY mereka adalah tulang punggung ekonomi APEC.

Pendampingan

Begitu besar kekuatan UKM dan IKM sehingga dukungan dari semua pihak. Sebab mesti terbukti memiliki kekuatan yang luar biasa dalam menggulirkan roda perekomian bangsa, industri kreatif, khususnya dan industri kecil pada umumnya mengalami sejumlah masalah yang menjadi tantangan mereka untuk lebih berkembang seperi permodalan, sumber daya manusia (SDM) hingga pemasaran.

Hal ini juga diakui oleh Kepala Pusat Kajian Daerah Sekjen DPD RI R Wiweko yang menyampaikan bahwa, pencanangan ekonomi kreatif di tingkat nasional belum direspons dengan baik oleh daerah.

Menurutnya, meski beberapa daerah seperti Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara Barat telah memiliki industri kreatif yang berkembang pesat, namun itu hanya beberapa UKM saja.

Sebab, menurutnya, pengembangan kreativitas akan dapat berjalan optimal bila ada lembaga yang menjadi wadah para pelaku kreatif dan pemangku kepentingan.

Pembentukan forum kreatif bertujuan untuk memperoleh masukan dari masyarakat tentang kondisi saat ini, dan bagaimana cara memberdayakan daerah. Diharapkan kesejahteraan masyarakat, investasi dan daya saing daerah meningkat.



Direktur Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional Kemendag, Iman Pambagyo, juga menegaskan, pemerintah bertekad mendorong UKM mendapatkan akses luas di pasar
bebas kawasan Asia Pasifik.

APEC yang beranggotakan 21 negara di seluruh Asia Pasifik merupakan pasar ekspor terbesar Indonesia sejak awal pendiriannya. Total perdagangan Indonesia pada 1989 ke seluruh anggota APEC adalah 29,9 miliar dolar, sekitar 78 persen dari total ekspor Indonesia ke seluruh dunia, sementara pada 2011 nilai ekspor Indonesia ke APEC telah mencapai 289,3 miliar dolar AS, atau sekitar 75 persen dari seluruh ekspor.

Tekad untuk mendorong pengembangan industri kecil dan UKM tersebut harus terealisasi dengan langkah nyata. Pemerintah harus lebih tanggap dan peka terhadap kebutuhan masyarakat khususnya pelaku UKM dan IKM yang ingin berkembang. Pemberian pelatihan dan pendampingan harus lebih diintensifkan. Pendampingan bisa dilakukan dalam lingkup dan cara yang luas seperti penyelenggaraan pameran, pemberian bantuan modal, membantu pemasaran dan lain sebagainya.

Langkah-langkah ini bisa menjadi pupuk penyubur pengembangan UKM dan IKM yang bisa menumbuhkan para wirausaha baru di Tanah Air.
Hal itu tentu saja dilakukan dalam koridor dan sesuai dengan visi pembangunan Industri Nasional sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional adalah Indonesia menjadi Negara Industri Tangguh pada tahun 2025.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya