SOLOPOS.COM - Sejumlah warga menunggu datangnya waktu berbuka puasa atau ngabuburit di sekitar masjid terapung yang rusak akibat bencana gempa dan tsunami, di Kota Palu, Sulawesi Tengah, Jumat (24/3/2023). (Foto ANTARA/Nur Amalia Amir)

Solopos.com, JAKARTA – Masjid Arkam Babu Rahman, masjid terapung di Kampung Lere, Teluk Palu, Kota Palu, Sulawesi Tengah yang dulu dilanda tsunami kini menjadi favorit untuk berwisata.

Utamanya pada Ramadan 2023 ini, di sekitar masjid tersebut kini menjadi pilihan utama warga untuk ngabuburit.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

“Pertama kalinya ini saya datang ke sini, karena mau melihat langsung lokasi di sini khususnya masjid terapung. Biasanya saya hanya bisa liat di televisi,” kata Rizky, 23, salah satu warga dari Kabupaten Poso di Kota Palu, Jumat (24/3/2023).

Rizky mengaku, ini merupakan kali pertama ia datang mengunjungi kawasan bekas tsunami khususnya masjid terapung pasca tsunami.

Menurut beberapa rekannya, kawasan tersebut kini adalah tempat yang wajib dikunjungi jika berkunjung ke Kota Palu.

Dari pantauan di lapangan sekitar pukul 16.00 Wita, beberapa warga terlihat duduk menikmati waktu bersantai di sepanjang bebatuan di pinggir Pantai Teluk Palu.

Warga memotret dengan latar belakang masjid terapung tersebut.

Masjid Arkam Babu Rahman menjadi saksi terjadinya bencana gempa, tsunami, dan likuefaksi di Kota Palu pada tahun 2018.

Masjid di bibir pantai itu masih berdiri kokoh meskipun telah rusak dan kini tidak lagi bisa dimanfaatkan sebagai tempat ibadah.

Angel, 24, salah satu warga asli Palu, mengatakan, dirinya menyukai pemandangan di sekitar pantai Teluk Palu.

Menurut dia, dulunya kawasan tersebut selalu ramai sebelum diterjang bencana tsunami.

“Saya suka jalan-jalan di sini sambil menunggu waktu berbuka, suasananya bagus. Dulu ada jalan raya di sini, tapi sekarang sudah tidak ada,” ujar Angel, seperti dikutip Solopos.com dari Antara.

Angel mengharapkan pemerintah daerah dapat memanfaatkan kawasan bekas tsunami tersebut sebagai salah satu destinasi wisata.

Menelan 2.000 Jiwa

Gempa bumi dan tsunami Sulawesi 2018 adalah peristiwa gempa bumi berkekuatan 7,4 M diikuti dengan tsunami yang melanda pantai barat Pulau Sulawesi, Indonesia, bagian utara pada 28 September 2018 pukul 18.02 WITA.

Pusat gempa berada di 26 km utara Donggala dan 80 km barat laut Kota Palu, dengan kedalaman 10 km.

Guncangan gempa bumi dirasakan di Kabupaten Donggala, Kota Palu, Kabupaten Parigi Moutong, Kabupaten Sigi, Kabupaten Poso, Kabupaten Tolitoli, Kabupaten Pasangkayu bahkan hingga Kota Samarinda, Kota Balikpapan, dan Kota Makassar.

Gempa memicu tsunami hingga ketinggian 5 meter di Kota Palu.

Akibat guncangan gempa bumi, beberapa saat setelah puncak gempa terjadi muncul gejala pencairan tanah (likuifaksi tanah) yang memakan banyak korban jiwa dan material.

Dua tempat yang paling nyata mengalami bencana ini adalah Kelurahan Petobo dan Perumnas Balaroa di Kota Palu.

Balaroa ini terletak di tengah-tengah sesar Palu-Koro. Saat terjadinya likuefaksi, terjadi kenaikan dan penurunan muka tanah.

Beberapa bagian amblas 5 meter, dan beberapa bagian naik sampai 2 meter.

Di Petobo, ratusan rumah tertimbun lumpur hitam dengan tinggi 3-5 meter.

Terjadi setelah gempa, tanah di daerah itu dengan lekas berubah jadi lumpur yang dengan segera menyeret bangunan-bangunan di atasnya.

Di Balaroa, rumah amblas, bagai terisap ke tanah.



Adrin Tohari, peneliti LIPI, menyebut bahwa di bagian tengah zona Sesar Palu-Koro, tersusun endapan sedimen yang berumur muda, dan belum lagi terkonsolidasi/mengalami pemadatan.

Karenanya ia rentan mengalami likuefaksi jika ada gempa besar.

Gempa dan tsunami serta likuifaksi di Palu menelan korban jiwa lebih dari 2.000 orang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya